Saturday, November 2, 2019
Monday, September 30, 2019
SEAMEO RECFON
SEAMEO RECFON (Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Food and Nutrition) didirikan pada tahun 1967 sebagai SEAMEO TROPMED Pusat Regional untuk Nutrisi Masyarakat, dan berubah menjadi Pusat Regional untuk Makanan dan Nutrisi pada tahun 2011. SEAMEO adalah salah satu dari 24 Pusat SEAMEO yang berlokasi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Ini adalah unit yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan berlokasi di Universitas Indonesia, Jakarta dengan misi untuk melakukan pendidikan, pengembangan kapasitas, penelitian dan penyebaran informasi dalam makanan dan gizi melalui kemitraan untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Sampai hari ini, lebih dari 3000 alumni yang bekerja di bidang nutrisi, kesehatan, pertanian, pendidikan dan disiplin ilmu terkait lainnya dari negara-negara Asia Tenggara dan sekitarnya telah terpapar dan mendapatkan manfaat dari program dan kegiatan Pusat. Belum lagi bahwa sejak 2002, SEAMEO RECFON telah berhasil melaksanakan 11 Program Kepemimpinan dengan total 254 alumni dari berbagai negara dan lembaga di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya. Beberapa alumni SEANLP memegang posisi strategis di negara mereka, dan memimpin program pengembangan gizi. SEANLP dilaksanakan di bawah naungan Program Kepemimpinan Nutrisi Eropa (ENLP) dan merupakan bagian dari Platform Kepemimpinan Nutrisi Global bersama dengan ENLP dan Program Kepemimpinan Nutrisi Afrika (ANLP).
Mulai 3 tahun yang lalu, fokus strategis Centre dialihkan pada siswa sekolah dari siswa pra-sekolah dasar hingga siswa sekolah menengah. Menentukannya, program utama SEAMEO RECFON dalam rencana pembangunan 5 tahun ini adalah "nutrisi masuk sekolah" dan "pendidikan anak usia dini dan pendidikan gizi".
Visi
Menjadi pusat keunggulan dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang pangan dan gizi di Asia Tenggara.
Misi
Untuk melakukan pendidikan, pengembangan kapasitas, penelitian dan penyebaran informasi dalam makanan dan gizi melalui kemitraan untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Nilai Inti
Hormati Keanekaragaman Budaya
Pemberdayaan
Komitmen dan Integritas
Maju untuk Keunggulan
Kepemilikan oleh Kemitraan
Nutrisi untuk Semua
Wednesday, August 14, 2019
“Aksi Bergizi” Surat Edaran Bupati Lombok Barat Nomor 444/91/DIKES/I/2019 per tanggal 21 Januari 2019
“Aksi Bergizi”
Surat Edaran Bupati Lombok Barat Nomor 444/91/DIKES/I/2019 per tanggal 21 Januari 2019
Surat Edaran Bupati Lombok Barat Nomor 444/91/DIKES/I/2019 per tanggal 21 Januari 2019
Sunday, July 28, 2019
Friday, July 26, 2019
AKSI BERGIZI adalah penguatan edukasi gizi dan kesehatan remaja disekolah Setara SMP dan SMA di Kabupaten Lombok Barat.
AKSI BERGIZI
AKSI BERGIZI adalah penguatan edukasi gizi dan kesehatan remaja disekolah Setara SMP dan SMA di Kabupaten Lombok Barat. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bekerjasama den UNICEF dalam Program Aksi Bergizi ini. Adapun kegiatan Utama dalam Aksi Bergizi ini adalah sarapan bersama, minum Tablet Tambah Darah dan literasi (edukasi tentang pendidikan kesehatan remaja sebanyak 36 sesi dengan berbagai metode dan permainan)
Aksi bergizi ini diharapkan akan membawa perubahan perilaku pada remaja untuk hidup sehat dan menjadi agen perubahan di lingkungannya.
Mengantisipasi rendahnya kesadaran gizi, khususnya di kalangan remaja putri, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui Dinas Kesehatan meluncurkan “Aksi Bergizi”.
Aksi tersebut diwujudkan dengan diterbitkannya Surat Edaran Bupati Lombok Barat Nomor 444/91/DIKES/I/2019 per tanggal 21 Januari 2019 yang meminta semua sekolah tingkat SLTP dan SLTA di Lombok Barat untuk melaksanakan aksi tersebut setiap hari Rabu selama 45 menit.
Selama 45 menit, semua sekolah tersebut diminta untuk melakukan sarapan bersama, meminum Tablet Tambah Darah (TTD), dan menyelenggarakan kegiatan literasi dengan “modul aksi bergizi”.
Kepala Dinas Kesehatan Rachman Sahnan Putra saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (4/2) menjelaskan, kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak Januari 2019 lalu dengan menyasar 10 SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang menjadi pilot project.
Intervensi Dinas Kesehatan kepada sekolah-sekolah pilot tersebut dalam bentuk pelatihan kepada guru di setiap sekolah, guru-guru terlatih tersebut melatih lagi guru wali kelas, dan para wali kelas tersebut mendampingi para siswa untuk sarapan bersama dan meminum TTD.
Tujuannya, untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku para remaja tentang kesehatan reproduksinya.
“Kita perlu menyiapkan kondisi fisik dan mental para remaja putri untuk menghadapi masa reproduktif mereka, sekaligus untuk mencegah terjadinya stunting (tumbuh pendek, red) untuk kita bisa bebas stunting di 2030 nanti,”terang Rahman dengan menyebut bonus demografis 2030 sebagai target jangka panjang.
Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid di kesempatan terpisah menegaskan bahwa aksi tersebut adalah bentuk sentuhan pembangunan manusia dari hulunya dalam memerangi stunting.
“Kita tidak hanya menyentuh ibu dan anak, tapi menyiapkan para remaja putri yang akan menjadi ibu, agar bisa sehat dan di saat waktunya melahirkan, pun mampu melahirkan anak-anak yang sehat dan tidak mengidap stunting,” papar Fauzan.
𝐑𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚 𝐊𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐙𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐬𝐢 (𝐀𝐧𝐞𝐦𝐢𝐚)
Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).
Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas.
Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Kaum hawa memiliki siklus menstruasi tetapi tidak menyadari ketika mengalami siklus menstruasi banyak darah yang terbuang dan apabila remaja putri tidak memiliki pengetahuan akan kesehatan salah satunya pentingnya Tablet Tambah Darah (TTD)/Tablet Fe pembentukan darah karena asupan dari sisi mineral, vitamin tidak tersedia.
Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.
Anemia atau kekurangan kadar hemoglobin (Hb), bisa terjadi karena pendarahan, penyakit kronis atau kebutuhan akan darah meningkat, dan tubuh tidak bisa membuat pasokan cukup zat besi bila kita kurang mengonsumsi vitamin B12, asam folat, zat besi dan protein. Oleh karena itu ketika asupan makanan yang mengandung zat besi tidak memenuhi di dalam tubuh maka tablet Fe/Tablet Tambah Darah ini yang akan membantu dalam pemenuhan zat besi didalam darah.
Gejala yang timbul dari tablet ini misalnya, tinja berwarna kehitaman, perut kembung, mual namun itu adalah gejala normal dari reaksi kandungan zat besi dan tidak semua orang juga memiliki gejala seperti itu dengan kata lain tidak merasakan apa-apa setelah mengkonsumsi tablet Fe. Tetapi apabila ada yang memiliki gejala diatas namun itu tidak berbahaya dan biasanya berkurang seiring berjalannya waktu, makin lama makin menyesuaikan diri.
Tapi tak perlu khawatir, bagi yang mengalami gejala mual, untuk mengatasinya, anda bisa mengkonsumsi tablet tambah darah di saat makan atau sebelum tidur dengan air atau jus buah.
Tablet tambah darah tidak menyebabkan efek yang membuat tekanan darah menjadi tinggi (darah tinggi).
𝐑𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐧
Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah melalui :
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah ''Isi Piringku'' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI ekslusif saja sampai bayi berusia 6 bulan.
Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
''Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya''.
Disadur :
h*ttp://dikes.lombokbaratkab.go.id/berita-aksi-bergizi-kabupaten-lombok-barat.html?fbclid=IwAR3LTOFnlNYh05kG30eBooY0257_ulmv2gCUF59BdOJsKY4wfamxM-6dnf8
h*ttp://lombokbaratkab.go.id/lombok-barat-luncurkan-aksi-bergizi/
h*ttp://www.depkes.go.id/article/print/18051600005/kenali-masalah-gizi-yang-ancam-remaja-indonesia.html
h*ttp://www.depkes.go.id/article/view/18040700002/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2-.html
Tuesday, May 21, 2019
Thursday, April 25, 2019
Sunday, March 31, 2019
Wednesday, February 27, 2019
Rapat Koordinasi Teknis Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 2019 Povinsi NTB
Rapat Koordinasi Teknis Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 2019 Povinsi NTB
Rapat Koordinasi Teknis Riset Fasilitas Kesehatan 2019 yang berlangsung di Ballroom Aston Inn (22/02/2019) dimana peserta dalam kegiatan ini adalah seluruh kepala dinas kesehatan kabupaten kota di NTB, perwakilan direktur rumah sakit yang terpilih menjadi sampel, PJT dan PJO kabupaten kota se NTB dan kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari para narasumber. Paparan materi pertama pada rangkaian acara Rapat Koordinasi Teknis Riset Fasilitas Kesehatan 2019 disampaikan oleh dr. Tita Rosita, MKM dari Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Kemenkes RI tentang ”Konsep Dasar Rifaskes 2019“ yang kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab seputar Rifaskes 2019.
Pemaparan materi selanjutnya oleh Penanggung Jawab Teknis (PJT) Provinsi Rifaskes 2019 adalah Ida Bagus Putra Wijaya, SKM, MPH dengan paparan tentang “Hasil Riskesdas 2018” dan Indah Pawitaningtyas, SKM, MKM dari Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Kemenkes RI menyampaikan paparan untuk pengantar Diskusi RTL Kabupaten/Kota.
Pemaparan hasil RTL (23/02/2019) oleh masing-masing Penanggung Jawab Teknis (PJT) Kabupaten/Kota. Ida Bagus Putra Wijaya, SKM, MPH selaku PJT Provinsi untuk kegiatan Rifaskes 2019 memandu Pemaparan Hasil RTL PJT Kabupaten/Kota secara keseluruhan.
Arahan Rifaskes 2019 disampaikan oleh Kepala pusat Litbang Humaniora dan Manajemen Kementerian Kesehatan RI Bapak Sugianto, SKM, Msc.PH sekaligus sebagai penutup dari rangkaian acara pada Rapat Koordinasi Teknis Riset Fasilitas Kesehatan 2019 yang berlangsung dari tanggal 21 s/d 23 Februari 2019.
Pembukaan Rakornis Di Tingkat Provinsi yang di hadiri oleh Sekretaris dinas kesehatan Prov NTB Bapak Marjito, S.Si, SKM., M.Kes. Serta PJO provinsi NTB Ibu Rohmi Khoiriyati, SKM, M.Si. dan juga di hadiri oleh Kapuslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI, Bapak Sugiyanto, SKM., MPH
Foto bersama Kapuslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI, Bapak Sugiyanto, SKM., MPH bersama Tim PJT kabupaten kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tuesday, February 12, 2019
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tampilan arsip Teratas
PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)
PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...
Tampilan Arsip Populer
-
TUGAS HYGIENE PERUSAHAAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI ...
-
Fungsi Sarung Tangan Keselamatan 1. Pengertian : Sarung tangan ( glove ) merupakan salah satu kebutuhan di dalam bidang kerja. ...