A.
Las Karbit
1. Definisi Las Karbit
Pengelasan atau dalam bahasa
Inggris “Welding” adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu
(Sonawan dan Suratman, 2000).
Menurut Maman Suratman (2001), las asetilin (las karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran gas asetilin dan oksigen (zat asam).
Menurut Maman Suratman (2001), las asetilin (las karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran gas asetilin dan oksigen (zat asam).
2. Proses Pengelasan pada Las Karbit Las karbit disebut juga las asetilin.
Las karbit sebagaimana juga las yang
lain berfungsi sebagai alat untuk menyambung, memotong, atau mengerjakan logam
dengan panas dengan cara mencairkan logam tersebut. Panas untuk mencairkan
logam diperoleh dari pembakaran gas karbit/asetilin. Agar gas karbit mudah
terbakar maka diberi oksigen melalui selang ke pembakar (Boentarto, 1997). Teknik mengelas meliputi tiga tahapan
yaitu tehnik menyalakan api las, teknik posisi dan tehnik mematikan api las.
Teknik Menyalakan Api Las dilakukan dengan menggunakan brander.
Apabila pekerja las karbit belum terampil, sebaiknya menggunakan batang bara
api yang cukup panjang. Jika menggunakan korek api, sebaiknya memakai korek api
khusus untuk mengelas. Sebelum ujung brander disulut, kran-kran dan tekanan
kerja harus sudah disetel sesuai dengan brander yang digunakan (Boentarto,
1997)
Teknik Posisi Mengelas Posisi brander terhadap benda yang
dilas sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Bermacam-macam posisi benda kerja
antara lain yaitu tegak misalnya rangka bangunan, miring misalnya rangka atap
bangunan dan sebagainya. Tidak semua benda kerja tersebut dapat diangkat dan diubah
posisinya dengan mudah. Banyak benda kerja yang besar dan berat seperti rangka
mobil, pintu gerbang yang sulit diubah posisinya. Dalam hal ini pengelasan
harus menyesuaikan dengan letak benda kerja tersebut (Boentarto, 1997).
Teknik posisi harus diikuti dengan gerakan pembakar dan kawat las yang benar. Ada arah gerakan yang dianjurkan untuk masing-masing benda kerja agar hasil pengelasan baik. Arah gerakan maju atau ke kiri dianjurkan ketika mengelas baja yang tebalnya sampai 4,5 mm atau mengelas besi tuang dan bahan-bahan non ferro. Arah gerakan brander ke kanan atau mundur dianjurkan untuk mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas (Boentarto, 1997).
Teknik posisi harus diikuti dengan gerakan pembakar dan kawat las yang benar. Ada arah gerakan yang dianjurkan untuk masing-masing benda kerja agar hasil pengelasan baik. Arah gerakan maju atau ke kiri dianjurkan ketika mengelas baja yang tebalnya sampai 4,5 mm atau mengelas besi tuang dan bahan-bahan non ferro. Arah gerakan brander ke kanan atau mundur dianjurkan untuk mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas (Boentarto, 1997).
Teknik Mematikan Api Las Mematikan nyala api las tidak sama
dengan mematikan api kompor atau obor. Mematikan nyala las dilakukan dengan
menutup kran gas asetilin agar nyala api mati (Boentarto, 1997).
B.
Alat Pelindung Diri Pada Bengkel Las Dan Pengecatan
Jenis Alat Pelindung Diri Pada Bengkel
Las dan pengecatan adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
1. Helm Pengaman
Helm pengaman sangat penting penggunaannya, yaitu untuk menghindari:
a.
Tumbukan langsung benda keras
dengan kepala.
b.
Kejatuhan langsung benda keras
terhadap kepala.
c. Cipratan
ledakan-ledakan kecil dari cairan las yang mengakibatkan terbakarnya bagian
kepala (Nurdin, 1999).
Syarat-syarat dari helm pengaman yaitu:
a.
Nyaman dipakai.
b.
Kuat dan tahan dari benturan,
panas dan goresan benda tajam.
c.
Daya kalor panasnya relatif
kecil. Terbuat
dari fibre glass (Nurdin, 1999).
2. Kacamata Las (Gogel)
Pelindung mata digunakan untuk
menghindari pengaruh radiasi energi seperti sinar ultra violet, inframerah dan
lain-lain yang dapat merusak mata. Pemaparan sinar ultra violet dengan
intensitas tinggi dalam waktu singkat atau pemaparan sinar ultra violet
intensitas rendah dalam waktu cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja
yang kemungkinan dapat terkena bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti
sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang
memijar harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerjaan pengelasan juga
menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada temperatur lelah mental
(Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2002). Jenis pelindung mata yang digunakan
sebagai alat pelindung diri oleh pekerja las karbit adalah kacamata las (gogel). Kacamata las (gogel) sangat penting digunakan pada
saat mengelas, untuk melindungi mata dari radiasi sinar ultra violet, sinar
tampak dan sinar inframerah. Gogel tersebut harus mampu menurunkan kekuatan
pancaran sinar tampak dan harus dapat melindungi mata dari pancaran sinar ultra
violet dan inframerah. Untuk mendapatkan kacamata las dengan kaca gelap yang
memiliki sifat tidak tembus sinar-sinar berbahaya sulit didapatkan. Namun,
biasanya kacamata las hanya dapat menahan sekian persen dari sinar-sinar yang
berbahaya, sehingga dapat dicegah bahayanya bagi mata. Lebih banyak sinar dari
suatu panjang gelombang yang dipancarkan oleh suatu sumber bahaya, maka lebih
besar pula daya absorbsi untuk sinar itu yang harus dipunyai kacamata las.
Untuk keperluan ini maka kacamata las harus mempunyai warna tranmisi tertentu,
misalnya abu-abu, coklat atau hijau. Lensa kacamata tidak boleh terlalu gelap,
karena tidak dapat melihat benda kerja dengan jelas, tetapi juga tidak boleh
terlalu terang, sebab akan menyilaukan. Bahan dari kacamata las (gogel) dapat
terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk
melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan
atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi
dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion (Budiono, 2003).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel adalah:
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel adalah:
a.
Harus mempunyai daya penerus
yang tepat terhadap cahaya tampak.
b.
Harus mampu menahan cahaya dan
sinar yang berbahaya.
c.
Harus mempunyai sifat-sifat
yang tidak melelahkan mata.
d.
Harus tahan lama dan mempunyai
sifat yang tidak mudah berubah.
e.
Harus memberikan rasa nyaman
kepada pemakai (Wiryosumarto, 2000).
3. Pelindung Muka
Pelindung muka dipakai untuk
melindungi seluruh muka terhadap kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya
busur, percikan dan lain-lainnya, yang tidak dapat dilindungi dengan hanya
memakai pelindung mata saja. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat
berbentuk helm las (helmet welding)
dan kedok las (handshield welding).
Kedok las yang dipegang dengan tangan, digunakan pada waktu mengelas di bawah
tangan, vertikal maupun horizontal. Helm las dipakai pada kepala sehingga kedua
tangan bisa bebas. Alat ini digunakan terutama pada waktu
mengelas posisi di atas kepala. Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca
penyaring (filter) yang harus dipakai selama proses pengelasan. Tujuan dari
filter ini adalah untuk menghilangkan dan menyaring sinar infra merah dan ultra
violet. Filter dilapisi oleh kaca bening atau kaca plastik yang ditempatkan di sebelah
luar dan dalam, fungsinya untuk melindungi filter dari percikan-percikan las
(Nurdin, 1999).
4. Kacamata Bening (Safety Spectacles)
Kacamata bening dipakai pada waktu membersihkan terak, karena terak sangat
rapuh dan keras pada waktu dingin (Nurdin, 1999).
5. Pelindung Telinga (Hearing Protection)
Alat pelindung telinga digunakan untuk
melindungi telinga dari kebisingan pada waktu menggerinda, meluruskan benda
kerja, persiapan pengelasan dan lain sebagainya (Nurdin, 1999).
6. Alat Pelindung Hidung (Respirator)
Alat pelindung hidung digunakan untuk menjaga asap dan debu agar tidak
langsung masuk ke hidung (Nurdin, 1999).
7. Pakaian Kerja
Pakaian kerja pada waktu mengelas berfungsi untuk melindungi anggota badan
dari bahaya-bahaya waktu mengelas.
Syarat-syarat pakaian kerja yaitu:
a.
Bahan pakaian kerja harus
terbuat dari kain katun atau kulit, karena katun dan kulit akan tidak cepat
bereaksi bila bersentuhan dengan panas.
b.
Menghindari pakaian kerja yang
terbuat dari bahan polyester atau bahan yang mengandung sintetis, karena bahan
tersebut akan cepat bereaksi dan mudah menempel pada kulit badan apabila kena
loncatan bunga api.
c.
Pakaian kerja tidak terlalu
longgar dan tidak terlalu sempit, karena kalau terlalu longgar akan menambah
ruang gerak anggota badan, terlalu sempit akan mengurangi gerak anggota badan.
d.
Hindarkan celana dari lipatan
bagian bawah, hal ini dapat menimbulkan tersangkut dengan benda lain at kemasukan
bunga api (Nurdin, 1999).
8. Pelindung Dada (Apron).
Bagian dalam dada merupakan bagian yang sangat peka terhadap pengaruh panas
dan sinar yang tajam. Sinar dari las listrik termasuk sinar yang sangat tajam.
Untuk melindungi bagian dalam dada tersebut digunakan pelindung dada. Pelindung
dada dipakai setelah baju las (Boentarto, 1997).
9. Sarung Tangan
Pekerjaan mengelas selalu berhadapan dengan benda-benda panas dan arus
listrik. Untuk melindungi jari-jari tangan dari benda panas dan sengatan
listrik, maka tukang las harus memakai sarung tangan yang tahan panas dan
bersifat isolasi. Sarung tangan harus lemas sehingga tidak mengganggu pekerjaan
jari-jari tangan. Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk
memudahkan memegang pemegang elektroda. Waktu
mengelas harus selalu memakai sepasang sarung tangan (Boentarto, 1997).
10. Sepatu Kerja.
Fungsi dari sepatu kerja yaitu untuk melindungi kaki dari benda-benda
tajam, kejatuhan benda-benda tajam dan percikan cairan logam serta
goresan-goresan benda-benda tajam. Syarat-syarat dari sepatu kerja yaitu kuat
dan tahan api, tinggi dengan penutup ujung sepatu dari baja, dan bahan dari
kulit (Nurdin, 1999).
C.
Proses Pengecatan Mobil
Ada beberapa perbedaan proses pengecatan bila ditinjau dari bahan cat yang
akan digunakan. Misalnya pengecatan untuk cat akhir (top coat) solid
menggunakan cat dasar yang lebih gelap dari warna yang sama, cat akhir metalik
harus menggunakan cat dasar silver, cat akhir candy harus menggunakan cat dasar
silver, cat ‘bunglon’ (warna bisa berubah-ubah tergantung cahaya yang diterima
bodi kendaraan) harus menggunakan cat dasar hitam dan lain sebagainya. Pada
bahasan ini hanya akan dibahas proses pengecatan pada umumnya.
Mempersiapkan
permukaan yang akan dicat dengan baik akan menghasilkan kualitas pengecatan
yang maksimal, karena pada umumnya kagagalan pengecatan dipengaruhi oleh
persiapan permukaan yang buruk. Indikator dari permukaan yang baik dinilai dari kehalusan
permukaan, kebersihan permukaan dari karat, lemak dan kotoran lainnya.
1.
Persiapan Permukaan
Persiapan permukaan dapat dilakukan dengan kimiawi misalnya dengan
pengasaman (pickling) yaitu dengan pengolesan bodi kendaraan dengan zat asam,
tetapi pengasaman ini sebatas untuk menghentikan serangan korosi pada logam.
Setelah pengasaman komponen dicuci dan dikeringkan dengan cermat guna
menghilangkan semua bahan kimia aktif dari celah-celah dan lubang-lubang, serta
untuk menjamin agar cat dapat merekat erat pada logam. Cara lain adalah dengan
dibersihkan dengan amplas dan dikombinasikan dengan semprotan air untuk
membasuh semua debu, menghilangkan produk korosi, dan kotoran yang dapat larut
dalam air.
2.
Aplikasi Dempul
Dempul digunakan
untuk mengisi bagian yang tidak rata atau penyok dalam, membentuk suatu bentuk
dan membuat permukaan halus. Terdapat beberapa tipe dempul, tergantung
kedalaman penyok yang harus diisi dan material yang akan digunakan. Dempul
terdapat tiga jenis yaitu
a. polyester putty (dempul plastik), pada umumnya mengandung extender pigment dan dapat
membentuk lapisan (coat) yang tebal dan mudah mengamplasnya, tetapi
menghasilkan tekstur kasar,
b. epoxy putty, digunakan untuk memperbaiki resin part, tetapi dalam hal kemampuan
pengeringan, pembentukan, pengamplasan lebih buruk dari polyster,
c. lacquer putty digunakan untuk
mengisi goresan, lubang kecil (paint hole)
atau penyok kecil setelah surfacer.
Secara rinci ikuti
langkah-langkah berikut :
a. Oleskan dempul yang telah
dicampur hardener untuk mengisi bagian-bagian yang tidak rata. Biarkan kering
di udara selama 30 menit atau dikeringkan dengan lampu infra merah pada suhu ±
50 ° C selama 10 menit.
b.
Amplas permukaan putty
dengan amplas kering no. 80 dilanjutkan dengan no. 180 dan no. 280 atau amplas
basah no. 240 dilanjutkan dengan no. 320 dan no. 400.
c. Bersihkan permukaan dari debu
amplas dengan multi thinner dan dikeringkan.
3.
Pengamplasan
Setelah dempul
dioleskan dan dikeringkan, bagian-bagian yang menonjol dapat diamplas secara
manual dengan blok tangan atau secara mekanis dengan sander. Langkah-langkah pengamplasan
dapat dirinci sebagai berikut:
a. Tempelkan selembar amplas #80
pada sander, dan gosoklah seluruh area dengan menggerakkan sander dari depan ke
belakang, dan dari samping ke samping, serta semua arah diagonal.
b. Tempelkan lembaran amplas #120
pada blok tangan, gosoklah permukaan dengan hati-hati, sambil menguji permukaan
dengan sentuhan.
c. Tempelkan lembaran amplas #200
pada blok tangan. Pada tahap ini kita dapat mengamplas sedikit keluar area
pendempulan untuk meratakan permukaan lengkungan dan area sekitarnya.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengamplasan:
a. Pekerjaan mengamplas dapat
dimulai setelah reaksi pengeringan dempul berakhir. Apabila dempul diamplas
sebelum dingin sempurna, maka kemungkinan akan terjadi pengerutan.
b. Untuk mencegah goresan yang
dalam di sekitar cat, usahakan pekerjaan pengamplasan hanya di bagian yang
ditutup dempul.
c. Jangan mengamplas keseluruhan
area sekaligus, tetapi dengan hatihati sambil memeriksa kerataan permukaan
sebelum pengamplasan dilanjutkan.
4.
Prosedur Masking
Prosedur masking dapat
diklasifikasikan menurut area lapisan (coat) dan tipe dari metode pengecatan
yang dijelaskan sebagai berikut :
a.
Masking
untuk Aplikasi Surfacer
Karena aplikasi
surfacer menggunakan tekanan udara yang lebih rendah dari pada yang untuk top
coat (untuk memperkecil over spray), maka proses masking untuk pekerjaan
permukaan dapat disederhanakan. Metode masking terbalik (reverse masking) biasanya digunakan untuk mencegah timbulnya
semprotan berganda (spray step).
Reserve masking
adalah suatu metode dimana masking paper diaplikasikan dengan membalik
luar-dalam, sehingga suatu lapisan (coat) tipis dari kabut cat akan melekat disepanjang
bordir. Metode ini digunakan untuk memperkecil timbulnya tangga (step) dan
membuat border tidak kentara (tidak kelihatan). Dalam bekerja disuatu area
kecil, misalnya spot repainting,
border dapat dibuat (ditetapkan) disuatu bodi panel tertentu
b.
Masking
untuk Block Repainting
Untuk masking
block repainting, panel seperti misalnya fender atau door (pintu) harus
dimasking sendiri-sendiri. Untuk lubang-lubang yang ada pada panel tersebut
(misalnya lubang untuk trim pieces, atau gap diantara panel) harus ditutup
untuk mencegah kabut cat masuk kedalam area tersebut. Apabila terlalu sulit
untuk menutup lubang, maka lubang tersebut dapat ditutup dari dalam, sehingga
dapat mencegah melekatnya kabut cat pada bagian dalam bodi kendaraan.
c.
Masking untuk Shading atau Spot Repainting
Dalam pengecatan ulang suatu panel tanpa
border, maka perlu digunakan shading pada panel tersebut. Untuk memastikan
bahwa semprotan cat tidak menimbulkan tangga semprotan, maka area harus dimasking dengan menggunakan teknik reverse masking (masking terbalik).
bahwa semprotan cat tidak menimbulkan tangga semprotan, maka area harus dimasking dengan menggunakan teknik reverse masking (masking terbalik).
5.
Proses Pengecatan
Bungkuslah bagian depan quarter wheel housing. Tempelkan masking paper pada
masking tape yang diaplikasikan dalam step “3”. Masking rocker panel tersebut
diatas adalah langkah masking terakhir. Setelah itu dapat dilakukan pengecatan
kecil (spot repainting) pada pintu
belakang. Langkah masking sebagaimana tersebut diatas urutannya tidak selalu
harus demikian. Bisa dilakukan menurut kreatifitas siswa.
Pengoperasian
Spraygun a. Menggunakan Spraygun Agar dapat mengecat dengan mantap tanpa
menjadi lelah, harus dijaga sikap relaks tanpa memegang bahu, pundak atau
lengan yang menahan spraygun. Biasanya spraygun ditahan dengan ibu jari,
telunjuk dan kelingking, sedangkan trigger
ditarik dengan jari tengah dan jari manis.
Agar dapat
mengecat dengan mantap tanpa menjadi lelah, harus dijaga sikap rileks tanpa
memegang bahu, pundak atau lengan yang menahan spraygun. Biasanya spraygun ditahan dengan ibu jari, telunjuk dan
kelingking, sedangkan trigger ditarik
dengan jari tengah dan jari manis...l
D. Kepatuhan
Safariano (1990) di kutip oleh Slamet (1996) mengatakan bahwa kepatuhan /
ketaatan (comploance/ adherence)
adalah tingkat seseorang melaksanakan sesuatu sesuai dengan yang disarankan
oleh seseorang dan atau petugas kesehatan.
Menurut taylor
(1991) ada beberapa varaibel yang berhubungan dengan kepatuhan :
- Keadaan Kesakitan dan Pengobatan
Kepatuhan terhadap
gaya hidup dan kebiasaan lama, perilaku menyimpang dari kesehatan, secara umum
dapat bervariasi dan sering sangat rendah
- Ciri- Ciri Individual
Variabel
demografis juga digunakan untuk meramalkan kepatuhan seseoarng individu,
misalnya di Amerika Serikat, para wanita, kaum kulit putih dan orang- orang tua
cenderung memiliki nilai kepatuhan yang baik.
- Komunikasi Dengan Petugas
Berbagai tehnik
komunikasi dengan seseorang mempengaruhi tingkat kepatuhan, misalnya informasi
dengan pengawasan yang cukup, kepuasan hubungan emosional dengan petugas,
frekwensi pengawasan, dukungan dan tindak lanjut juga cukup penting.
- Variabel- Variabel Sosial
Hubungan antara
dukungan sosial dengan kepatuhan pada umumnya orang dapat diterima jika diberi
pertolongan dan perhatian yang cukup.
- Persepsi dan Pengharapan
Variabel- variabel
dari health belief model bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan- keyakinan
tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, pertimbangan mengenai hambatan dan
kerugian menjadi faktor penentu.
Menurut Kelman (1958) yang dikutip oleh Sarwano (1993) bahwa perubahan
sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap :
- Kepatuhan : mula- mula individu mematuhi
anjuran/ instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan
tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/ sangsi karena
tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika ia mematuhi
anjuran tersebut. Biasanya perubahan bersifat sementara, artinya tindakan
dilakukan selama dalam proses pengawasan dari petugas.
- Identifikasi : kepatuhan yang timbul karena
individu merasa tertarik sehingga ingin menirukan tindakannya tanpa
memahami sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut.
- Internalisasi : perilaku yang baru dianggap
bernilai positif bagi dirinya dan di integrasikan dengan niali- nilai lain
dari hidupnya.
Menurut Muherman (2003) ketaatan/ kepatuhan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
- Ketaatan Penuh (Total Complience)
Pada keadaan ini
seseorang tidak hanya melakukan suatu pekerjaan rutin tetapi juga patuh
terhadap aturan yang berlaku
- Tidak Taat Sama Sekali (Non Complience)
Seseorang yang
selalu mengabaikan aturan dan norma yang sudah dianjurkan sebelumnya.
E.
Ketajaman Penglihatan
1. Definisi Ketajaman
Penglihatan Ketajaman
penglihatan (visus) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana
sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan (Gabriel, 1995). Menurut Edi S. Affandi (2005), tajam
penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda
pada jarak tertentu.
2.
Anatomi dan Faal Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut-serabut
nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak,
untuk ditafsirkan. Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
a.
Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:
1). Kelopak
Mata Kelopak
mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan
membasahi mata.
2). Konjungtiva. Konjungtiva adalah membran tipis yang
melapisi dan melindungi bola mata bagian luar.
3). Sistem
Saluran Air Mata (Lakrimal). Menghasilkan
cairan air mata, dimana terletak pada pinggir luar dari alis mata.
4). Rongga
Orbita Merupakan
rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh.
5).
Otot-Otot Bola Mata Masing-masing bola mata mempunyai 6
(enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara
terkoordinasi pada saat melirik (Perdami, 2005).
b.
Bola Mata.
Jika
diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, mata terdiri dari:
1).
Kornea. Kornea disebut juga selaput bening
mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan. Kornea
bekerja sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada di
belakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea
tidak mengandung pembuluh darah (Pearce, 1999).
2). Sklera.
Yaitu lapisan berwarna putih
di bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif
lebih keras untuk membentuk bola mata (Perdami, 2005).
3).
Bilik Mata Depan. Suatu rongga yang berisi cairan yang
memudahkan iris untuk bergerak (Perdami, 2005).
4).
Uvea. Terdiri dari 3 bagian yaitu iris,
badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar berfungsi menghasilkan
cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada bagian mata (Perdami,
2005).
5). Pupil. Merupakan suatu lubang tempat cahaya
masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris (Perdami, 2005).
Bila cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya
yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan
pupil mengecil sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan.
6). Lensa. Lensa adalah suatu struktur biologis
yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan terbesar berada pada
sisi depan (Seeley, 2000). Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi
bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah kapsul elastik yang
dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum suspensorium. Dengan
mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak
kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau jauh. Hal
ini disebut akomodasi visuil (Pearce, 1999).
7). Badan
Kaca (Vitreus). Bagian
terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai badan kaca karena
konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang masuk
sampai ke retina (Perdami, 200:2).
8).
Retina. Merupakan reseptor yang peka terhadap
cahaya. Retina adalah mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat
ujung-ujung nervus optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh
mata) maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus
humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina.
Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah
visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua
daerah visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan
bentuk (Pearce, 1999).
9).
Papil Saraf Optik. Berfungsi meneruskan rangsangan cahaya
yang diterima dari retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian belakang
kepala (korteks oksipital) (Perdami, 2005).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat di antaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visual khusus dalam lobus oksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan (Pearce, 1999).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat di antaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visual khusus dalam lobus oksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan (Pearce, 1999).
3. Fungsi Refraksi Mata
Lensa memegang peranan penting dalam
pembiasan (refraksi) cahaya. Refraksi adalah pembiasan cahaya apabila cahaya
memasuki media yang berbeda kerapatannya (densitasnya) dengan arah miring. Pada
saat berkas cahaya datang dari udara melewati bangunan yang bening pada mata
yang disebut media refrakta, maka cahaya tadi akan dibengkokkan (dibelokkan).
Media refrakta meliputi kornea, lensa, dan badan kaca. Lensa adalah bagian yang
penting dalam proses ini karena lensa membelokkan cahaya agar cahaya tadi dapat
difokuskan (dipusatkan ) di retina. Dari retina cahaya diubah ke dalam impuls
cahaya yang dihantarkan melewati nervus optikus ke pusat penglihatan di lobus
oksipitalis otak (Darling dan Thorpe, 1996).
Apabila lensa berada dengan jarak
fokus yang sama, maka bayangan akan kabur apabila objek didekatkan ke mata.
Untuk dapat melihat objek yang didekatkan mata dengan jelas harus terjadi
perubahan kecembungan lensa untuk dapat mengubah jarak fokus (jarak titik api).
Proses ini disebut akomodasi. Akomodasi dimungkinkan karena adanya zonula atau
ligamentum suspensorium lentis yang mengelilingi lensa, yang dikendalikan oleh
muskulus siliaris. Apabila muskulus siliaris berkontraksi, ligamentum
suspensorium mengalami relaksasi (mengendor) dan menambah kelengkungan lensa.
Kejadian ini diiringi dengan konvergensi mata dan konstriksi pupil untuk
memungkinkan cahaya melewati bagian sentral lensa. Pada mata normal
dimungkinkan untuk melihat objek sedekat 25 cm (Darling dan Thorpe, 1996).
F.
Faktor Penyebab Gangguan Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang dapat
berkurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor faktor sebagai berikut:
1. Kuat Penerangan atau Pencahayaan.
Mata manusia sensitif terhadap
kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lux di dalam ruangan gelap hingga
100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan pencahayaan ini aneka ragam
yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka sepanjang siang dan 50-500 lux
pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Penambahan kekuatan cahaya berarti
menambah daya, tetapi kelelahan relatif bertambah pula. Kelelahan ini
diantaranya akan mempertinggi kecelakaan. Namun meskipun pencahayaan cukup,
harus dilihat pula aspek kualitas pencahayaan, antara lain faktor letak sumber
cahaya. Sinar yang salah arah dan pencahayaan yang sangat kuat menyebabkan
kilauan pada obyek. Kilauan ini dapat menimbulkan kerusakan mata. Begitu juga
penyebaran cahaya di dalam ruangan harus merata supaya mata tidak perlu lagi
menyesuaikan terhadap berbagai kontras silau, sebab keanekaragaman kontras
silau menyebabkan kelelahan mata. Sedangkan kelelahan mata dapat menyebabkan:
a.
Iritasi, mata berair dan
kelopak mata berwarna merah (konjungtivitis)
b.
Penglihatan rangkap
c.
Sakit kepala
d. Ketajaman
penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap perbedaan (contrast
sensitivity) dan kecepatan pandangan
e.
Kekuatan menyesuaikan
(accomodation) dan konvergensi menurun (Direktorat
Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).
2. Waktu Papar
Pemaparan terus menerus misalnya pada
pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat
menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja
adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat (Direktorat Bina Peran Serta
Masyarakat, 1990). Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja
informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban
tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan.mental dan
kelelahan mata.
3. Umur
Ketajaman penglihatan berkurang
menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia
lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Maka dari
itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman
yang sama (Suma’mur, 1996). Makin
banyak umur, lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan
menjadi lebih keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya, dan
karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. Akibatnya,
titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja.
4. Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata
ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa,
benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan
benda selalu melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan
benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau
istirahat melihat jauh (Ilyas, 2004).
Dikenal beberapa titik di dalam bidang
refraksi, seperti Pungtum Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang
masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana
seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam
ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada
emetropia, pungtum remotum terletak di depan mata (Ilyas, 2004).
Secara klinik kelainan refraksi adalah
akibat kerusakan ada akomodasi visuil, entah itu sebagai akibat perubahan biji
mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang sering dihadapi
sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma.
G.
Pemeriksaan Gangguan Penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan
dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt,
kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Tajam penglihatan dan penglihatan
kurang dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongannya adalah sebagai
berikut:
1.
Penglihatan normal Pada
keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.
2. Penglihatan
hampir normal Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu
penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
3. Low
vision sedang Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih
dapat membaca dengan cepat.
4.
Low vision berat Masih
mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu
lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.
Membaca menjadi lambat.
5. Low
vision nyata Bertambahnya
masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal
lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar;
umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.
6. Hampir
buta Penglihatan
kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali
pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.
7. Buta
total Tidak
mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhny tergantung pada alat indera
lainnya atau tidak mata (Ilyas, 2004). Di bawah ini ditunjukkan tabel
penggolongan keadaan tajam penglihatan normal, tajam penglihatan kurang (low
vision) dan tajam penglihatan dalam keadaan buta.
H. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las
Terhadap Gangguan Penglihatan
Sinar
yang ditimbulkan pada waktu mengelas bila langsung mengenai mata tanpa
menggunakan kacamata las sangat berbahaya. Sinar-sinar yang membahayakan
tersebut adalah sinar tampak, sinar inframerah dan sinar ultra violet (Nurdin,
1999) Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi kelelahan pada mata (Nurdin, 1999). Kelelahan pada mata berdampak pada berkurangnya daya akomo asi mata. Hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa. Keadan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya peyakit cornea, presbiovia yang terlalu dini dan kerabunan (Nurdin, 1999). Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel pada lensa mata sehingga sel-sel itu tidak mampu melakukan peremajaan. Sebagai akibatnya, lensa mata dapat mengalami kerusakan permanen. Lensa mata yang terpapari radiasi dalam waktu cukup lama akan berakibat pada fungsi transparasi lensa menjadi terganggu sehingga penglihatan menjadi kabur. Penyinaran yang mengenai mata dengan dosis 2-5 Sv dapat mengakibatkan terjadinya katarak pada lensa mata. Radiasi lebih mudah menimbulkan katarak pada usia muda dibandingkan dengan usia tua (Akadi, 2000). Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik (Nurdin, 1999). Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea (Ilyas, 2004). Akibat dari sinar-sinar tersebut tidak akan lama apabila pekerja las telah memenuhi persyaratan bekerja, yaitu dengan menggunakan kacamata pelindung yang ditentukan. Oleh karena itu, kacamata las sangat penting digunakan pada saat mengelas karena dapat melindungi mata dari radiasi ultra violet, sinar tampak dan sinar inframerah (Suratman, 2001). Dengan menggunakan kacamata las, maka mata pekerja las akan terhindar dari paparan langsung sinar tampak, sinar inframerah, serta sinar ultra violet yang berbahaya bagi mata karena pemaparan langsung sinar-sinar tersebut ke mata dapat mengakibatkan gangguan ketajaman penglihatan pada mata.
No comments:
Post a Comment