A.
Stres kerja
1.
Pengertian Stres kerja
Sarafino
(1990,dalam Smett, 1993) mendefinisikan stres sebagai berikut yaitu suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber – sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial seseorang. Hurrelman & Losel (1990,dalam smett,1993)
menjelaskan stres sebagai suatu keadaan tegang biopsikososial karena banyaknya
tugas – tugas perkembangan yang dihadapi
orang sehari-hari, baik dalam kelompok sebayanya, keluarga, sekolah maupun
pekerjaan .
Stres
kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres melibatkan juga pihak
organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja , setiap aspek dari
lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja, tergantung
dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya, apabila ia merasakan adanya
stress ataukah tidak (Rice, 1992 ).
2.
Penyebab Stres kerja
Menurut
(Stranks, 2005) Penyebab stres kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1).
Lingkungan Fisik
2).
Ruang yang tidak nyaman dan tidak efisien
untuk bekerja.
3).
Kurangnya privacy yang dapat membingungkan orang
4).
Tata ruang kerja yang tidak
layak(memerlukan membungkuk, merentang yang berlebihan) dalam bekerja.
5).
Suhu udara dan kelembaban yang tidak baik
untuk bekerja.
6).
Penerangan yang kurang, sehingga sulit
mengerjakan pekerjaan dengan baik.
7).
Kebisingan yang berlebihan, sehingga orang
harus berteriak kalau berbicara .
8).
Ventilasi yang tidak baik, sehingga tidak
nyaman dalam bekerja, khususnya musim panas.
3.
Proses stres
Dalam
peristiwa stres ,ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lain (Harjana, 1999) .
a.
Hal, peristiwa, keadaan, orang yang
menjadi sumber stres (stressor) jika dipandang secara umum, hal – hal yang
menjadi sumber stres dipahami sebagai rangsangan (stimulus).
b.
Orang yang mengalami stres (streser), kita
dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (respon) orang tersebut terhadap hal
– hal yang dinilai mendatangkan stres.
Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada fisiologis.
Tanggapan ini disebut strain,yaitu tekanan atau tegangan yang dapat membuat
pola pikir, emosi dan prilaku kacau, dapat membuat gugup dan gelisah. Secara
fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu dapat berpengaruh pada denyut jantung
yang cepat, perut mual, mulut kering, banyak keringat dan lain- lain.
c.
Hubungan antara orang stres dengan keadaan
yang penuh stres merupakan proses. Proses ini berpengaruh timbal balik dengan
usaha penyesuaian dengan lingkungan stres. Proses ini disebut transaction.
4.
Gejala Stres
Gejala
stres menurut (Gregson T, 2007) membagi
gejala stres menjadi tiga aspek yaitu gejala
fisik , mental, prilaku .
a.
Fisik.
1.
Mengetahui
detak jantung, jantung berdebar – debar .
2.
Menahan/ sesak napas, bengkak di
kerongkongan, napas tersengal – sengal .
3.
Muntah kering, mules, gangguan pencernaan,
nek/ mau muntah
4.
Diare, konstipasi, gas dalam perut/
kembung.
5.
Kekakuan otot umum terbesar rahang gigi
geraham.
6.
Mengepalkan tangan, bahu kaku, sakit dan
linu otot secara umum, kram.
7.
Gelisah, hiperaktif, menggigit kuku, gemetar.
8.
Lelah, capek, lesu, kelelahan, sulit
tidur, merasa jemu, sakit kepala, sering
sakit misalnya demam.
9.
Berkeringat, khususnya telapak tangan dan
bibir atau merasa gerah.
10.
Tangan dan kaki dingin.
11.
Sering ingin buang air seni.
12.
Makan terlalu banyak, kehilangan nafsu
makan, senang/ kecanduan merokok.
13.
Konsumsi alkohol meningkat, kehilangan
gairah seks.
14.
Terangsang, gemetar, senang.
15.
Tertolong, memahami, bersosialisasi,
berteman, mencintai, bahagia.
b.
Mental
1.
Cemas, jengkel, sedih, hampa, merasa tidak
ada penolong atau harapan, histeria, tidak percaya diri, merasa tidak mampu
menangani, khawatir, depresi.
2.
Tidak sabar, gampang tersinggung dan jengkel, marah, bermusuhan,
agresif.
3.
Frustasi, jenuh, tidak cukup, merasa
bersalah, tertolak, terabaikan, tidak aman, peka.
4.
Hilang ketertarikan pada penampilan diri,
kesehatan, diet, rendah diri, dan
kehilangan ketertarikan pada orang lain.
5.
Polypasik (melakukan terlalu banyak hal
sekaligus), terpaksa melakukan sesuatu.
6.
Gagal menyelesaikan tugas pertama sebelum
melakukan tugas berikutnya.
7.
Sulit berpikir jelas, konsentrasi dan
membuat keputusan, pelupa, kurang kreatifitas, irrasional, menunda-nunda, sulit
memulai melakukan sesuatu.
8.
Mudah membuat kesalahan yang memalukan dan
sering mengalami kecelakaan.
9.
Mempunyai banyak hal yang harus dilakukan
dan tidak mengetahui dari mana harus
memulai atau berhenti melakukan hal yang sia-sia atau melanjutkan dari satu
pekerjaan ke pekerjaan berikutnya dan tidak menyelesaikan satu pun.
10.
Kaku, tidak rasional, reaksi berlebihan,
tidak produktif, boros/ tidak
efisien.
c.
Prilaku
1.
Sering tergesa – gesa
2.
Mudah marah
3.
Tidak sabaran
4.
Cemas
5.
Sulit tidur
6.
Over ambisius
7.
Merokok terlalu banyak
8.
Minum terlalu banyak kafein
9.
Hiperaktif
5.
Dampak stress
Stres
dapat berdampak terhadap individu, pelaksana kerja maupun organisasi (Strank j,
2005)
a.
Efek
stres terhadap individu
1.
Emosional ditandai oleh keletihan,
kecemasan dan kurangnya motivasi.
2.
Kognitif yang menyebabkan sering berbuat kesalahan, dan
sering terjadi kecelakaan.
3.
Perilaku
yaitu hubungan yang kurang baik antara rekan kerja, ketidak hadiran
(absen), merokok, makan yang berlebihan.
4.
Psikologi yaitu keluhan ? keluhan individu mengenai gangguan
kesehatan misalnya sakit kepala, sakit dan rasa nyeri umum, dan pusing. Ini
memberikan kontibusi terhadap peningkatan tekanan darah penyakit jantung,
penurunan resisten terhadap penyakit.
b.
Efek
stres terhadap pelaksanaan kerja
1.
Produktivitas dalam pekerjaan menurun
2.
Kurang tegas dalam pengambilan keputusan
dalam tingkat Manager
3.
Sering tidak hadir dalam bekerja.
c.
Efek
stres terhadap organisasi
1.
Meningkatnya keluhan para klien
2.
Meningkatnya kecelakaan
3.
Para karyawan kehilangan komitmen terhadap
keberhasilan Organisasi.
4.
Meningkatnya kecelakaan
5.
Banyaknya pegawai yang absen
6.
Menurunnya prestasi tenaga kerja
7.
Meningkatnya premi asuransi tanggung jawab
majikan.
B.
Tekanan Darah
1.
Definisi Tekanan Darah
a.
Tekanan darah adalah tekanan di dalam
pembuluh darah ketika jantung memompakan darah keseluruh tubuh.(Beevers, D.G:2002)
b.
Tekanan darah adalah kekuatan darah
mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri)
dan kembali ke jantung (pembuluh balik).(Vitahealth:2000)
2.
Sistem
Sirkulasi Tekanan darah
Darah mengambil oksigen
dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan
kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut
arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh
darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk
jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut
kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan
oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup.
Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh
darah vena, dan di pompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.
Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik.
Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini
paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan
diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah.(Beevers, D.G:2002).
3.
Jenis Tekanan Darah
Tekanan
darah dapat dibedahkan atas 2 yaitu :
a.
Tekanan Sistolik Adalah tekanan pada
pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi.( Beevers, D.G:2002).
Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung
menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk
mendorong darah keluar melalui arteri. Dimana tekanan ini berkisar antara 95 -
140 mmHg.( Vitahealth:2000)
b.
Tekanan Diastolik Adalah tekanan yang
terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan.(Beevers, D.G:2002)
Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang. Dimana
tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg.(Vitahealth:2000).
4.
Jenis Tekanan Darah
Tekanan darah manusia
dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:(Vitahealth:2000)
a.
Tekanan darah rendah (hipotensi)
b.
Tekanan darah normal (normotensi)
c.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah dapat lebih
tinggi (hipertensi) atau lebih rendah (hipotensi) dari normal. Hipotensi berat
berkepanjangan yang menyebabkan penyaluran darah ke seluruh jaringan tidak
adekuat dikenal sebagai syok sirkulasi.
5.
Mengukur
Tekanan Darah
Naik dan turunnya
gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan
darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini
dinamakan "Systole", dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu
saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut "Diastole".(Beevers,
D.G:2002)
Sphygmomanometer
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah pada manusia. Alat
tekanan darah ini memiliki manset yang bisa digembungkan yang dapat dihubungkan
dengan suatu tabung berisi air raksa.22) Jika bola pemompa dipakai memompa
udara memasuki kantong udara, maka kantong udara akan menekan pembuluh darah
arteri sehingga menghentikan aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada
kantong udara dilepas, mercury (air raksa) pada alat pengukur akan turun,
dengan menggunakan stetoscope yang diletakkan pada nadi arteri kita dapat
memantau adanya suara "Duk" pada saat turunnya tekanan kantong udara
menyamai tekanan pada pembuluh darah arteri, berarti mengalirnya kembali darah
pada arteri, tekanan darah terbaca pada alat ukur mercury bersamaan dengan
suara "Duk" menunjukkan tekanan darah Systolik. Suara "Duk"
pada stetoscope akan terdengar terus sampai pada saat tekanan kantong udara
sama dengan tekanan terendah dari arteri (pada saat jantung tidak memompa -
relaxes) maka suara "Duk" akan hilang. Pada saat itu tekanan pada
alat ukur mercury disebut tekanan darah Diastolik.(Beevers, D.G:2002)
Tabel II.1 Tabel Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah
|
Tekanan Darah
Sistolik (angka bacaan diatas mmHg)
|
Tekanan Darah
Diastolik (angka baca dibawah) mmHg
|
Normal
|
Dibawah 120
|
Dibawah 80
|
Pre
– Hipertensi
|
120 – 139
|
80 – 89
|
Darah Tinggi
atau Hipertensi (Stadium1)
|
140 – 159
|
90 – 99
|
Darah Tinggi
atau Hipertensi (Stadium 2 atau berbahaya)
|
Diatas 160
|
Diatas 100
|
Sumber
: Joint National Committee – VII:2004
6.
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan
Darah
a.
Faktor psikososial
Terdapat bukti bahwa
berbagai bentuk stress yang akut dapat meningkatkan tekanan darah. Akan tetapi,
hanya terdapat sedikit bukti yang menunjukkkan bahwa stress jangka panjang
mempunyai efek jangka panjang pula, tidak ditentukan oleh faktor yang
mengacaukan seperti kebiasaan makan dan faktor ekonomi secara keseluruhan, bukti yang tersedia tidak cukup
untuk menyimpulkan sebab-akibat mengkuantifikasi risiko bebas relatif.
Penelitian yang secara metodologi masuk akal diperlukan dalam bidang ini. (WHO:2001)
b.
Faktor lingkungan
Adanya polusi udara,
polusi suara, dan air lunak semuanya telah diindikasi sebagai faktor penyebab
tekanan darah tinggi. Melindungi masyarakat dari polusi udara, polusi suara dan
air lunak dapat mempengaruhi kesehatan, khususnya pada hipertensi.(WHO:2001)
c.
Kurang Olahraga
Meskipun tekanan darah
meningkat secara tajam, ketika berolah
raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih
rendah daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian
disebabkan karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak
merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya
memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya
melakukan olah raga yang teratur dengan
jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali (Beevers, 2002). Dengan
melakukan gerakan yang tepat selama 30 – 45
menit atau lebih dari 3 – 4 hari
perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mm Hg pada bacaan sistolik
maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat
menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat
otot (Vitahealth,2005)
C.
Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan
Darah
Menurut
(Sarafino,1990) menyatakan bahwa rasa stres dapat menimbulkan perubahan-
perubahan pada sistim fisik tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Hubungan
antara stres dengan rasa sakit, ditandai dengan proses pelepasan hormon,
khususnya hormon catecholamines dan corticosteroids, yang dilepas oleh
rangsangan sistem kardio vaskoler. Contoh bila tingkat hormon ini sangat
tinggi, maka dapat menyebabkan jantung berdebar-debar sangat kencang sehingga
dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.
Menurut Anis Prabowo (2005) yang mengatakan bahwa stress yang dialami seseorang
akan membangkitkan saraf simpatis yang akan memicu kerja jantung dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah
Menurut Kandasamy
Kavitha, 2010 dalan tulisannya berjudul Hubungan Stres Ujian Dengan Perubahan
Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK
USU) Angkatan 2008 Pada Tahun 2010 yang menyatakan bahwa stress kerja memicu
perubahan tekanan darah.
No comments:
Post a Comment