A.
Alat
Pelindung Pendengaran (APP)
Upaya
pengendalaian (controling) Alat
Pelindung Diri merupakan upaya terahir dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan terhadap potensi bahaya yang mungkin terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan, setelah pengedalian teknik dan administrative tidak mungkin lagi
diterapkan. Namun beberapa alat pelindung diri harus mutlak dikenakan oleh
tenaga kerja pada waktu malakukan
pekerjaan. Alat pelindung diri jenis ini antara lain seperti alat pelindung
pendengaran, sarung tangan, helm, sepatu. Saat menghadapi potensi bahaya yang
dihadapi serta sesuai dengan bagian tubuh yang perlu dilindungi (Depnaker RI,
2002).
Untuk menentukan alat pelindung yang
sesuai dengan potensi bahaya ditempat kerja dengan kriteria yang tepat,
sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi, tidak memiliki bahaya tambahan
terhadap pekerjaannya, serta nyaman dikenakan oleh tenaga kerja merupakan hal
yang tidak mudah karena memerlukan pengetahuan, pengalaman tersendiri,
pelatihan penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (Depnaker RI, 2002).
|
Alat pelindung pendengaran diperlukan
apabila tingkat kebisingan ditempat kerja sudah mencapai 85dB diatas 8
jam/hari. Alat pelindung pendengaran berfungsi melindungi pendengaran (telinga)
akibat kebisingan, dan melindungi telinga dari percikan api atau logam-logam
yang panas yang ada ditempat kerja mereka bekerja dan mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja agar tercapainya tenaga kerja yang produktif (Depnaker
RI, 2004).
Dalam pemakaian alat pelindung
dikategorikan
dalam dua cara yaitu Dispossible
Ear Plug (satu kali pakai dan langsung dibuang) dan Non
Dispossible Ear Plug (bisa beberapa kali pakai),
biasanya terbuat dari karet yang dipakai untuk waktu yang lama (Depnaker RI,
2004).
1. Tujuan dan Manfaat
Penggunaan APP
a. Tujuan
Penggunaan APP
Penggunaan
APP bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan merupakan upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari potensi bahaya pada suatu
tempat kerja yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan.
b. Manfaat
penggunaan APP
Keuntungan
penggunaan APP dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu:
1)
Tempat kerja
a)
Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat
terjamin baik jumlah maupun mutunya.
b)
Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja.
c)
Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme
tenaga kerja, sehingga dapat tercapai produktifitas dengan tinggi dan obsiensi
yang optimal.
2)
Tenaga kerja
1.
Menghindari diri dari risiko pekerjaan seperti PAK
dari kecelakaan fisik maupun mental.
2.
Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja
sebagai sebagai akibat adanya keuntungan dari tempat kerja.
3)
Masyarakat dan pemerintah
1.
Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian
Negara dan jaminan yang memuaskan bagi masyarakat.
2.
Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja,
berarti melindungi sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha
kesehatan pemerintah.
3.
Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan
membantu kearah pembentukan masyarakat.
2. Jenis-Jenis APP
Alat
Pelindung Pendengaran yang digunakan oleh tenaga kerja ada banyak jenisnya hal
ini ditentukan oleh intensitas bising yang ada dilingkungan kerja, sumbat
telinga dapat dibuat dari kapas, plastik, karet alam dan karet sintesis (Depnaker RI ,
2004) yang terdiri dari :
a.
Sumbat telinga (Ear plug)
Adalah alat pelindung telinga yang
cara penggunaannya dimasukan kedalam liang telinga, dapat mengurangi
intensistas suara 8-30 dB biasanya digunakan untuk tempat kerja yang intensitas
bisingnya 100 dB.
Ear plug terbagi
atas:
1) Fanmable type
2) Costum-molded type
3) Premolded type
b.
Tutup telinga (Ear muuf)
Adalah alat pelindung telinga yang
cara pemakaianya ditutupkan kepada seluruh daun telinga, alat ini lebih efektif
dari sumbat telinga serta dapat mengurangi suara 25-40 dB biasa digunakan pada
tempat kerja yang intensitas bisingnya 110 dB.
3.
Ketentuan
APP
a. Alat
pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang
berlebihan
b. Harus
ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisiensi
c. Harus
menarik dan harganya tidak terlalu mahal
d. Tidak
memberikan efek samping/ aman dipakai
e. Tidak mudah
rusak
4.
Kriteria Penggunaan
APP
a. Biasanya
alat pelindung telinga yang dibutuhkan ditentukan oleh intensitas kebisingan
dan waktu pemaparan yang diperkenankan
b. Pemilihan
alat pelindung telinga biasanya tergantung dari kesenangan penggunanya
c. Alat
pelindung telinga yang memberikan perlindungan yang akurat dan nyaman akan
dapat diterima dengan baik oleh penggunanya
Latihan tentang penggunaan alat pelindung
telinga terhadap tenaga kerja akan tampak bermanfaat dari pada memberikan sanksi.
5.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Efektifitas APP
a. Kebocoran
udara
b. Perambatan
gelombang udara
c. Vibrasi/getaran
alat itu sendiri
d. Konduksi
suara melalui suara dan jaringan
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan APP
Menurut Notoadmodjo
(1974), banyak faktor yang mempengaruhi tenaga kerja mau atau tidaknya
menggunakan alat pelindung diri, antara lain adalah:
1. Sejauh mana
pemakai mengerti kegunaannya
2. Kemudahan
dan kenyamanan dipakai, dengan gangguan minimal terhadap prosedur kerja yang
normal
3. Sanksi-sanksi
ekonomis, sosial dan disiplin yang dapat digunakan untuk perubahan sikap tenaga
kerja
1.
Faktor-Faktor
Tenaga Kerja
a. Perilaku
tenaga kerja
Perilaku dipandang dari segi biologis
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku
amnesia mempunyai bentangan yang sangat luas yang berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan lain-lain. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku
kedalam tiga domain yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Ensiklopedi Amerika,
perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Suatu rangsangan
tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku baru. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku seseorang, sebagian terletak didalam diri individu itu sendiri yang
disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar diri individu yang disebut
faktor ekstrn yaitu faktor lingkungan. Bentuk operasional perilaku yang dapat
diukur adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.
1) Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperolah dari proses belajar semasa
hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan.(Notoatmodjo, 1993)
Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Reksohadiprodjo, 1990)
Asosiasi
psikologi Amerika berpendapat bahwa dalam tidaknya pengetahuan seseorang
terhadap penguasaan suatu materi dapat dikategorikan menjadi enam tingkatan.
Dari
tingkatan terendah sampai dengan tingkatan tertinggi, tingkatan tersebut dapat
dijelaskan sebagai Domain on the toxonomy of educational objectives, yaitu:
a) Tahu,
didefinisikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
suatu yang spesifik dari suatu rangsangan yang telang diterima.
b) Memahami, didefinisikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar dari suatu objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi,
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya.
d) Analisis,
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu unsur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitan satu sama lainnya.
e) Sintesis,
didefinisikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam bentuk suatu keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyususn
formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi,
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan sendiri
atau dengan menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan
tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoadmodjo, 1993)
2) Sikap
Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek, disebutkan juga bahwa sikap itu adalah kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu.
Sikap bukan
merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek dilingkungan tertentu sebagia penghayatan terhadap suatu objek.
Menurut
Suwarno (1991) sikap merupakan pendapat atau pandangan seseorang tentang suatu
objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum
mendapatkan informasi atau melihat juga mengalami sendiri suatu objek. Sikap
dapat diuraikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif, yaitu suatu respon yang
sudah dalam suatu pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap
mempunyai karakteristik, yaitu:
a) Selalu ada
objek
b) Biasanya
bersifat evaluatif
c) Relatif
mantap
d) Dapat diubah
Menurut Suma’mur
bahwa sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja ada dua tafsiran yaitu
tafsiran pertama adalah tingkat operasional yang meliputi keselamatan yang
kompleks reaksi tenaga kerja terhadap pekerjaan dan lingkungannya, sedangkan
tafsiran yang kedua bertalian dengan sikap tenaga kerja terhadap keselamatan
atas nama dinamika psikologi.
Demikian
juga Suma’mur menyatakan bahwa secara statistik terlihat bahwa pekerja yang
berumur muda sering mengalami kecelakaan dibanding tenaga kerja yang lebih tua
jadi sikap juga dipengaruhi oleh faktor umur.
Sikap bila
dilihat dari strukturnya mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
1. Komponen
kognitif (kepercayaan, keyakinan), yaitu segala sesuatu ide atau gagasan
tentang sifat atau karakteristik umum objek.
2. Komponen
efektif (kehidupan emosional dan evaluasi suatu objek).
Biasanya
merupakan perasaan pada suatu objek.
3. Komponen
psikomotor (kecendrungan untuk bertindak).
Ketiga
komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
emosional memang berperan penting terhadap tenaga kerja (Notoadmodjo, 1981).
2.
Faktor
Manajemen
a. Pelatihan
Notoadmodjo (1993) mengatakan
pelatihan adalah salah satu bentuk proses pendidikan, dengan pelatihan tenaga
kerja sebagai sarana pendidikan akan memperoleh pengalaman belajar yang
akhirnya menimbulkan perubahan perilaku.
Pelatihan juga merupakan bagian dari
pemberdayaan sumber daya manusia. Setiap individu memerlukan latihan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pelatihan juga berkaitan
dengan perubahan tingkah laku, fungsi suatu sistem pelatihan ialah memproses
individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang
ditentukan sebelumnya sebagai produk hasil dari pelatihan.
b. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi didalam
manajemen fungsional yang harus dilaksanalkan oleh setiap pimpinan terhadap
pelaksanaan kerja dilingkungannya. Oleh karena itu juga setiap pimpinan
memiliki fungsi yang melekat didalam jabatannya untuk melakukan pekerjaan
pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok
masing-masing.
Menurut
Schermerhorn (2002), pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja
dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang ditetapkan
No comments:
Post a Comment