Saturday, May 20, 2017

Keluhan Nyeri Mata pada pekerja pengelasan

A.                    Keluhan Nyeri Mata
1.      Definisi
Mata merupakan salah satu indra tubuh manusia yang sangat kompleks dan berfungsi untuk penglihatan (Ilyas, 2002).
Mata mempunyai fungsi untuk mendeteksi cahaya, tugas mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya apakah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual (Anonim, 2010)
Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang  aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan”. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit (Potter & Perry, 2006).
Teori Specificity “Suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini di dapat melalui system syaraf  perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf dan spesifik di spinal cord.
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
Beberapa yang terjadi pada Fisiologi Nyeri Terdiri atas 4 proses utama yang dapat mempengaruhi :
a.       Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius aktivitas elektrik reseptor terkait
b.      Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
c.       Modulasi yaitu aktivitas saraf untuk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saraf  pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto).
d.      Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya (Dewanto).
2.      Proses kerja Sinar-sinar radiasi ionisasi yang dihasilkan selama proses pengelasan yang berdampak pada mata antara lain :
a.       Sinar tampak. Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las mengeluarkan sinar tampak. Sinar tampak yaitu  merupakan sinar ionisasi yang ditibulkan dari radiasi. Sinar tampak memiliki panjang gelombang 400-760 nm. Semua sinar yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka segra akan menjadi kelelahan mata (Nurdin, 1999).
b.      Sinar infra merah. Sinar infra merah dan ultraviolet berasal dari busur listrik. Sinar infra merah adalah sinar yang merupakan sumber panas yang memancarkan gelombang-gelombang elektromagnetis. jika gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Adanyasinar infra merah tidak terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadi penyakit kornea, presbiovia, yang terlalu dini dan kerabunan (nurdin, 1999).
c.       Sinar Ultra Violet. Sinar ultra violet adalah sebenarnya pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Pasien yang terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik (Nurdin, 1999).
3.      Keluhan Mata
a.       Mata Merah. Keluhan mata merah harus dibedakan antara merah pada palpebra dan daerah sekitar mata atau merah pada bola mata. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva atau kongesti vaskular pada konjungtiva, sklera, atau episklera (jaringan ikat antara sklera dan konjungtiva). Kongesti ini dapat disebabkan oleh radang di permukaan luar, seperti konjungtivitis dan keratitis, atau radang intraokular, seperti iritis dan glaucoma akut.Mata merah bilateral karena infeksi atau alergi sering terjadi dan relatif tidak berbahaya. Akan tetapi, mata merah unilateral membutuhkan pemeriksaan ocular yang lebih teliti karena penyebab umumnya adalah glaucoma akut, iritis akut, keratitis, atau benda asing. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani.
b.      Mata Berair. Pada bayi, mata berair biasanya disebabkan oleh tersumbatnya duktus nasolakrimalis. Glaucoma congenital dapat pula menyebabkan iritasi mata dan berair, tetapi jarang terjadi. Penyebab lain adalah entropion pada kelopak mata bawah. Pada orang dewasa, ada dua tipe umum mata berair. Refleks berair mata mendadak umumnya disebabkan oleh iritasi di permukaan mata, seperti pada konjungtivits, keratitis atau saat ada partikel benda asing di mata. Sebaliknya, mata berair yang kronik disertai epifora (air mata mengalir utrun dari pipi) mungkin menunjukkan drainase lakrimal yang tidak normal karena tersumbatnya duktus nasolakrimalis.
c.       Mata Terasa Berpasir. Rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat kelainan di permukaan mata. Gatal, sebagai gejala primer, seringkali merupakan tanda adanya alergi. Rasa kering, perih, berpasir, dan sensasi benda asing yang ringan biasa terjadi pada mata kering atau jenis iritasi kornea ringan lainnya. Sensasi mata berpasir atau sensasi lainnya dapat disebabkan oleh konjungtiva palpebra yang mengalami peradangan yang tergosok ke kornea, contohnya pada konjungtivitis bakterial.
d.      Mata Banyak Kotoran. Keluhan mata banyak kotoran atau belekan sering tidak spesifik untuk diagnostik. Sekret hanya dapat dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel lendir atau pada sel goblet konjungtiva. Keluhan sekret yang berlebihan menunjukkan terjadi kelainan pada konjungtiva.Sekret berlebihan, yang menyebabkan kedua palpebra lengket sehingga sulit dibuka saat bangun tidur, biasanya menunjukkan konjungtivitis virus atau bakteri. Pada kelopak mata yang terbuka, suhu mata biasanya lebih rendah dibandingkan suhu badan akibat penguapan air mata. Penutupan kelopak yang lama akan membuat suhu mata sama dengan suhu badan. Suhu yang sama tersebut merupakan inkubator optimal untuk kuman sehingga dapat berkembang biak dengan baik. Oleh karena itu, kuman akan memberikan peradangan yang lebih berat pada konjungtiva sehingga sekret akan bertambah di waktu bangun pagi. Pada iritasi akibat alergi atau non-infeksi, dijumpai lebih sedikit sekret mukoid. Sekret yang mengering dan krusta pada bulu mata bisa muncul secara akut pada konjungtivitis atau menahun pada blefaritis (radang pada tepian palpebra).
e.       Kelopak Mata Bengkak. Kelopak mata dapat menjadi bengkak karena radang ataupun bukan radang. Peradangan seperti hordeolum, blefaritis, konjungtivitis, selulitis, dan trauma dapat mengakibatkan edema palpebra. Kalazion, blefarokalasis, penyakit ginjal, jantung, dan tiroid merupakan penyebab edema palpebra yang bukan merupakan peradangan.
f.        Tajam Penglihatan Menurun. Visus yang turun mendadak dapat terjadi karena kelainan vaskular, seperti oklusi arteri dan vena sentral retina, atau perdarahan vitreus. Penyebab lainnya antara lain glaukoma akut, ablasio retina, neuritis optik, uveitis, edema kornea akut, trauma mata atau keracunan obat, hifema, ablasi serosa makula, iskemik optik neuropati, dan luksasi lensa. Bila visus berkurang hanya sewaktu dan menjadi normal kembali setelah 24 jam biasanya disebabkan papil edema, amaurosis  fugaks (unilateral), insufisiensi arteri vertebrobasilar (binokular). Penglihatan menurun gradual tanpa rasa sakit yang berlangsung lebih dari minggu hingga tahun terdapat pada katarak, glaukoma sudut terbuka, dan retinopati menahun. Penglihatan yang menurun dengan rasa sakit terdapat pada glaukoma akut, uveitis, dan neuritis optik. Penurunan ketajaman visual sentral harus dibedakan dari yang perifer. Yang perifer dapat bersifat fokal, seperti skotoma; atau lebih luas, seperti pada hemianopia. Kelainan jaras visual intrakranial biasanya lebih mengganggu lapangan pandang daripada ketajaman visual sentral. Hilangnya penglihatan sentral atau perifer sementara seringkali disebabkan oleh perubahan sirkulasi pada suatu lokasi di sepanjang jaras visual neurologik mulai dari retina hingga korteks oksipital. Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya, pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.
Tepi Kornea Berkabut. Jika kekeruhan kornea terdapat di perifer, penglihatan akan tetap tajam. Akan tetapi, saat terjadi di sentral, penglihatan dapat terganggu. Penyebab yang umum adalah keratitis herpes, trakoma ulcer, trauma, dan keratomalasia karena defisiensi vitamin A. dapat pula terjadi pada arcus senilis dan non-ulceratif (interstitial) keratitis. (Ilyas, Sidharta, 2010).

No comments:

Post a Comment

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer