A.
Keluhan Nyeri Mata
1.
Definisi
Mata merupakan salah satu
indra tubuh manusia yang sangat kompleks dan berfungsi untuk penglihatan
(Ilyas, 2002).
Mata mempunyai fungsi
untuk mendeteksi cahaya, tugas mata yang paling sederhana tak lain hanya
mengetahui apakah lingkungan sekitarnya apakah terang atau gelap. Mata yang
lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual (Anonim, 2010)
Asosiasi
Internasional
untuk Penelitian Nyeri (International
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
“suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan”. Nyeri dapat merupakan
faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari
suatu penyakit (Potter & Perry, 2006).
Teori Specificity
“Suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena
adanya injury dan informasi ini di dapat melalui system syaraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di
saraf dan spesifik di spinal cord.
Nyeri
adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
Beberapa yang terjadi pada Fisiologi Nyeri Terdiri
atas 4 proses utama yang dapat mempengaruhi :
a.
Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius aktivitas
elektrik reseptor terkait
b.
Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf
yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis,
kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens),
dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan
timbal balik antara thalamus dan cortex.
c.
Modulasi yaitu aktivitas saraf untuk mengontrol transmisi
nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saraf pusat yang secara selektif menghambat
transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau
obat analgetika seperti morfin (Dewanto).
d.
Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga
menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. Bahkan
struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat
disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif
sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya (Dewanto).
2.
Proses kerja Sinar-sinar radiasi ionisasi yang dihasilkan
selama proses pengelasan yang berdampak pada mata antara lain :
a.
Sinar tampak. Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada
las mengeluarkan sinar tampak. Sinar tampak yaitu merupakan sinar ionisasi yang ditibulkan dari
radiasi. Sinar tampak memiliki panjang gelombang 400-760 nm. Semua sinar yang
masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina. Bila cahaya
ini terlalu kuat maka segra akan menjadi kelelahan mata (Nurdin, 1999).
b.
Sinar infra merah. Sinar infra merah dan ultraviolet berasal
dari busur listrik. Sinar infra merah adalah sinar yang merupakan sumber panas
yang memancarkan gelombang-gelombang elektromagnetis. jika gelombang ini
mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi
panas. Adanyasinar infra merah tidak terasa oleh mata, karena itu sinar ini
lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar infra merah terhadap mata yaitu akan terjadi pembengkakan pada
kelopak mata, terjadi penyakit kornea, presbiovia, yang terlalu dini dan
kerabunan (nurdin, 1999).
c.
Sinar Ultra Violet. Sinar ultra violet adalah sebenarnya
pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Pasien yang terkena sinar ultra
violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata
sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia,
blefarospasme, dan konjungtiva kemotik (Nurdin, 1999).
3.
Keluhan Mata
a. Mata
Merah. Keluhan
mata merah harus dibedakan antara merah pada palpebra dan daerah sekitar mata
atau merah pada bola mata. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh
perdarahan subkonjungtiva atau kongesti vaskular pada konjungtiva, sklera, atau
episklera (jaringan ikat antara sklera dan konjungtiva). Kongesti ini dapat
disebabkan oleh radang di permukaan luar, seperti konjungtivitis dan keratitis,
atau radang intraokular, seperti iritis dan glaucoma akut.Mata merah bilateral
karena infeksi atau alergi sering terjadi dan relatif tidak berbahaya. Akan
tetapi, mata merah unilateral membutuhkan pemeriksaan ocular yang lebih teliti
karena penyebab umumnya adalah glaucoma akut, iritis akut,
keratitis, atau benda asing. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebutaan jika
tidak segera ditangani.
b. Mata
Berair. Pada bayi, mata berair biasanya disebabkan oleh tersumbatnya duktus
nasolakrimalis. Glaucoma congenital dapat pula menyebabkan iritasi mata dan
berair, tetapi jarang terjadi. Penyebab lain adalah entropion pada kelopak mata
bawah. Pada orang dewasa, ada dua tipe umum mata berair. Refleks berair mata
mendadak umumnya disebabkan oleh iritasi di permukaan mata, seperti pada
konjungtivits, keratitis atau saat ada partikel benda asing di mata.
Sebaliknya, mata berair yang kronik disertai epifora (air mata mengalir utrun
dari pipi) mungkin menunjukkan drainase lakrimal yang tidak normal karena
tersumbatnya duktus nasolakrimalis.
c. Mata
Terasa Berpasir. Rasa tidak nyaman yang superfisial biasanya akibat kelainan di
permukaan mata. Gatal, sebagai gejala primer, seringkali merupakan tanda adanya
alergi. Rasa kering, perih, berpasir, dan sensasi benda asing yang ringan biasa
terjadi pada mata kering atau jenis iritasi kornea ringan lainnya. Sensasi mata berpasir atau sensasi lainnya
dapat disebabkan oleh konjungtiva palpebra yang mengalami peradangan yang
tergosok ke kornea, contohnya pada konjungtivitis bakterial.
d. Mata
Banyak Kotoran. Keluhan mata banyak kotoran atau belekan sering tidak spesifik
untuk diagnostik. Sekret hanya dapat dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel
lendir atau pada sel goblet konjungtiva. Keluhan sekret yang berlebihan
menunjukkan terjadi kelainan pada konjungtiva.Sekret berlebihan, yang
menyebabkan kedua palpebra lengket sehingga sulit dibuka saat bangun tidur,
biasanya menunjukkan konjungtivitis virus atau bakteri. Pada kelopak mata yang
terbuka, suhu mata biasanya lebih rendah dibandingkan suhu badan akibat
penguapan air mata. Penutupan kelopak yang lama akan membuat suhu mata sama
dengan suhu badan. Suhu yang sama tersebut merupakan inkubator optimal untuk
kuman sehingga dapat berkembang biak dengan baik. Oleh karena itu, kuman akan
memberikan peradangan yang lebih berat pada konjungtiva sehingga sekret akan
bertambah di waktu bangun pagi. Pada iritasi akibat alergi atau non-infeksi,
dijumpai lebih sedikit sekret mukoid. Sekret yang mengering dan krusta pada
bulu mata bisa muncul secara akut pada konjungtivitis atau menahun pada
blefaritis (radang pada tepian palpebra).
e. Kelopak
Mata Bengkak. Kelopak mata dapat menjadi bengkak karena radang ataupun bukan
radang. Peradangan seperti hordeolum, blefaritis, konjungtivitis, selulitis,
dan trauma dapat mengakibatkan edema palpebra. Kalazion, blefarokalasis,
penyakit ginjal, jantung, dan tiroid merupakan penyebab edema palpebra yang
bukan merupakan peradangan.
f.
Tajam Penglihatan Menurun. Visus yang turun mendadak
dapat terjadi karena kelainan vaskular, seperti oklusi arteri dan vena sentral
retina, atau perdarahan vitreus. Penyebab lainnya antara lain glaukoma akut,
ablasio retina, neuritis optik, uveitis, edema kornea akut, trauma mata atau
keracunan obat, hifema, ablasi serosa makula, iskemik optik neuropati, dan
luksasi lensa. Bila visus berkurang hanya sewaktu dan menjadi normal kembali
setelah 24 jam biasanya disebabkan papil edema, amaurosis fugaks (unilateral), insufisiensi arteri
vertebrobasilar (binokular). Penglihatan menurun gradual tanpa rasa sakit yang
berlangsung lebih dari minggu hingga tahun terdapat pada katarak, glaukoma
sudut terbuka, dan retinopati menahun. Penglihatan yang menurun dengan rasa
sakit terdapat pada glaukoma akut, uveitis, dan neuritis optik. Penurunan
ketajaman visual sentral harus dibedakan dari yang perifer. Yang perifer dapat
bersifat fokal, seperti skotoma; atau lebih luas, seperti pada hemianopia.
Kelainan jaras visual intrakranial biasanya lebih mengganggu lapangan pandang
daripada ketajaman visual sentral. Hilangnya penglihatan sentral atau perifer
sementara seringkali disebabkan oleh perubahan sirkulasi pada suatu lokasi di
sepanjang jaras visual neurologik mulai dari retina hingga korteks oksipital.
Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya,
pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya
dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.
Tepi
Kornea Berkabut. Jika kekeruhan kornea terdapat di perifer, penglihatan akan
tetap tajam. Akan tetapi, saat terjadi di sentral, penglihatan dapat terganggu.
Penyebab yang umum adalah keratitis herpes, trakoma ulcer, trauma, dan
keratomalasia karena defisiensi vitamin A. dapat pula terjadi pada arcus senilis dan non-ulceratif
(interstitial) keratitis. (Ilyas,
Sidharta, 2010).
No comments:
Post a Comment