HIGIENI PERUSAHAAN
Faktor Risiko Kejadian Low Back Pain
Pada Operator Tambang Sebuah Perusahaan Tambang
Nickel Di Sulawesi Selatan
Di susun oleh
Nama : Nuurul isnaeni
Nim : 311.13.021
Dosen : alpacino junido. L SKM
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wa baraakatu
Puji
sukur saya panjatkan atas kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas kritik ilmiah pada judul skripsi “higiene perusahaan” tepat pada waktunya,
Akhirnya
saya menyadari bahwa dalam mengerjakan tugas ini banyak sekali kekurangan serta
kesalahannya, oleh karna itu saya mengharapkan sekali kritik dan saran kepada
dosen yang besangkutan,
Demikian
harapan saya, somoga tugas ini bemanfaat bagi siapa saja yang membacanya
trutama sekali buat saya pribadi
Penulis
Mataram april 2015
1.
LATAR
BELAKANG
Penyakit
akibat kerja adalah penyakit artefisial oleh karena
timbulnya disebabkan oleh pekerjaan manusia (manmade diseases) (Anies,2005). Kemajuan di bidang industri
telah membawa kemudahan bagi hidup manusia, namun demikian, masih terdapat
persoalan-persoalan dalam dunia kerja
yang tidak dapat diatasi
dengan teknologi yang ada, sehingga interaksi antara pekerja dengan lingkungan
dan alat kerja
dapat menimbulkan dampak negative bagi manusai
pekerja (Budioro, 2005). Salah satu
bentuk gangguan yang dapat timbul akibat kerja khususnya di industry pertambangan adalah
low back pain (LBP) atau nyeri punggung
bawah.
Low back pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau
perasaan lain yang tidak enak
di daerah tulang punggung bagian bawah. Dalam kejadian yang sesungguhnya di masyarakat,
LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semuanya biasa terkena LBP. Lebih dari 70% umat manusia dalam hidupnya
pernah mengalami LBP, dengan rata-rata puncak kejadian
berusia 35-55 tahun (Anderson, 1997; Jellmemaetal, 2001). Sudah banyak diketahui bahwa berbagai factor psikologis dan faktor sosial dapat meningkatkan risiko
low back pain. Riset menunjukkan
bahwa ketertarikan, tekanan, stress
terhadap tanggung jawab, ketidakpuasan
dalam bekerja, tekanan mental di tempat
kerja, dan penyalahgunaan obat dapat menempatkan seseorang pada risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami low back
pain yang kronis.
PT.
INXX sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, memiliki
jumlah karyawan yang tergolong besar yaitu 3600 orang dan tersebar di beberapa
departemen serta melakukan aktifitas pekerjaan yang beragam. Berdasarkan pengamatan data medical record (data manual
dan digital) yang telah dilakukan, jenis aktivitas kerja secara garis besar di
PT. INXX yaitu: operator/pengemudi
kendaraan atau alat berat, mekanik, supervisor, dan pegawai kantoran. Semua
jenis pekerjaan ini memiliki risiko yang dapat menyebabkan low back pain dengan derajat risiko yang
tentunya berbeda
2.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini adalah penelitian retrospektif dengan mencari hubungan antara beberapa
factor risiko di masa lalu dengan kasus
low back pain yang sudah diketahui berdasarkan data kunjungan Rumah
Sakit PT.INXX pada bulan Maret 2007 sampai dengan Maret 2008. Secara skematis
konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : kunjungan Rumah Sakit
PT.INXX pada bulan Maret 2007 sampai dengan Maret 2008. Secara skematis konsep
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Besar sampel pada penelitian ini
menggunakan tabel besar sampel untuk penelitian kasus kontrol dengan menduga
Odds Ratio (OR) dalam jarak 50 % dari OR yang sesungguhnya dengan tingkat
kepercayaan 95 % dimana OR = 2,00 dan P2 = 0,50. OR pada kelompok ini
berdasarkan rata-rata OR pada penelitian sebelumnya (Myersetal, 1999;
Sastroasmoro, 1995). Besar sampel untuk kasus 65 responden dan kontrol 65
responden.
3.
HASIL
PENELITIAN
1) Analisis
univariat faktor resiko terjadinya low back pain
Semua kelompok penelitian berjenis kelamin laki-laki
dan bermasa kerja lebih atau sama dengan 5 tahun. Perbandingan jumlah kelompok kasus dan kontrol adalah 1:1. Jenis kelamin
dan masa kerja merupakan
faktor resiko yang
dikendalikan dalam penelitian ini.
Kelompok control berasal
dari operator alat berat tambang dan
memiliki karakteristik pekerjaan yang sama.
2) Analisis
bivariat faktor-faktor risiko terjadinya low back pain
Hasil analisis bivariat terhadap faktor risiko dengan
uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan kejadian low back pain pada karyawan tambang operator alat berat
PT.INXX
3) Analisis
multivariat faktor risiko yang paling mempengaruhi terjadinya low back pain
Dari analisis bivariat diketahui
bahwa hanya faktor risiko jenis
kendaraan dan kebiasaan olahraga yang mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian low back pain pada operator alat berat. Sesuai rancangan penelitian,
kedua faktor tersebut yaitu jenis kendaraan dan kebiasaan olahraga yang kemudian dilakukan analisis multisvariat
yaitu dengan logistik regresi dengan metode forward backwise regression (conditional)
untuk mengetahui pengaruh yang paling
dominan, dimulai dengan variabel jenis kendaraan yang nilai paling kecil
(paling bermakna) dan kemudian diikuti variabel olahraga. Karena nilai Odds Ratio
faktor risiko umur di atas, maka dalam perhitungan ini faktor risiko umur juga
dimasukkan dalam perhitungan.
4.
PEMBAHASAN
Dari paparan karakteristik responden penelitian ini
dapat dikatakan bahwa permasalahan kesehatan yang timbul berupa low back pain,
secara teoritis dapat disebabkan oleh perilaku tidak sehat dan lingkungan
sekitar yang tidak mendukung, juga perilaku tidak ergonomis, merokok, tidak
berolahraga, lingkungan sekitar yang penuh stres, dan umur tua.
1.
Hubungan
faktor umur dengan kejadian low back pain
Berdasarkan
hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa kejadian low back pain
tidak berhubungan dengan umur karyawan. Artinya ada faktor lain yangn
lebih dominan yang menyebabkan terjadinya
low back pain pada pekerja tersebut. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa masa kerja untuk sebagia karyawan tersebut lebih lama dari 5 tahun, yang
berarti juga merupakan faktor risiko tambahan untuk terjadinya LBP.
Tidak ditemukannya
hubungan antara factor risiko umur dan kejadian LBP dapat disebabkan juga karena perbedaan umur saat masuk
kerja.
2.
Hubungan
faktor jenis kendaraan operator dengan kejadian low back pain
Hasil
penelitian hubungan jenis kendaraan yang dipakai operator dengan kejadian low back pain menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara faktor risiko jenis kendaraan statis dengan kejadian low back pain.
Odds Ratio untuk faktor
risiko ini adalah 4.19 yang berarti
kemungkinan terpapar
risiko pada pengendara
static vehicle sebesar
4.19 kali pengendara moving vehicle. Kursi
statis yang tidak bisa disesuaikan dengan sikap tubuh operator akan lebih cepat menimbulkan rasa lelah bagi operator yang mengendarainya. Secara umum, kursi yang dipakai
dalam kendaraan tambang berdasarkan ukuran antropometri orang Eropa
atau Amerika, karena mayoritas
kendaraan dibuat
di Eropa dan Amerika, sehingga ukuran
tinggi badan, lebar badan, panjang tungkai orang Indonesia kadang tidak mencapai
panel- panel instrument
kendaraan dengan nyaman.
3.
Hubungan antara kebiasaan olah raga
dengan kejadian low back pain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara kejadian low back pain dengan
kebiasaan olahraga dari para
operator
alat berat , yang berarti bahwa
karyawan yang
tidak memiliki kebiasaan olaraga yang teratur
akan mempunyai peluang
risiko terjadi low back pain sebesar 2.94 kali lebih besar dari karyawan yang sering berolahraga secara teratur. Dalam
penelitian ini tidak dijelaskan
secara detail jenis olahraga yang dilakukan oleh para
karyawan.
4.
Hubungan antara faktor stres kerja dengan kejadian
low back pain.
Pada penelitian
ini ditemukan hasil bahwa
karyawan yang terdiagnosis low back pain lebih banyak
mengalami stres kerja (43%) dibandingkan dengan kelompok yang
tidak terdiagnosis low back pain (14%). Hasil uji statistik
juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kejadian low back
pain yang berarti
bahwa risiko karyawan yang memiliki stres kerja
untuk mengalami low back pain adalah
4.7 kali lebih besar
daripada karyawan yang tidak memiliki stres kerja.
Hasil analisis
dari wawancara dapat ditemukan
bahwa secara umum manifestasi stres
lebih banyak terjadi pada aspek perilaku, seperti
mudah lupa, hilang konsentrasi, tidak fokus dan
lain-lain. Keluhan
perilaku ini dapat berdampak
langsung pada operasional
harian operator tersebut.
5.
Hubungan antara faktor obesitas dengan
kejadian low back pain
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kegemukan tidak menunjukkan hubungan
yang bermakna dengan kejadian low back pain pada operator tamban.
Perbedaan karakteristik pekerjaan operator alat
berat pada penelitian ini dengan
karakteristik pekerja pada penelitian lain yang sejenis, dapat
juga memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian lain tersebut. Operator alat berat tambang
selama 7-8 jam hanya
melakukan pekerjaan sambil duduk di kabin kendaraan. Praktis tidak banyak
melakukan aktivitas fisik lain yang berat. Kondisi obesitas
akan memberikan dampak yang lebih besar, bila aktivitas kerja yang dilakukan tidak hanya satu jenis.
6.
Hubungan antara faktor kebiasaan
merokok dengan kejadian low back pain
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kejadian
low
back pain dengan
kebiasaan merokok sebelumnya,
Dari
hasil perhitungan jumlah rokok yang dikonsumsi oleh karyawan yang dicatat dalam hasil
medical
check up rutin tahun 2008,
maka per tahun biaya yang dikeluarkan oleh seluruh para perokok
di perusahaan mendekati angka 50,000 USD.
Jumlah ini bila ditambahkan dengan dampak
sosial lain akan bertambah besar. yang bila diartikan
secara bebas adalah rokok
yang dikonsumsi sebanyak 18 batang sehari
selama 12 tahun, dengan catatan
satu bungkus berisi 12 batang.
7.
Hubungan
multifaktorial yang mempengaruhi terjadinya low back pain
Dari hasil penelitian dan uji multivariat analisis
regresi logistik didapatkan hasil bahwa faktor jenis
kendaraan mempunyai pengaruh
yang lebih dominan terhadap kejadian low back pain
daripada faktor kebiasaan olah raga karyawan
dan umur, Sedangkan
faktor jenis kendaraan
statis akan menimbulkan risiko 5.375
lebih besar daripada jenis kendaraan
yang mempunyai kursi yang bisa diatur.
5.
KESIMPULAN
1.
Menurut saya sebaiknya dalam penelitian ini, lebih di
perjelas lagi olahraga apa saja yang di maksud agar dapat mencegah terjadinya
low beck pain, sehingga para karyawan di PT. incom dapat mengetahui apa saja olahraga yang
dimaksud
2.
Sebaiknya dalam penelian ini tidak hanya melakukan tes
wawancara pada setiap karyawan, tetapi harus menggunakan alat untuk mengukur
tinggkat kelelahan maupun tingkat stress seseorang dengan menggunakan
alat.
No comments:
Post a Comment