Saturday, May 20, 2017

STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK HIGIENE DAN SANITASI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DI LINGKUNGAN PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TAHUN 2012

TUGAS HYGIENE PERUSAHAAN
STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK HIGIENE
DAN SANITASI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN
GADO-GADO DI LINGKUNGAN PASAR JOHAR
KOTA SEMARANG TAHUN 2012








Di susun oleh :
ASPARINA GHUFRANI YASMIN
31113004


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah SWT mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang makalah yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing  yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun kritik  ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah diperuntukkan sebagai bahan makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan. Upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
membahayakan kesehatan manusia (Badan POM RI, 2008:1).
Diketahui pada tahun 2008 Badan POM telah mencatat 197 kasus keracunan
pangan di seluruh Indonesia dengan 9022 penderita, yang meliputi 8943 orang
sakit (dirawat dan yang meninggal dunia). Ditinjau dari kejadian KLB keracunan
pangan disimpulkan bahwa 85 (43,15%) kasus belum diketahui penyebabnya, 54
(27,41%) kasus karena mikrobiologi, 37 (18,78%) kasus karena bahan kimia dan
21 (10,66%) kasus tidak ada sampel. Profil proporsi angka kesakitan dan angka
kematian pada kasus KLB keracunan pangan tahun 2008 dapat disimpulkan
bahwa jumlah kasus tertinggi dilaporkan terjadi di Jawa Barat sebanyak 3166
(35,40%), Jawa Tengah 1240 (13,87%) dan Kalimantan Tengah sebanyak 860
(9,62%). Dilihat dari jumlah kematian Jambi merupakan daerah dengan jumlah
kematian tertinggi yaitu sebanyak 26 orang (32,91%) disusul berturut-turut Papua
sebanyak 18 orang (22,78%), Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan jumlah
kematian sebanyak 7 orang (8,86%) ( Badan POM, 2003: 34).

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirinci permasalahnnya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Ermayani (2004) mengenai pedagang nasi pecel
di Kelurahan Sumurboto dan Tembalang Semarang diperoleh hasil bahwa
sampel yang mengandung kuman Escherichia coli 25 (83,3%).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Payastiti Yunita dan Ni Made Utami
Dwipayanti di Bali (2010) mengenai kualitas mikrobiologis pada nasi jinggo
diketahui bahwa 47,8% sampel makanan dengan kandungan positif
Escherichia coli. Tingginya kontaminasi Escherichia coli ini dapat
disebabkan karena sanitasi rumah makan atau lingkungan yang masih sangat
rendah, kontak langsung bahan makanan dengan tangan penjamah makanan
sehingga memberi kesempatan bakteri Escherichia coli yang ada pada
tangan penjamah yang tidak dicuci bersih untuk mencemari makanan.
3. WHO (2005:2) juga melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi
di negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi
oleh patogen asal pangan dan asal air (waterborne) dengan penyebab yang
dipindahkan melalui perantara pangan.
4. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah diuji identifikasi E.coli pada alat
pengolah gado-gado (cobek) pada tanggal 10 September 2012 di Balai
Laboratorium Kesehatan pada 5 sampel alat pengolah makanan gado-gado
(cobek), diketahui bahwa 40% positif E.coli tidak memenuhi syarat pada
alat pengolah makanan gado-gado.

Rumusan Masalah Umum
Bagaimana gambaran studi deskriptif karakteristik higiene dan sanitasi pada
alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang
tahun 2012?
Rumusan Masalah Khusus
1.      Bagaimana gambaran higiene penjamah makanan pada alat pengolah
makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
2.      Bagaimana gambaran praktek pencucian pada alat pengolah makanan gadogado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
3.      Bagaimana gambaran persediaan air bersih pada alat pengolah makanan
gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
4.      Bagaimana gambaran kondisi warung pada alat pengolah makanan gadogado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
5.      Bagaimana gambaran keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah
makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahu 2012?

C.    TUJUAN PENELITIAN
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran studi deskriptif karakteristik higiene dan
sanitasi alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota
Semarang tahun 2012?
2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran higiene penjamah makanan pada alat pengolah
makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
2. Mengetahui gambaran praktek pencucian pada alat pengolah makanan gadogado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
3. Mengetahui gambaran persediaan air bersih pada alat pengolah makanan
gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
4. Mengetahui gambaran kondisi warung pada alat pengolah makanan gadogado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?
5. Mengetahui gambaran keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah
makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?















D.    LANDASAN TEORI
1.      Escherichia coli
Escherichia coli merupakan kuman oportunitis yang banyak ditemukan di
dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers
diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh
diluar usus (Agus Syahrurachman, 1994:163).
2.      Klasifikasi Escherichia coli
Menurut Bergey’s Manual of Systemic Biology dalam Jawetz el al
(2005:58).
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Gracilicutes14
Kelas : Scotobacteria
Bangsa (Ordo) : Eubacteriales
Sukun (familia) : Euterobactericea
Marga (Genus) : Escherichia
Jenis (Spesies) : Escherichia coli
3.      Morfologi Escherichia coli
Kuman berbentuk batang pendek (cocobacil), gram negatif ukuran 0,4 s/d
0,7 μm sebagian besar gerak positif dan beberapa strain memiliki kapsul dan tidak
berspora. Pada biakan Escherichia coli membentuk koloni bulat, konveks halus
dengan pingir-pinggir yang rata. Hemolisis pada agar darah dihasilkan oleh
beberapa strain E.coli. dihasilkan oleh beberapa strain Escherichia coli dan
mempunyai morfologi warna yang khas pada media pembeda seperti agar EMB
(Jawaetz, 2005:352).
4.      Fisiologi Escherichia coli
Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium mikrobiologi. Pada media yang digunakan untuk isolasi
kuman enterik sebagian besar strain E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain
bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Agus
Syahrurachman, 1994:163). Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif
yang tidak membentuk spora, berbentuk batang anaerob facultatif dan tergolong
ke dalam famili enterobacteriacea bakteri yang mesofilik ini akan tumbuh pada
suhu 7-10°C sampai 50°C dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah
37°C. kuman E.coli akan tumbuh pada kisaran pH 4,4-8,5. Nilai aw minimal 0,95,15
lebih resistensi terhadap asam. Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap panas
dan inaktifkan pada suhu pasteurisasi atau selama pemasakan makanan (Siti
Fathonah, 2005:1 21).
5.      Epidemiologi Escherichia coli
Kuman Escherichia coli termasuk kuman penghuni saluran pencernaan
beberapa hari setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama flora jasad renik
aerobic normal dari tubuh. Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai
petunjuk atau indikator adanya pencemaran faeces dalam air adalah E.coli (Badan
POM RI, 2008:3)


Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh kuman E.coli, hal
ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang kotor.
Sumber kontaminasi potensial yaitu terdapat selama jam kerja dari para pekerja
yang menangani makanan. Tangan pekerja mengadakan kontak dengan bagian
tubuh yang mengandung stafilokoki, maka tangan tersebut akan mengkontaminasi
makanan yang tersentuh. Perpindahan langsung mikroba dari alat pernafasan ke
makanan. Organisme yang berasal dari alat pencernaan dapat melekat pada tangan
pekerja yang mengunjungi kamar mandi atau kamar kecil dan tidak mencuci
tangannya dengan sabun sebelum kembali bekerja (Badan POM RI, 2003:6).
6.      Golongan dan Patogenesis
Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik virulensinya dimana tiga kelompok menyebabkan
penyakit dengan mekanisme yang berbeda.
7.      Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Escherichia coli
a.       Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu optimum tertentu
untuk pertumbuhannya.
b.      Aktivitas air
Aktivitas air menunjukkan jumlah air di dalam pangan yang digunakan oleh
mikroba untuk pertumbuhannya. Mikroba mempunyai kebutuhan aktivitas air
minimal yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Dibawah aktivitas airminimal tersebut mikroba tidak dapat tumbuh dan berkembang biak.. Air berperan dalam reaksi
metabolik dalam sel dan keluar sel.
c.       pH
Derajat keasaman yaitu nilai yang menunjukkan keasaman atau kebasahan.
Dengan menggunakan pH meter, nilai pH suatu bahan dapat diukur umumnya
berkisar antara 0-14. Nilai pH 7 menunjukkan bahan bersifat netral, nilai pH
kurang dari 7 menunjukkan bersifat lebih asam, sedangkan nilai pH lebih dari 7
menunjukkan bahan bersifat basa. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH
sekitar netral dan pH 4,6-7 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan
bakteri.
d.      Ketersediaan oksigen
Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh gas-gas utama salah satunya
adalah oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu aerobik (bakteri memerlukan oksigen), anaerobik
(bakteri tidak memerlukan oksigen), anaerob fakultatif (bakteri dapat tumbuh
pada keadaan aerob dan anaerob), anaerob obligat (bakteri dapat tumbuh dengan
baik pada keadaan sedikit oksigen).
e.       Kelembaban
Pangan yang disimpan di dalam ruangan yang lembab akan mudah menyerap
air sehingga nilai aktivitas air meningkat. Kenaikan aktivitas air akan
mengakibatkan mikroba mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan.
8.      Keberadaan Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri indikator untuk menilai
pelaksanaan sanitasi makanan. Dalam Kepmenkes No. 715 tahun 2003 tentang
persyaratan higiene dan sanitasi rumah makan dan restoran, angka bakteri E.coli
dalam makanan jadi disyaratkan 0 per gram contoh makanan dan minuman
disyaratkan angka bakteri E.coli harus 0 per 100 ml contoh minuman.
.
9.       Bakteri Indikator Pencemaran Pangan
Bakteri indikator adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk
adanya polusi faeces atau kotoran manusia atau hewan, karena bakteri tersebut
merupakan organisme komensial didalam saluran pencernaan manusia atau
hewan. Bakteri tersebut berguna untuk menunjukkan tingkat kebersihan dan
menjadi peringatan tentang kemungkinan adanya patogen.
Syarat bakteri indikator adalah terdapat dalam jumlah besar di dalam
kotoran (bakteri komensial), tumbuh dalam saluran pencernaan manusia atau
hewan berdarah panas (tidak pada saluran organisme lain)
10.   Higiene Penjamah Makanan
Berdasarkan (Depkes, 2000:1), Higiene adalah upaya untuk mengendalikan
faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan. Apabila ditinjau dari kesehatan
lingkungan pengertian higiene adalah usaha kesehatan yang mempelajari
pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah
timbulnya penyakit karena pengaruh faktor lingkungan (Siti Fathonah, 2005:1).
Higiene perorangan adalah sikap bersih perilaku penjamah/ penyelenggara
makanan agar makanan tidak tercemar.

E.     PROSEDUR PENELITIAN
Adapun langkah-langkah dalam prosedur penelitian ini adalah:
1. Pra penelitian
Pada tahap ini melakukan survey langsung pada tempat yang akan diteliti
dengan melakukan observasi pendahuluan awal dan mengumpulkan materi-materi
yang mendukung tema peneliti.
2. Penelitian
Pada tahap ini melakukan penelitian langsung dengan cara observasi,
dokumentasi dan melakukan uji pemeriksaan laboratorium secara langsung
terhadap alat pengolah makanan gado-gado yaitu cobek.
3. Pasca penelitian
Setelah data semua terkumpul tahap ini melakukan pembenahan berkas-berkas
untuk yang berkaitan dengan penelitian ini.
F.     TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis
data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian data yang telah terkumpul
akan diolah dan dianalisis. Proses pengolahan data meliputi:
1). Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh
melalui observasi atau pengamatan.
2). Coding adalah kegiatan untuk memberikan kode pada semua variabel untuk
mempermudah pengolah data.
3). Entry adalah kegiatan untuk memberikan kode pada semua variabel untuk
mempermudah pengolahan data.
4). Tabulating adalah kegiatan untuk mengelompokkan data sesuai dengan
variabel yang akan diteliti guna memudahkan untuk disusun data ditata untuk
disajikan.
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
1) Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran
terhadap variabel yang diteliti yaitu gambaran higiene penjamah makanan,
praktek pencucian alat pengolah, persediaan air bersih, kondisi warung
gado-gado dengan keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan
gado-gado. Pada analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:188).










BAB II
PEMBAHASAN
1 Higiene Penjamah Makanan
Berdasarkan gambaran mengenai frekuensi kondisi higiene penjamah
makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Dari
10 responden yang memiliki higiene penjamah makanan buruk terdapat 4
responden (40%), 6 responden (60%) yang memilki higiene penjamah makanan baik.
Hasil penelitian dilapangan diketahui 5 responden yang tidak menggunakan
pakaian kerja dalam keadaan bersih dan rapih.
Penelitian di lapangan terdapat 5 responden yang memiliki keadaan kuku
pendek dan tidak bersih pada saat menjamah makanan, hal ini yang menyebabkan
perpindahan bakteri dari tangan ke makanan langsung.
2 Praktek Pencucian
Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kondisi praktek
pencucian pada pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota
Semarang tahun 2012. Dari 10 responden distribusi praktek pencucian yang buruk
terdapat 3 (30%), 7 (70%) responden yang memiliki praktek pencucian yang baik.
Hasil penelitian dilapangan 7 responden yang tidak segera mencuci
peralatan yang kotor.
mereka tidak pernah melakukan pengeringan dengan cara dilap, 2 responden yang
tidak menjaga kebersihan lap, 5 responden yng tidak memiliki rak khusus, 12
responden tempat penyimpanan peralatan tidak tertutup, sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap kontaminasi silang bakteri pada makanan.
Pencucian peralatan yang tidak sesuai ketentuan juga mempunyai kerentanan
cukup besar terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli pada alat pengolah
makanan. 3 responden yang menggunakan air pencucian dengan cara berulangulang, padahal air tersebut sudah tampak kotor dan berminyak. Air memiliki
kaitan erat dengan kualitas makanan karena air berperan dalam proses pengolahan.
peralatan atau alat pengolah makanan yang dicuci dengan air tersebut tidak
menjadi bersih tetapi tempat berkumpulnya kuman. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa terdapat responden cenderung menggunakan air bersih yang tersedia
digunakan secara berulang-ulang sehingga menyebabkan air tersebut akan
terkontaminasi kuman patogen diantaranya bakteri Escherichia coli. Air yang
digunakan pada proses pengolahan hendaknya air bersih yang memenuhi
persyaratan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Penyakit-penyakit
bawaan makanan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari penyakit-penyakit
bawaan air. Makanan dan air merupakan suatu media yang dapat menyebabkan
penyakit sampai dengan 70% semua penyakit diare (WHO:2005).
Berdasarkan Kepmenkes No 1098 (2003:42) bak pencucian sedikitnya
terdiri dari 3 bak pencuci yaitu mengguyur, menyabun, dan membilas. Seharusnya
air yang digunakan untuk mencuci peralatan, apabila sudah terlihat kotor dan
berminyak harus segera diganti dengan air yang baru, karena air yang tidak
diganti dapat menyebabkan peralatan terkontaminasi bakteri Esecherichia coli.
Dari air pencucian yang kotor dan pembersihan peralatan yang kurang baik, selain
air itu digunakan untuk keperluan pencucian juga harus memenuhi semuanya.
Setelah dilakukan pencucian peralatan disimpan dengan baik, yaitu letakkan di rak
khusus dan penyimpanan harus terbalik. Hasil menunjukkan bahwa peralatan
makan tidak disimpan dirak khusus dan hanya diatas meja sehingga mudah terkena debu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi
Hartono dan Dewi Susanna (2003) menyatakan bahwa penempatan piring pada
tempat terbuka akan dapat memberi kontribusi terhadap kontaminasi silang
bakteri pada makanan. Cara pencucian dan penyimpanan perlatan harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar peralatan selalu dalam keadaan bersih
sebelum digunakan karena cemaran yang tertinggal akibat pencucian peralatan
kurang baik akan menjadi media pertumbuhan mikroorganisme akibatnya dapat
mengkontaminasi makanan.
3 Persediaan Air Bersih
Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kuantitas persediaan
air bersih pada pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota
Semarang tahun 2012. Dari 10 responden terdapat 7 responden (70%) yang
memenuhi air kuantitas bersih, 3 responden (30%) yang tidak memenuhi kuantitas
air bersih.
Hasil penelitian di lapangan dapat diketahui 10 (100%) responden
menggunakan sumber air sumur, 10 (100%) responden sarana keadaan air yang
digunakan untuk mencuci tidak mengalir, 3 (30%) responden kualitas
parameternya air berwarna, berbau, berasa. 7 (70%) responden yang tidak
memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau, 10 (100%) responden memenuhi persediaan air bersih.

4 Kondisi Warung Gado-gado
Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kondisi warung gadogado yang
ada di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Dari 10
responden yang memiliki kondisi warung gado-gado yang memenuhi syarat 6
(60%), 4 (40%) yang kondisi warungnya tidak memenuhi syarat.
5 Keberadaan Eschericichia coli
Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi keberadaan
Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek). Dari 10
responden yang memiliki 3 (30%) kategori positif keberadaan bakteri Escherichia
coli yang 7 (70%) kategori negatif keberadaan bakteri Escherichia coli pada alat
pengolah makanan gado-gado.












III.
KRITIK ILMIAH


Seharusnya dalam penelitian ini dilihat juga bagaimana kualitas bahan-bahan pembuatan gado-gado,dan proses pembuatan gado-gado tersebut.dan perlu juga di perhatikan apakah si penjamu gado-gado mengalami masalah suatu penyakit kulit atau tidak.jadi tidak hanya melihat dari segi tempat dan peralatanpedagang gado-gado.

No comments:

Post a Comment

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer