Saturday, May 20, 2017

Kelelahan Kerja

A.      Kelelahan Kerja
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (Suma’mur, 2009 : 358).
Kelelahan kerja adalah penurunan kapasitas kerja dan ketahanan yang disebabkan karena melakukan aktivitas atau pekerjaan yang ditandai dengan sensasi kelelahan (Balai Hiperkes, 2015). Kelelahan merupakan batas kemampuan otot dan sistem persyaratan untuk bekerja sehari-hari secara fisiologi (Suma’mur, 1996 dalam Soesanto, 2007).
1.    Jenis Kelelahan
a.         Kelelahan otot, merupakan tremor/perasaan nyeri yang terdapat pada otot yang ditandai dengan penurunan kemampuan kerja, kekuatan otot dan kelambatan gerak (fisik).
b.         Kelelahan umum, merupakan perasaan lelah yang menyebar dan ditandai degan penurunan kesiagaan dan keterlambatan pada setiap aktivitas (psikis).
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi performans kerja dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor yang berbeda-beda seperti (Wignjosoebroto, 2008 : 283):
1)   Lelah otot, munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan.
2)   Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ vital (mata).
3)   Lelah mental, kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (lelah otak).
4)   Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
2.    Gejala Kelelahan
Suatu daftar gejala atau perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah (Suma’mur, 2009):
a.    Perasaan berat di kepala
b.    Menjadi lelah seluruh badan
c.    Kaki merasa berat
d.    Menguap
e.    Merasa kacau pikiran
f.     Mengantuk
g.    Merasa berat pada mata
h.    Kaku dan canggung dalam gerakan
i.      Tidak seimbang dalam berdiri
j.      Mau berbaring
k.    Merasa susah berpikir
l.      Lelah bicara
m.  Gugup
n.    Tidak dapat berkonsentrasi
o.    Tidak dapat memfokuskan perhatian pada sesuatu
p.    Cendrung untuk lupa
q.    Kurang kepercayaan diri
r.     Cemas terhadap sesuatu
s.     Tidak dapat mengontrol sikap
t.      Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan
u.    Sakit kepala
v.    Kekakuan di bahu
w.  Merasa nyeri di punggung
x.    Merasa pernafasan tertekan
y.    Merasa haus
z.    Suara serak
aa.      Merasa pening
bb.     Sepasme kelopak mata
cc.      Tremor/gemetar pada anggota badan
dd.     Merasa kurang sehat
Gejala perasaan atau tanda kelelahan (a) – (j) menunjukkan melemahnya kegiatan, (k) – (t) menunjukkan melemahnya motivasi dan (u) – (dd) menunjukkan kelelahan fisik akibat dari keadaan umum yang melelahkan.
3.    Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan Kerja
a.    Usia
Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitasnya. Kapasitas  fisik mencapai puncaknya pada usia 25 – 30 tahun, namun ini tidak dimanfaatkan dengan baik dan tak jarang disia-siakan akan menurun pada usia > 30 tahun. Penerunan terbanyak pada usia 60 tahun yaitu pada otot, kemampuan saraf, panca indera jantung dan paru serta organ lain > 40 tahun (Soesanto, 2007).
Usia dapat juga menyebabkan orang dengan mudah mengalami kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan semakin tua usia seseorang maka ketahanan tubuhnya terhadap beban kerja semakin rendah sehingga mudah sekali mengalami kelelahan kerja, usia yang rentan terhadap kelelahan kerja adalah > 50 tahun (M. Arif, 1992 dalam Suciati, 2011).
Umur merupakan penentu yang sangat penting. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan:
a.    Potensi kemampuan untuk terpapar terhadap penyakit
b.    Tingkat imunitas atau kelelahan tubuh
c.    Aktivitas fisiologis macam-macam jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang (Suma’mur, 2009).
b.      Jenis kelamin
Menurut Suma’mur (2009) menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap  kelelahan kerja yang dirasakan, perempuan lebih cepat mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh laki-laki lebih lama/kuat dibandingkan dengan perempuan.
Pria pada umunya lebih mudah mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan kaum pria lebih banyak terhadap sesuatu cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam bekerja, menunjukkan kelelahan fisik, antara lain: sakit kepala, nyeri pada bagian tubuh seperti pinggang, punggung, leher dan sendi lainnya mengalami kekakuan pada bahu, haus, merasa serak, speisme dalam kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat (Suciati, 2011).
c.    Lama istirahat
Setiap pekerja berhak untuk mendapatkan waktu istirahat kerja. Waktu istirahat kerja sebagaimana dimaksudkan meliputi: istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus-menerus dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja/ UU No. Tahun 1997 pasal 102 (Depkes RI, 2007 dalam Arianti, 2011).
Jam kerja panjang menyebabkan tidak efisien, bertumpuknya kelelahan, menurunnya ketelitian, berkurangnya kecepatan, meningkatnya angka kesakitan, kecelakaan dan lain-lain ada empat istirahat yang dilakukan oleh pekerja yaitu, istirahat spontan setelah pembinaan, istirahat terselubung, istirahat yang terjadi karena prosedur kerja dan istirahat yang ditetapkan (Soesanto, 2007).
d.    Faktor lingkungan
Faktor yang mempengaruhi manusia dalam bekerja adalah kondisi lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara,  sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau, warna dan lain-lain, dalam hal ini akan berpengaruh  secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut (Wignjosoebroto, 2000 dalam Suciati, 2011).
Salah satu kondisi lingkungan di tempat kerja yang ada di sekitar Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah uap, gas dan bau yang berasal dari bahan bakar minyak (BBM) atau disebut dengan benzena. ATSDR (2007) dalam Hayat (2013), menyebutkan bahwa benzena merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang manis, menguap ke udara sangat cepat dan sedikit larut dalam air. Adapun efek akut dari paparan benzene menurut WHO (2010) dalam Hayat (2013), adalah menyebabkan narcosis seperti sakit kepala, pusing, mengantuk, kebingungan, tremor dan kehilangan kesadaran.
e.    Pekerjaan yang monoton
Gerakan yang dilakukan oleh anggota tubuh manusia  khususnya tangan dan kaki pada saat melakukan kerja fisik akan sangat ditentukan oleh kemampuan  ototnya (Suciati, 2011).


f.     Beban kerja
Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian terlalu besar dan 35 kg adalah realistis); cara mengangkat dan menolak serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otot-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya (Suma’mur, 2009).
4.    Proses Terjadinya Kelelahan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2009) dalam Hasibuan (2011) kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi melakukan kegiatan. Pada dasarnya timbulnya kelelahan disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a.       Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia)
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang dapat membuat bahan bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga yang berguna untuk melakukan kegiatan. Pada prinsipnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan tubuh, yaitu :
1)    Sistem peredaran darah
2)    Sistem pencernaan
3)    Sistem otot
4)    Sistem syaraf
5)    Sistem pernafasan
Kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap mekanisme tersebut, baik secara sendiri maupun secara sekaligus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk sisa ini bersifat mambatasi kelangsungan kegiatan otot. Produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan pegawai menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.
b.      Kelelahan Akibat Faktor Psikologis
Kelelahan ini dapat dikatakan kelelahan palsu, yang timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya sendiri. Jadi hal ini menyangkut perubahan yang bersangkutan dengan moril seseorang. Sebab kelelahan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya: kurang minat dalam bekerja, berbagai penyakit, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat dan merasa tidak sesuai, sebab-sebab mental seperti: tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik. Pengaruh tersebut seakan-akan terkumpul dalam tubuh dan menimbulkan rasa lelah.
5.    Cara Mengatasi Kelelahan Kerja
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan keperluan. sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 2009).
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara, memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja (Hasibuan, 2011).
Memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per jamnya (Wignjosoebroto, 2008).
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal yang dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain (Hasibuan, 2011)
1.    Akibat Kelelahan Kerja
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) dalam Hasibuan (2011) antara lain:
a.    Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih “penuh semangat”.
b.    Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.
c.    Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala (Suma’mur, 2009)
Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik mental atau kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur, 2009).

No comments:

Post a Comment

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer