TUGAS
HYGIEN
PERUSAHAN
Oleh:
Nurlaila Ramdhani
311.13.019
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala
puja dan puji syukur tak hentihentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan tugas kritik ilmiah tentang laporan skripsi:
“Tinjauan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Area Penambangan Dan Pengolahan
Tambang Terbuka Pt. Atoz Nusantara Mining Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat”. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memenuhi nilai tugas pada mata kuliah
Hygien Perusahaan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
penulisan tugas ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terimakasih Kepada Bapak Dosen Alpacino Junido, SKM atas
bimbingaanya sampai tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisannya tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi penyempurnaan tugas. Semoga tugas ini bisa bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Mataram,
1 Mei 2015
Penulis
Nurlaila Ramadhani
PENDAHULUAN
Pabrik tenun ini didirikan berdasarkan
ijin perusahaan pada Bulan November dengan nama perusahaan tenun ”Agung Saputra
Tex”. Saat ini mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 520 orang. Pabrik ini
terletak di Kota Yogyakarta bagian timur tepatnya di Kelurahan Sitimulyo,
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul atau tepatnya Jalan Wonosari Km. 10
Yogyakarta.
Pada Pabrik ini telah dilakukan
pengukuran tingkat kebisingan sebelumnya di bagian tenun dengan tingkat
kebisingan yang cukup mengganggu dibandingkan di bagian produksi lainnya.
Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat kebisingan di bagian tenun pada shift
pagi yaitu 99 desibel.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8 Mei 2010 kepada salah satu karyawan
bagian tenun mengatakan bahwa pada saat melaksanakan kegiatan produksi,
karyawan bagian tenun memiliki potensi stres sangat tinggi antara lain: 1)
Kebisingan yang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan karyawan cepat merasa
lelah, pusing dan kurang nyaman dalam bekerja, 2) Karyawan yang sehari-hari
mendengar bunyi bising untuk jangka waktu yang lama merasa terganggu
kesejahteraan emosionalnya, misalnya lebih cepat jengkel.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
menggunakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional, yaitu
suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan
variabel terikat yang diobservasi dan dikumpulkan sekaligus pada waktu yang
bersamaan, sehingga setiap objek penelitian hanya dilakukan dan diukur sekali
saja dalam waktu yang sama17. Tempat penelitian dilakukan di bagian tenun
”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Agustus Tahun 2010. Populasi adalah keselurahan elemen atau subyek penelitian
yang berjumlah 250 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja di
Pabrik tenun ”Agung Saputra Tex”. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek
yang akan diteliti dan mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini
adalah pekerja di bagian tenun shift pagi yang berjumlah 40 orang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil Penelitian
1) Deskripsi Umum
Perusahaan
Pabrik tenun “Agung Saputra Tex”
merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1981. Pabrik ini didirikan
berdasarkan izin perusahaan pada Bulan November dengan izin usaha nomor
367/DJAI/IUT penghubung III/NON VAF/XI/30 November 1985 dengan nama pabrik
tenun”Agung Saputra Tex”. Kemudian pada bulan Desember 1990 pabrik
memperpanjang izin perusahaan, dan ini merupakan izin yang kedua dengan izin
usaha nomor 379/DJAI/IUT/ penghubung III/Non PMA penghubung PNDN/XII/24
Desember 1990. Pabrik tenun “Agung Saputra Tex” Kabupaten Bantul, sampai
sekarang ini telah memiliki 80 unit mesin tenun, dua unit mesin kanji, tujuh
unit mesin cucuk, tiga unit mesin warping dan 20 unit mesin palet.
·
Analisis Univariat
a)
Distribusi responden berdasarkan golongan
umur
Berdasarkan
tabel 1.,dapat dilihat bahwa umur responden paling banyak adalah 26-35 tahun
sebanyak 20 atau 50,0% pekerja. Responden sedikit berada pada umur 15-25 tahun
yaitu 1 atau 2,5% pekerja.
b)
Distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan
Tingkat
pendidikan responden terbanyak berada
pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 24 atau 60,0% pekerja. Responden pada
tingkat pendidikan SD sebanyak 9 atau 22,5% pekerja. Responden yang paling
sedikit adalah pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 7 atau 17,5% pekerja.
c)
Distribusi responden berdasarkan masa
kerja
Responden
yang memiliki masa kerja terbanyak adalah masa kerja lama >10 tahun sebanyak
37 atau 92,5% pekerja. Responden paling sedikit terdapat pada masa kerja sedang
6-10 tahun yaitu 3 atau 7,5% pekerja.
d)
Distribusi responden berdasarkan hasil
pengukuran tingkat kebisingan
Keseluruhan
responden di dalam penelitian, mengalami
kebisingan tinggi > 85 desibel dengan pengukuran 99.06 desibel sebanyak 40
atau 100,0% pekerja.
e)
Distribusi responden berdasarkan hasil
pengukuran tingkat stres kerja
pekerja
yang paling banyak merasakan stres kerja yaitu pada stres kerja kategori stres
sedang sebanyak 38 atau 95,0% pekerja dan pekerja yang merasakan stres kerja
yang paling sedikit yaitu pada stres kerja kategori stres rendah sebanyak 2
atau 5,0% pekerja.
·
Analisis Bivariat
a)
Hubungan antara tingkat kebisingan
terhadap terjadinya stres kerja.
Dari
sebanyak 42 atau 95,5% pekerja yang mengalami tingkat kebisingan (>85
desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja yang mengalami stres kerja
kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 atau 4,5% pekerja yangtidak
mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya 1 atau 2,3%
pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
b) Hubungan
antara masa kerja terhadap terjadinya stres kerja.
dari
sebanyak 37 atau 92,5% pekerja yang memiliki masa kerja lama (>10 tahun)
terdapat sebanyak 36 atau 90,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori
sedang, sedangkan dari sebanyak 3 atau 7,5% pekerja yang memiliki masa kerja
sedang (6-10 tahun) terdapat sebanyak 2 atau 5,0% pekerja yang mengalami stres
kerja kategori sedang.
Hasil nilai hitung statistik menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja
pada pekerja di bagian tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta.
b.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 40
responden pada pekerja di bagian tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan, Bantul,
Yogyakarta didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat stres kerja
kategori sedang sebanyak 38 atau 95,5% pekerja, sedangkan yang memilki tingkat
stres kerja kategori ringan sebanyak 2 atau 5,0% pekerja. Hasil ini menunjukkan
bahwa angka kejadian tingkat stres kerja pada pekerja di bagian tenun masih
tergolong dalam kategori stres sedang.
Keadaan tersebut dapat diasumsikan ada
keterkaitan dengan tingkat pendidikan responden yang ada, pendidikan responden
paling banyak adalah pendidikan SMP sejumlah 24 atau 60,0% pekerja dan tingkat
pendidikan responden yang sedikit yaitu SMA sejumlah 7 atau 17,5% pekerja dan
SD yaitu sebanyak 9 atau 22,5% pekerja.
1) Hubungan
antara kebisingan dengan stres kerja.
Berdasarkan
hubungan antara tingkat kebisingan terhadap terjadinya stres kerja menunjukkan
bahwa dari sebanyak 42 atau 95,5% pekerja yang mengalami tingkat kebisingan
(>85 desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja yang mengalami stres
kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 (4,5%) pekerja yang tidak
mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya 1 atau 2,3%
pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
Sebanyak
42 atau 95,5% pekerja yang mengalami
tingkat kebisingan (>85 desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja
yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 (4,5%)
pekerja yang tidak mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya
1 atau 2,3% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
2)
Hubungan antara masa kerja dan stres
kerja.
Berdasarkan
hubungan antara masa kerja terhadap terjadinya stres kerja ditambahkan nilai
bahwa dari sebanyak 37 atau 92,5% pekerja yang memiliki masa kerja lama (>10
tahun) sebanyak 36 atau 90,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori
sedang, sedangkan dari sebanyak 3 atau 7,5% pekerja yang memiliki masa kerja
sedang (6-10 tahun) terdapat sebanyak 2 atau 5,0% pekerja yang mengalami stres
kerja kategori sedang.
Hal
ini bisa dilihat dari banyaknya responden dengan masa kerja lama berisiko
mengalami stres kerja. Keadaan tersebut menunjukkan dengan masa kerja lama
dapat menimbulkan kondisi stres kerja kategori sedang yang dapat menimbulkan
dampak terhadap pekerjanya misalnya mengalami penurunan produktivitas kerja.
Hal
ini sejalan dengan pendapatnya Robbins (1998) mengatakan karakteristik
biografis yang jelas berpengaruh dalam organisasi kerja, karakteristik
biografis tersebut antara lain usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga
dan lamanya bekerja di tempat tersebut11.
Masalah
stres kerja pada pekerja bukan hanya masalah kesehatan saja, namun
dikhawatirkan akan menjadi masalah bagi tenaga kerja dan industri itu sendiri.
Stres dapat bersifat sementara atau jangka panjang, ringan atau berat, sangat
tergantung pada seberapa lama penyebab berlangsungnya, seberapa besar
kekuatannya, dan seberapa besar kemampuan karyawan untuk mengahadapinya. Jika
stres bersifat sementara dan ringan, kebanyakan orang dapat menanganinya atau
sekurang-kurangnya dapat mencegah atau mengatasi pengaruhnya dengan cepat13.
Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja adalah sebuah
langkah awal untuk mengendalikan salah satu risiko akibat pekerjaan dan
lingkungan kerja.
KESIMPULAN
Jurnal Kesehatan Masyarakat “Hubungan
Kebisingan Dan Massa Kerja Terhadap Terjadinya Stres Kerja Pada Pekerja Di
Bagian Tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta” jurnal ini masih
hanya bersifat analisis unifariat dan bifariat yang tidak berdasarkan fakta
dengan hasil pengukuran pada tingkat kebisingan karyawan dan tingkat stressnya.
Sampel yang diambil hanya pada karyawan
dengan shif pagi, dimana shif ini memiliki tingkat kebisingan dan stress yang
berbeda-beda, jika hanya menggunakan koisioner yang diberikan pada karyawan.
Hasil ini masih akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan alat ukur, alat ukur
ini pun bisa memberikan fakta baru walaupun dengan tingkat umur yang lebih tua
dengan shif kerja yang lebih lama akan memiliki hasil yang bisa memiliki
tingkat stress dan bising rendah. Oleh karena itu akan lebih meyakinkan jika metode penelitian
ini bisa digunakan alat ukur tingkat stres dan kebisingan.
Salah satunya pada pengukuran ini dapat
digunakan alat “Sound Level Meter” . Alat tersebut dapat mengukur intensitas
kebisingan antara 40-130 dB(A) pada frekuensi antara 20-20.000 Hz. Sebelum
dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan
sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran “Sound Lever Meter” di pasang
pada ketinggian ± (140-150 m) atau setinggi telinga (Tarwaka, dkk., 2004:39).
No comments:
Post a Comment