Saturday, May 20, 2017

Pabrik tenun ini didirikan berdasarkan ijin perusahaan pada Bulan November dengan nama perusahaan tenun ”Agung Saputra Tex”. Saat ini mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 520 orang. Pabrik ini terletak di Kota Yogyakarta bagian timur tepatnya di Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul atau tepatnya Jalan Wonosari Km. 10 Yogyakarta

                               
TUGAS
HYGIEN PERUSAHAN

                                         
Oleh:
Nurlaila Ramdhani
311.13.019








UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2014/2015
KATA PENGANTAR

      Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak hentihentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas kritik ilmiah tentang laporan skripsi: “Tinjauan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Area Penambangan Dan Pengolahan Tambang Terbuka Pt. Atoz Nusantara Mining Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat”. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah  Hygien Perusahaan.
      Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tugas ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih Kepada Bapak Dosen Alpacino Junido, SKM atas bimbingaanya sampai tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
      Dalam penulisannya tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan tugas. Semoga tugas ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
     
     
     
     
     
Mataram, 1 Mei 2015
                                                                                                                                Penulis


                                                                                                                        Nurlaila Ramadhani





PENDAHULUAN

      Pabrik tenun ini didirikan berdasarkan ijin perusahaan pada Bulan November dengan nama perusahaan tenun ”Agung Saputra Tex”. Saat ini mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 520 orang. Pabrik ini terletak di Kota Yogyakarta bagian timur tepatnya di Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul atau tepatnya Jalan Wonosari Km. 10 Yogyakarta.
      Pada Pabrik ini telah dilakukan pengukuran tingkat kebisingan sebelumnya di bagian tenun dengan tingkat kebisingan yang cukup mengganggu dibandingkan di bagian produksi lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat kebisingan di bagian tenun pada shift pagi yaitu 99 desibel.
      Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8 Mei 2010 kepada salah satu karyawan bagian tenun mengatakan bahwa pada saat melaksanakan kegiatan produksi, karyawan bagian tenun memiliki potensi stres sangat tinggi antara lain: 1) Kebisingan yang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan karyawan cepat merasa lelah, pusing dan kurang nyaman dalam bekerja, 2) Karyawan yang sehari-hari mendengar bunyi bising untuk jangka waktu yang lama merasa terganggu kesejahteraan emosionalnya, misalnya lebih cepat jengkel.

METODE PENELITIAN
      Penelitian ini merupakan jenis penelitian menggunakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat yang diobservasi dan dikumpulkan sekaligus pada waktu yang bersamaan, sehingga setiap objek penelitian hanya dilakukan dan diukur sekali saja dalam waktu yang sama17. Tempat penelitian dilakukan di bagian tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta.
      Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus Tahun 2010. Populasi adalah keselurahan elemen atau subyek penelitian yang berjumlah 250 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja di Pabrik tenun ”Agung Saputra Tex”. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian tenun shift pagi yang berjumlah 40 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian
1) Deskripsi Umum Perusahaan
      Pabrik tenun “Agung Saputra Tex” merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1981. Pabrik ini didirikan berdasarkan izin perusahaan pada Bulan November dengan izin usaha nomor 367/DJAI/IUT penghubung III/NON VAF/XI/30 November 1985 dengan nama pabrik tenun”Agung Saputra Tex”. Kemudian pada bulan Desember 1990 pabrik memperpanjang izin perusahaan, dan ini merupakan izin yang kedua dengan izin usaha nomor 379/DJAI/IUT/ penghubung III/Non PMA penghubung PNDN/XII/24 Desember 1990. Pabrik tenun “Agung Saputra Tex” Kabupaten Bantul, sampai sekarang ini telah memiliki 80 unit mesin tenun, dua unit mesin kanji, tujuh unit mesin cucuk, tiga unit mesin warping dan 20 unit mesin palet.
·         Analisis Univariat
a)      Distribusi responden berdasarkan golongan umur
Berdasarkan tabel 1.,dapat dilihat bahwa umur responden paling banyak adalah 26-35 tahun sebanyak 20 atau 50,0% pekerja. Responden sedikit berada pada umur 15-25 tahun yaitu 1 atau 2,5% pekerja.
b)       Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat  pendidikan responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 24 atau 60,0% pekerja. Responden pada tingkat pendidikan SD sebanyak 9 atau 22,5% pekerja. Responden yang paling sedikit adalah pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 7 atau 17,5% pekerja.
c)      Distribusi responden berdasarkan masa kerja
Responden yang memiliki masa kerja terbanyak adalah masa kerja lama >10 tahun sebanyak 37 atau 92,5% pekerja. Responden paling sedikit terdapat pada masa kerja sedang 6-10 tahun yaitu 3 atau 7,5% pekerja.
d)      Distribusi responden berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan
Keseluruhan  responden di dalam penelitian, mengalami kebisingan tinggi > 85 desibel dengan pengukuran 99.06 desibel sebanyak 40 atau 100,0% pekerja.
e)      Distribusi responden berdasarkan hasil pengukuran tingkat stres kerja
pekerja yang paling banyak merasakan stres kerja yaitu pada stres kerja kategori stres sedang sebanyak 38 atau 95,0% pekerja dan pekerja yang merasakan stres kerja yang paling sedikit yaitu pada stres kerja kategori stres rendah sebanyak 2 atau 5,0% pekerja.
·         Analisis Bivariat
a)      Hubungan antara tingkat kebisingan terhadap terjadinya stres kerja.
Dari sebanyak 42 atau 95,5% pekerja yang mengalami tingkat kebisingan (>85 desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 atau 4,5% pekerja yangtidak mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya 1 atau 2,3% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
b)      Hubungan antara masa kerja terhadap terjadinya stres kerja.
dari sebanyak 37 atau 92,5% pekerja yang memiliki masa kerja lama (>10 tahun) terdapat sebanyak 36 atau 90,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 3 atau 7,5% pekerja yang memiliki masa kerja sedang (6-10 tahun) terdapat sebanyak 2 atau 5,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
       Hasil nilai hitung statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja di bagian tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta.
      
b. Pembahasan
       Berdasarkan hasil penelitian terhadap 40 responden pada pekerja di bagian tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan, Bantul, Yogyakarta didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat stres kerja kategori sedang sebanyak 38 atau 95,5% pekerja, sedangkan yang memilki tingkat stres kerja kategori ringan sebanyak 2 atau 5,0% pekerja. Hasil ini menunjukkan bahwa angka kejadian tingkat stres kerja pada pekerja di bagian tenun masih tergolong dalam kategori stres sedang.
       Keadaan tersebut dapat diasumsikan ada keterkaitan dengan tingkat pendidikan responden yang ada, pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan SMP sejumlah 24 atau 60,0% pekerja dan tingkat pendidikan responden yang sedikit yaitu SMA sejumlah 7 atau 17,5% pekerja dan SD yaitu sebanyak 9 atau 22,5% pekerja.
1)      Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja.
Berdasarkan hubungan antara tingkat kebisingan terhadap terjadinya stres kerja menunjukkan bahwa dari sebanyak 42 atau 95,5% pekerja yang mengalami tingkat kebisingan (>85 desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 (4,5%) pekerja yang tidak mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya 1 atau 2,3% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
Sebanyak  42 atau 95,5% pekerja yang mengalami tingkat kebisingan (>85 desibel) terdapat sebanyak 39 atau 88,6% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 2 (4,5%) pekerja yang tidak mengalami tingkat kebisingan (<85 desibel) terdapat hanya 1 atau 2,3% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
2)      Hubungan antara masa kerja dan stres kerja.
Berdasarkan hubungan antara masa kerja terhadap terjadinya stres kerja ditambahkan nilai bahwa dari sebanyak 37 atau 92,5% pekerja yang memiliki masa kerja lama (>10 tahun) sebanyak 36 atau 90,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang, sedangkan dari sebanyak 3 atau 7,5% pekerja yang memiliki masa kerja sedang (6-10 tahun) terdapat sebanyak 2 atau 5,0% pekerja yang mengalami stres kerja kategori sedang.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya responden dengan masa kerja lama berisiko mengalami stres kerja. Keadaan tersebut menunjukkan dengan masa kerja lama dapat menimbulkan kondisi stres kerja kategori sedang yang dapat menimbulkan dampak terhadap pekerjanya misalnya mengalami penurunan produktivitas kerja.
            Hal ini sejalan dengan pendapatnya Robbins (1998) mengatakan karakteristik biografis yang jelas berpengaruh dalam organisasi kerja, karakteristik biografis tersebut antara lain usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga dan lamanya bekerja di tempat tersebut11.
            Masalah stres kerja pada pekerja bukan hanya masalah kesehatan saja, namun dikhawatirkan akan menjadi masalah bagi tenaga kerja dan industri itu sendiri. Stres dapat bersifat sementara atau jangka panjang, ringan atau berat, sangat tergantung pada seberapa lama penyebab berlangsungnya, seberapa besar kekuatannya, dan seberapa besar kemampuan karyawan untuk mengahadapinya. Jika stres bersifat sementara dan ringan, kebanyakan orang dapat menanganinya atau sekurang-kurangnya dapat mencegah atau mengatasi pengaruhnya dengan cepat13. Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja adalah sebuah langkah awal untuk mengendalikan salah satu risiko akibat pekerjaan dan lingkungan kerja.

KESIMPULAN

      Jurnal Kesehatan Masyarakat “Hubungan Kebisingan Dan Massa Kerja Terhadap Terjadinya Stres Kerja Pada Pekerja Di Bagian Tenun ”Agung Saputra Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta” jurnal ini masih hanya bersifat analisis unifariat dan bifariat yang tidak berdasarkan fakta dengan hasil pengukuran pada tingkat kebisingan karyawan dan tingkat stressnya.
      Sampel yang diambil hanya pada karyawan dengan shif pagi, dimana shif ini memiliki tingkat kebisingan dan stress yang berbeda-beda, jika hanya menggunakan koisioner yang diberikan pada karyawan. Hasil ini masih akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan alat ukur, alat ukur ini pun bisa memberikan fakta baru walaupun dengan tingkat umur yang lebih tua dengan shif kerja yang lebih lama akan memiliki hasil yang bisa memiliki tingkat stress dan bising rendah. Oleh karena itu  akan lebih meyakinkan jika metode penelitian ini bisa digunakan alat ukur tingkat stres dan kebisingan.
      Salah satunya pada pengukuran ini dapat digunakan alat “Sound Level Meter” . Alat tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dB(A) pada frekuensi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran “Sound Lever Meter” di pasang pada ketinggian ± (140-150 m) atau setinggi telinga (Tarwaka, dkk., 2004:39).





No comments:

Post a Comment

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer