Friday, July 26, 2019

AKSI BERGIZI adalah penguatan edukasi gizi dan kesehatan remaja disekolah Setara SMP dan SMA di Kabupaten Lombok Barat.

AKSI BERGIZI 



AKSI BERGIZI adalah penguatan edukasi gizi dan kesehatan remaja disekolah Setara SMP dan SMA di Kabupaten Lombok Barat. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bekerjasama den UNICEF dalam Program Aksi Bergizi ini. Adapun kegiatan Utama dalam Aksi Bergizi ini adalah sarapan bersama, minum Tablet Tambah Darah dan literasi (edukasi tentang pendidikan kesehatan remaja sebanyak 36 sesi dengan berbagai metode dan permainan)

Aksi bergizi ini diharapkan akan membawa perubahan perilaku pada remaja untuk hidup sehat dan menjadi agen perubahan di lingkungannya.

Mengantisipasi rendahnya kesadaran gizi, khususnya di kalangan remaja putri, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui Dinas Kesehatan meluncurkan “Aksi Bergizi”.
Aksi tersebut diwujudkan dengan diterbitkannya Surat Edaran Bupati Lombok Barat Nomor 444/91/DIKES/I/2019 per tanggal 21 Januari 2019 yang meminta semua sekolah tingkat SLTP dan SLTA di Lombok Barat untuk melaksanakan aksi tersebut setiap hari Rabu selama 45 menit.

Selama 45 menit, semua sekolah tersebut diminta untuk melakukan sarapan bersama, meminum Tablet Tambah Darah (TTD), dan menyelenggarakan kegiatan literasi dengan “modul aksi bergizi”.

Kepala Dinas Kesehatan Rachman Sahnan Putra saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (4/2) menjelaskan, kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak Januari 2019 lalu dengan menyasar 10 SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang menjadi pilot project.
Intervensi Dinas Kesehatan kepada sekolah-sekolah pilot tersebut dalam bentuk pelatihan kepada guru di setiap sekolah, guru-guru terlatih tersebut melatih lagi guru wali kelas, dan para wali kelas tersebut mendampingi para siswa untuk sarapan bersama dan meminum TTD.

Tujuannya, untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku para remaja tentang kesehatan reproduksinya.

“Kita perlu menyiapkan kondisi fisik dan mental para remaja putri untuk menghadapi masa reproduktif mereka, sekaligus untuk mencegah terjadinya stunting (tumbuh pendek, red) untuk kita bisa bebas stunting di 2030 nanti,”terang Rahman dengan menyebut bonus demografis 2030 sebagai target jangka panjang.

Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid di kesempatan terpisah menegaskan bahwa aksi tersebut adalah bentuk sentuhan pembangunan manusia dari hulunya dalam memerangi stunting.

“Kita tidak hanya menyentuh ibu dan anak, tapi menyiapkan para remaja putri yang akan menjadi ibu, agar bisa sehat dan di saat waktunya melahirkan, pun mampu melahirkan anak-anak yang sehat dan tidak mengidap stunting,” papar Fauzan.

𝐑𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚 𝐊𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐙𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐬𝐢 (𝐀𝐧𝐞𝐦𝐢𝐚)

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).

Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas.

Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Kaum hawa memiliki siklus menstruasi tetapi tidak menyadari ketika mengalami siklus menstruasi banyak darah yang terbuang dan apabila remaja putri tidak memiliki pengetahuan akan kesehatan salah satunya pentingnya Tablet Tambah Darah (TTD)/Tablet Fe pembentukan darah karena asupan dari sisi mineral, vitamin tidak tersedia.

Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.

Anemia atau kekurangan kadar hemoglobin (Hb), bisa terjadi karena pendarahan, penyakit kronis atau kebutuhan akan darah meningkat, dan tubuh tidak bisa membuat pasokan cukup zat besi  bila kita kurang mengonsumsi vitamin B12, asam folat, zat besi dan protein. Oleh karena itu ketika asupan makanan yang mengandung zat besi tidak memenuhi di dalam tubuh maka tablet Fe/Tablet Tambah Darah ini yang akan membantu dalam pemenuhan zat besi didalam darah.

Gejala yang timbul dari tablet ini misalnya, tinja berwarna kehitaman, perut kembung, mual namun itu adalah gejala normal dari reaksi kandungan zat besi dan tidak semua orang juga memiliki gejala seperti itu dengan kata lain tidak merasakan apa-apa setelah mengkonsumsi tablet Fe. Tetapi apabila ada yang memiliki gejala diatas namun itu tidak berbahaya dan biasanya berkurang seiring berjalannya waktu, makin lama makin menyesuaikan diri.
Tapi tak perlu khawatir, bagi yang mengalami gejala mual, untuk mengatasinya, anda bisa mengkonsumsi tablet tambah darah di saat makan atau sebelum tidur dengan air atau jus buah.
Tablet tambah darah tidak menyebabkan efek yang membuat tekanan darah menjadi tinggi (darah tinggi).

𝐑𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐧

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah melalui :

1) Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

Istilah ''Isi Piringku'' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

2) Pola Asuh

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.

Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.

Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI ekslusif saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.

3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

''Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya''.

Disadur :
h*ttp://dikes.lombokbaratkab.go.id/berita-aksi-bergizi-kabupaten-lombok-barat.html?fbclid=IwAR3LTOFnlNYh05kG30eBooY0257_ulmv2gCUF59BdOJsKY4wfamxM-6dnf8
h*ttp://lombokbaratkab.go.id/lombok-barat-luncurkan-aksi-bergizi/
h*ttp://www.depkes.go.id/article/print/18051600005/kenali-masalah-gizi-yang-ancam-remaja-indonesia.html
h*ttp://www.depkes.go.id/article/view/18040700002/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2-.html

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer