Oleh: R. Ayu Retno Kusumastuti Suryosumpeno
Loyalty is not won by being first. It is won by being best.
– Stefan Persson –
Tak banyak orang yang menyadari bahwa personal branding itu
penting, terlebih di era digital seperti sekarang. Di zaman serba modern saat
ini, apapun bisa ‘dijual’ termasuk diri anda sendiri. Sekarang bukan zamannya
lagi untuk malu-malu untuk menunjukkan bakat dan potensi karena hanya mereka
yang terlihat unggul dan akrab dengan tekhnologi informasi yang dipertahankan
atau dicari oleh perusahaan.
Saat ini, setiap karyawan atau pekerja yang mampu
menunjukkan ‘warna’ dan kemampuannya yang berbeda serta unik yang dianggap
menguntungkan bagi perusahaan. Orang-orang ini harus menyajikannya ke dalam
publikasi di internet.
Suka atau tidak suka, setiap karyawan atau pegawai harus
menunjukkan bahwa mereka memiliki kompetensi di bidangnya dengan ciri khas yang
berbeda. Maka tidak ada lagi istilah “working in silence.”
Seorang pakar marketing, Tom Peters menyatakan bahwa setiap
pekerja adalah merek yang berkewajiban untuk mempromosikan serta menjaga
kualitas mereknya sendiri.
KOMUNIKASI ADALAH YANG UTAMA
Di era sekarang, apapun profesinya, setiap orang dituntut
untuk memiliki dasar kemampuan berkomunikasi yang baik. Seberapa tinggi tingkat
pendidikan seseorang, bila tidak didukung kemampuannya berkomunikasi, maka akan
tetap terlihat bodoh.
Tak ayal seorang dokter umum mampu menyembuhkan penyakit
pasiennya yang akut hanya karena kemampuannya berkomunikasi dan menempatkan
diri sebagai pendengar yang baik. Sejatinya komunikasi adalah mendengar dan
berbicara, jadi seorang komunikator yang baik pasti juga pendengar yang baik
pula.
JANGAN LUPAKAN EMPATI
Empati atau emphaty (dalam bahasa Inggris) berasal dari
bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti “ketertarikan fisik”. Didefinisikan sebagai
respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain.
Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa
simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang
lain.
Memiliki rasa empati dipercaya dapat memisahkan seseorang
dengan permasalahannya, karena empati akan mendorong untuk menyelesaikan semua
permasalahan dengan tenang dan berpikir jernih. Empati merupakan faktor penting
untuk membangun hubungan yang dilandasi dengan kepercayaan.
Empati berarti mencoba berdiri menggunakan sepatu orang
lain, sehingga merasakan apa yang dirasakan oleh pihak lain. Empati
menghindarkan seseorang memandang remeh kedudukan siapapun.
Empati harus senantiasa diasah dan dikembangkan. Kuncinya
adalah senantiasa berpikir positif dan berbaik sangka pada semua pihak tak
peduli apapun stratanya.
BERANI MEMINTA MAAF
Tak mudah menyampaikan permintaan maaf. Maaf adalah ungkapan
permintaan atau permohonan ampun ataupun penyesalan karena suatu kesalahan.
Meminta maaf berarti memberi ampunan atas kesalahan tersebut dan tidak
menganggap lagi kesalahan tersebut.
Kata maaf sering kita dengar terutama ketika menjelang hari
raya idul fitri. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan salah. Sebab
manusia yang baik bukanlah mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi
manusia yang baik adalah mereka yang dapat mengakui kesalahannya dan berani
bertaubat kepada Allah.
Maaf sebuah kata yang simpel memang, namun bernilai mulia
dan luhur. Karenanya dibutuhkan keberanian dan kesungguhan untuk meminta maaf
dan hati yang besar untuk memberi maaf.
Salah satu penyebab sulitnya untuk meminta maaf adalah rasa
gengsi. Rasa gengsi yang muncul dari status sosial. Rasa gengsi dari status
sosial itulah yang menimbulkan beratnya untuk meminta maaf.
Jika anda sudah merasa memiliki ‘bekal’ untuk menjadi yang
terbaik, lalu buat apa ragu menunjukkan ‘warna’mu?
No comments:
Post a Comment