Monday, August 30, 2021

BADAI SITOKIN, APA ITU?

 BADAI SITOKIN





BADAI SITOKIN, APA ITU?

 Beberapa hari ini dunia medsos diramaikan oleh podcast Deddy Corbuzier yang konon tertular Covid-19 dan mengalami komplikasi badai sitokin. Banyak teman yg bertanya kok ada penyakit “badai sitokin”? Pada kesempatan ini saya mencoba membahas apa itu badai sitokin dengan bahasa sesederhana mungkin.

 APA ITU BADAI SITOKIN?

BADAI SITOKIN bukanlah nama penyakit. Badai Sitokin atau Cytokine Storm adalah suatu reaksi sistem imun (kekebalan) yang BERLEBIHAN dan TIDAK TERKONTROL terhadap suatu benda asing (dalam hal ini virus). Reaksi imun yang berlebihan ini tidak hanya “membunuh” si virus tapi juga menimbulkan reaksi keradangan yang bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh si pasien.

 

SITOKIN adalah protein sistem kekebalan tubuh yang mengatur interaksi antar sel. Dia membawa sinyal kepada sistem kekebalan tubuh untuk melaksanakan mekanisme pertahanan terhadap serangan suatu penyakit. Namun bila kadar sitokin ini berlebihan maka yang terjadi justru sebaliknya. Pelepasan sitokin yang di luar kontrol dan dalam jumlah banyak akan membuat sel-sel kekebalan terus mengirim sinyal bahaya secara berlebihan. Akibatnya terjadi peradangan hebat di berbagai organ tubuh seperti paru- paru, jantung, otak, ginjal, hati, juga usus. Dan terjadilah kerusakan organ multipel (MODS) yang bisa berakibat fatal.

Penyebab badai sitokin BELUM DIKETAHUI. Kenapa si A terkena badai sitokin, kenapa si B tidak. Ada yang mengatakan kondisi ini ada kaitannya dengan penyakit autoimun. Dikatakan juga bahwa komplikasi ini berkaitan dengan faktor genetik, jumlah virus (viral load), karakteristik sistem kekebalan tubuh, dan pola makanan. Anak-anak lebih jarang terkena badai sitokin karena sistem kekebalan tubuhnya masih belum berkembang.

 

Badai sitokin TIDAK HANYA terjadi pada pasien Covid-19 saja, tapi bisa juga terjadi pada beberapa penyakit virus lain seperti influenza, SARS, MERS, flu burung H5N1, pneumonia, dan sepsis. Juga bisa terjadi pada penyakit non infeksi seperti autoimun, multiple sclerosis, dan pankreatitis. Jadi badai sitokin bukan istilah yang baru dikenal pada masa pandemi ini.

n

 APA YANG TERJADI BILA TUBUH KITA KEMASUKAN VIRUS SARS-CoV-2?

Dalam situasi NORMAL, pada saat virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam tubuh manusia maka sel-sel yang terinfeksi (kemasukan virus) akan memproduksi antivirus alami yang disebut INTERFERON (IFN). Interferon ini akan melindungi sel-sel sehat yang ada di sekitar sel yang telah terinfeksi, dan menghambat masuknya virus ke dalam sel yang masih sehat. Dengan cara ini tubuh bisa menghambat upaya virus untuk replikasi (memperbanyak diri), sehingga jumlah virus (VIRAL LOAD)-nya tidak terlalu banyak.

 

Selain interferon, virus sisa akan “ditangkap” oleh sel-sel imun dan diperkenalkan ke sel-sel limfosit untuk dibuatkan “senjata” spesifiknya yaitu SEL T SITOTOKSIN dan ANTIBODI. Antibodi berfungsi menetralisir virus sehingga virus tidak bisa menginfeksi sel-sel lain yang masih sehat. Sedang Sel T Sitotoksin akan menghancurkan sel yang sudah terlanjur terinfeksi oleh virus.


Jadi kita sudah mengenal TIGA “senjata” pertahanan tubuh manusia yaitu interferon, sel T sitotoksin, dan antibodi. Peranan Interferon di awal proses sangat penting untuk menekan jumlah virus (viral load) agar proses keradangan yang terjadi TIDAK BERLEBIHAN.

 

Pada keadaan tertentu, kerja Interferon ini TIDAK OPTIMAL. Kondisi ini bisa terjadi karena interferon TERLAMBAT dihasilkan atau jumlah virus yang masuk TERLALU BANYAK sehingga interveronnya “nggak nututi”. Jumlah interferon yang dihasilkan tidak sebanding dengan kecepatan virus masuk ke dalam sel. Nah jumlah virus (viral load) yang masih banyak ini nantinya bisa memicu REAKSI RADANG yg berlebihan.

 

Lalu dimana peranan sitokin?

Sistem kekebalan tubuh melibatkan banyak sekali komponen. Ada sel-sel darah putih, antibodi, dan sebagainya. Agar dapat menjalankan fungsinya, tiap komponen ini harus berkomunikasi satu sama lain. Nah, di sinilah peranan sitokin dibutuhkan yaitu sebagai pembawa pesan antar sel pada sistem kekebalan tubuh.

Sitokin dibagi berdasarkan jenis sel yang memproduksinya atau cara kerjanya dalam tubuh. Ada empat macam sitokin, yaitu

·        Limfokin, diproduksi oleh sel limfosit-T. Fungsinya mengarahkan respon sistem imun menuju daerah infeksi.

·        Monokin, diproduksi oleh sel monosit. Fungsinya mengarahkan sel-sel neutrofil yang akan membunuh patogen.

·        Kemokin, diproduksi oleh sel sistem imun. Fungsinya memicu perpindahan respon imun ke daerah infeksi.

·        Interleukin, diproduksi oleh sel darah putih. Fungsinya untuk mengatur produksi, pertumbuhan, dan pergerakan respon imun dalam reaksi peradangan.

n

 BAGAIMANA PERJALANAN PENYAKIT COVID-19?

Dampak infeksi virus SARS-CoV-2 pada setiap orang berbeda. Perjalanan penyakitnya sulit diprediksi. Ada orang yang tidak menunjukkan gejala sama sekali (OTG). Ada juga yang hanya menunjukkan gejala ringan saja (80%), tetapi tidak sedikit orang yang langsung jadi parah (15%), bahkan sampai masuk ke stadium kritis (5%).

Namun perlu diwaspadai bahwa apapun gejala awalnya (mau ringan ataupun berat) sewaktu-waktu bisa terjadi perburukan kondisi. Seseorang dengan gejala awal ringan, bisa saja berubah menjadi berat, kritis, bahkan sampai meninggal.

 Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi

1.   Bila respon interferon BAIK, paparan virusnya sedikit, maka viral load-nya akan cepat turun à gejala penyakitnya ringan saja. Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada pasien usia muda tanpa kelainan genetik dan pasien tanpa penyakit komorbid.

2.   Bila respon interferon TERLAMBAT, paparan virusnya banyak, maka viral load-nya tetap tinggi dan memicu keradangan à timbul gejala-gejala yang berat. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit komorbid.

3.   Bila respon interferon TIDAK ADA (genetik), baik paparan virusnya banyak atau sedikit, maka viral load-nya tetap tinggi dan bisa memicu keradangan yang hebat à timbul gejala berat. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada semua umur yang memiliki kelainan genetik di respon interferon.

Nah, pada kelompok 2 dan 3 inilah dapat terjadi BADAI SITOKIN.



n

  

POLA UMUM PERJALANAN PENYAKIT COVID-19

Secara umum, perjalanan penyakit Covid-19 dapat dibagi menjadi TIGA STADIUM.

 STADIUM 1 (FASE INFEKSI AWAL)

Disebut juga viral response phase. Tahap ini berlangsung mulai masuknya virus ke dalam tubuh (infeksi) sampai hari H+5, lamanya antara 7-10 hari.

HARI H–5 : Terjadi infeksi virus SARS-CoV-2. Virus masuk melalui saluran napas (hidung atau mulut). Masa tunas virus Corona rata-rata 5 hari (2-14 hari). Selama 5 hari terjadi replikasi virus (memperbanyak diri). Tubuh pun mengadakan perlawanan melalui interferon, sel T sitotoksin, dan antibodi. Pada tahap ini uji Antigen dan PCR sudah positif sejak awal terjadi infeksi virus.

 HARI H : Saatnya muncul gejala pertama, bisa berupa demam, sakit tenggorok, batuk kering atau hilangnya indera pengecapan dan penciuman. Hal ini bisa dimaklumi mengingat pintu masuk (port d’entrée) dari virus ini adalah mulut dan hidung. Gejala lain seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot biasanya terjadi setelah virus masuk ke tubuh dan menyebar (viraemia). Kadang ada diare dan mual.


Sama seperti infeksi virus lainnya (campak, cacar air, dsb), sebagian besar (80%) kasus akan sembuh sendiri (self limited disease). Gejalanya akan reda dalam 4-5 hari dan pasien pun sembuh. Pada akhir tahap ke-1 ini biasanya virus sudah menghilang, dan uji Antigen pun jadi negatif. Jadi uji Antigen tidak perlu dilakukan pada hari H+5 ke atas, tapi uji PCR bisa tetap positif sampai 3 minggu ke depan.

 

STADIUM 2 (FASE PARU-PARU)

HARI H+5 : Pada beberapa penderita (20%) akan timbul gejala kesulitan bernapas. Kondisi ini biasanya terjadi pada penderita lansia atau yg memiliki penyakit komorbid. Pada pemeriksaan paru (foto toraks atau CTscan) nampak gambaran pneumonia (radang paru). Pada stadium ini pasien dianjurkan untuk segera dirawat di rumah sakit.

 

STADIUM 3 (FASE HIPERINFLAMASI)

Pada stadium ini, sebagian kecil penderita (5%) mengalami sindroma gangguan napas akut (ARDS), sepsis, gagal ginjal, dan kerusakan organ lainnya. Seringkali berakhir fatal (2%). Pada stadium ini pasien perlu dirawat di ICU.

Gejala-gejala yang tadinya sudah mereda timbul kembali. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya komplikasi badai sitokin atau infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.

Adapun gejala dari badai sitokin adalah demam tinggi yang sulit diturunkan dengan parasetamol, menggigil, ruam, nyeri otot dan sendi, tidak ada nafsu makan, mual/ muntah, diare, sesak sampai gagal napas yang ditandai oleh saturasi oksigen yang drop, tekanan darah drop sampai gagal jantung, kesadaran menurun, kejang, dan sebagainya. Gejala-gejala ini disebabkan oleh adanya kerusakan dan gangguan fungsi di berbagai organ tubuh. Dan bila pasien tidak segera ditolong dapat berakhir dengan kematian. Gejala-gejala ini umumnya timbul pada hari H+6 sampai 7, tapi bisa juga timbul lambat seperti yang dialami Deddy Corbuzier (setelah dua minggu) di kala uji PCR sudah dinyatakan negatif.

 

Jadi, WASPADALAH bila muncul gejala demam tinggi setelah hari H+5. Apalagi bila disertai dengan sesak dan penurunan saturasi oksigen. Bagi mereka yang dirawat di rumah sakit (pada stadium kedua) dan sudah membaik, jangan cepat-cepat minta pulang apalagi kalau sampai pulang paksa, karena masih ada kemungkinan terjadi komplikasi badai sitokin.





n


PELAJARAN APA YANG BISA KITA PETIK DARI KASUS DC?

Semua penderita Covid-19 berisiko terkena badai sitokin, termasuk seorang Deddy Corbuzier yang masih muda (44 tahun), rajin minum vitamin dan berolahraga. Uniknya, Deddy dinyatakan positif Covid-19 (PCR positif) tanpa gejala. Ia bahkan terlalu pede akan kondisinya, dan menganggap tak mungkin dia terkena Covid-19. Sekitar dua minggu setelah dinyatakan positif, tiba-tiba timbul demam tinggi, pusing, badan sakit semua. Waktu diperiksa PCR-nya dinyatakan negatif, paru-parunya terselubung 60%. Dia dirawat di ICU dengan badai sitokin, walaupun kala itu saturasi oksigennya masih 99%. Beruntung nyawanya masih terselamatkan.

 

Dari kasus ini kita dapat menarik beberapa simpulan :

1.   SEMUA pasien Covid-19 dapat terkena badai sitokin, tidak hanya para lansia dan yang punya komorbid. Bahkan pada OTG pun bisa terjadi badai sitokin. Sangat sulit untuk memprediksi siapa saja yang nantinya akan mengalami badai sitokin.

2.   Badai sitokin bisa timbul pada saat uji PCR sudah “negatif”. Kalau kita lihat gambar di atas, nampak ada dua peristiwa yang berhubungan sebab-akibat. Yang pertama adalah viral response (warna biru). Ini mirip infeksi virus (viral infection) lain yang berlangsung sekitar 7-10 hari. Bisa tanpa gejala atau dengan gejala ringan sampai berat (bila terjadi pneumonia), bisa sembuh tapi bisa juga meninggal. Yang kedua adalah host inflammatory response (warna merah). Pada beberapa orang timbul salah kedaden, reaksi imunnya berlebihan sehingga menimbulkan keradangan dan kerusakan di berbagai organ tubuh (badai sitokin).

3.   Jangan sombong dan takabur. Walaupun Anda seorang atlet muda yg masih aktif, fisik kuat, selalu makan bergizi dan aneka vitamin, bila sampai tertular Covid-19 (walau OTG sekalipun) tetap waspada dan pasrah diri. Tapi jangan stress, karena akan menurunkan sistem imun. Tetap semangat!

n

 

 

FASE PENYEMBUHAN

·        Sebagian besar penderita (80%) dengan gejala ringan akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 1 minggu, walaupun kadang masih ada gejala sisa seperti kelelahan, anosmia, kurang nafsu makan, dsb yang akan hilang berangsur-angsur.

·        Bagi pasien dengan gejala berat dan perlu dirawat di rumah sakit, umumnya sudah bisa keluar rumah sakit pada hari H+17 sampai 21.

·        Beberapa penderita masih mengalami gejala sisa sampai berbulan-bulan, bisa nyeri dada, sesak, mual, jantung berdebar, hingga hilang penciuman atau pengecapan. Kelompok ini yang disebut dengan LONG COVID.

n

 

BAGAIMANA MENCEGAH BADAI SITOKIN?

Penyebab badai sitokin belum diketahui sehingga sulit untuk memprediksi siapa saja yang akan mengalami badai sitokin, siapa yang tidak. Faktornya terlalu kompleks. Jadi, pencegahannya adalah JANGAN SAMPAI TERKENA COVID-19. Caranya?

·        Disiplin akan PROTOKOL KESEHATAN. Tetap perhatikan 6M. Ingat bahwa varian Delta yang sekarang lagi dominan di Indonesia selain kecepatan penularannya dua kali lipat virus aslinya, viral load-nya 300 kali lebih tinggi dari virus asli. Dikatakan juga bahwa varian Delta ini bisa “kamuflase” sehingga tidak dikenali oleh sistem imun kita.

·        VAKSINASI. Memang tidak ada satupun vaksin (termasuk vaksin non-covid) yang dapat memberi perlindungan 100 persen. Tapi apapun vaksinnya, sudah terbukti dapat mengurangi risiko covid-19 dengan gejala berat serta menurunkan angka kematian.


·        POLA HIDUP SEHAT, termasuk pola makan sehat, olahraga teratur, tidur cukup (7- 9 jam), dan kendalikan stress (meditasi, latihan pernapasan, yoga, dsb).

 

Apa yang harus dilakukan apabila sampai tertular Covid-19?

·        Segeralah LAPOR ke faskes terdekat. Selain dilakukan 3T (testing, treatment dan tracing), sangat penting untuk melakukan penanganan dini, termasuk pengendalian komorbid. Semuanya itu akan mempersingkat proses infeksi sehingga produksi sitokin tidak sampai berlebih.

·        Semua penderita Covid-19 harus bisa melakukan DETEKSI DINI gejala-gejala badai sitokin, karena semakin cepat pasien ditangani semakin kecil kemungkinan tubuh akan mengalami kerusakan organ yang lebih parah.

·        Dan… jangan lupa tetap BERDOA dan pasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Dialah yang menentukan semuanya, manusia hanya bisa berusaha.

n

 

 



 

Bojonegoro, 30 Agustus 2021 Salam sehat (FXS)


1 comment:

Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...