MAKALAH
KESEHATAN KERJA & HYPERKES
‘’PENGENALAN,
PENILAIAN DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN,
SUHU DAN PENCAHAYAAN’’
DOSEN
PENGAJAR : Alphacino Junido L., SKM
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK
3
1. AFRIYANA WIDIA UTAMI
2. DHODY ARDI
PRATAMA
3. ELLI MULADI
4. ELLI SUMIATIN
5. INSIAH
6. KARMILA
7. NUR FADILAH
FAKUTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap
hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda dimana
perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang
optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Manusia akan mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik.
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik
apabila manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat, aman
dan selamat. Ketidak-beresan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam
waktu yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat
menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung
diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.
Lingkungan
kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara
optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan
atau di desain sedemikian sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk
melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Evaluasi lingkungan
dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon
pekerja terhadap paparan lingkungan kerja
Salah
satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi fisik lingkungan kerja yaitu
semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur,
kelembapan udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis,
bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil kerja manusia.
Lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan
kondisi manusia (pekerja) tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap pekerja itu sendiri dan tentu saja terhadap produktivitas kerja yang
dihasilkan. faktor lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, getaran dan
pencahayaan merupakan suatu masalah yang harus ditangani secara serius dan
berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur yang panas getaran dan
pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu sumber yang
mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas kerja. Dalam setiap
pekerjaan, selalu ada risiko kegagalan (risk
of failures) pada setiap proses/aktivitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan
kerja (work accident) terjadi,
seberapa pun kecilnya akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sedapat mungkin dan sedini mungkin,
kecelakaan/potensi kecelakaan kerja harus dicegah/dihilangkan, atau setidak - tidaknya
dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah
perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha,
tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal
dalam perusahaan.
Kesehatan
lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal, mengevaluasi dalam mengendalikan semua
faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat kerja yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi dikalangan
pekerjaan dan masyarakat. Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah
melindungi pekerja dan masyarakat sekitar di suatu tempat kerja atau perusahaan
dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Untuk dapat mengantisipasi dan
mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja yang diperkirakan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap pekerja, ditempuh tiga
langkah utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian dari berbagai
bahaya dan resiko kerja. Tenaga kerja merupakan segmen populasi yang menjadi
sangat penting dalam era ini, sehubungan dengan produktivitas industri.
Sehingga dengan demikian penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan
kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta
melindungi tenaga kerja dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
kerja menjadi sangat penting.
B. TUJUAN
1. Mengetahui secara fisik tentang
pengenalan, penilaian dan pengendalian suatu kebisingan, suhu, dan pencahayaan
di tempat kerja.
2. Mengukur dan menganalisis faktor -
faktor dari kebisingan, suhu dan
pencahayaan di tempat kerja.
3. Memenuhi tugas mata kuliah dan
memberikan informasi terkait kondisi lingkungan fisik kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
1.
KEBISINGAN
A.
Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang
didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran
melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki. Menurut
Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu, sedangkan Menurut
Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang tidak
dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
Kebisingan juga dapat disebut
sebagai bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Sumber bising ialah sumber bunyi yang
kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun
tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan
rumah tangga.
Dalam lingkungan Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Mesin.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi.
Kebisisngan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan
gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston,
fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan
udara, gas dan cairan. Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang,
jet, flare boom, dan lain-lain.
B. Jenis
– Jenis Kebisingan
Berdasarkan
sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :
1) Bising
yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0,5 berturut-turut. Misalnya, mesin,
kipas angin, dapur pijar.
2) Bising
yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi hanya ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja pada frekuensi
500, 1000, dan 4000 Hz). misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3) Bising
terputus-putus (intermitten). Bising
disini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif
tenang. misalnya suara lalu lintas, kebisingan dilapangan kapal terbang,
4) Bising
implusif, bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, ledakan mercon, meriam.
5) Bising
implusif berulang, sama dengan bising implusif hanya saja disini terjadi secara
berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
C. Pengaruh
Bising Pada Manusia
Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap manusia, seperti gangguan fisiologis,
psikologis, komunikasi, dampak bising terhadap manusia yaitu sebagai berikut :
a.
Gangguan
fisiologis, yaitu: Gangguan yang langsung terjadi pada
faal manusia dapat berupa peredaran
darah terganggu, otot-otot menjadi tegang, peningkatan nadi, dapat menyebabkan
pucat dan gangguan sensoris.
b.
Gangguan
Psikologis, yaitu: Gangguan secara tidak langsung dan
sukar di ukur, hal ini tergantung kepada pribadi masing-masing seperti rasa
tidak nyaman, jenuh, lelah, dan marah. Lingkungan pribadi maupun umum dan sifat
bising seperti menonton tidak mengganggu, tidak bisa di ramalkan menggangu.
c.
Gangguan
Pendengaran, yaitu: Pada gangguan Pendengaran dapat
diartikan sebagai perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan
dalam melaksanakan kehidupan normal , biasanya dalam hal memahami pembicaraan.
2. PENCAHAYAAN
A. Pengertian
Pencahayaan/ Penerangan
Pencahayaan
didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan. Satuannya adalah
lux (1 lm/m2), dimana l m adalah lumens atau lux cahaya. Alat pengukur
intensitas cahaya adalah Lux Meter. Salah satu faktor penting dari lingkungan
kerja yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan
yang baik. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja
dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya-upaya yang tidak perlu.
B. Fungsi
Pencahayan
Fungsi utama penerangan ditempat kerja
adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar terlihat jelas, mudah dikerjakan
dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat. Pencahayaan tersebut dapat
diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan
sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja, sebab rendah atau
tingginya intensitas cahaya bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
C. Sistem
Penerangan Di Tempat Kerja.
Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5
macam yaitu:
1. Sistem
Pencahayaan Langsung (direct lighting).
Pada
sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu.
2. Pencahayaan
Semi Langsung (semi direct lighting).
Pada
sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini
kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa
langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan
90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem
Pencahayaan Difusi (general diffus
lighting).
Pada
sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan
sistem ini termasuk sistem direct-indirect
yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas.
4. Sistem
Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi
indirect lighting).
Pada
sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik.
5. Sistem
Pencahayaan Tidak Langsung (indirect
lighting).
Pada
sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang
baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan
sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada
permukaan kerja.
3. SUHU/TEMPERATUR
A. Temperatur
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan
kerja yang diukur dari perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
aliran udara, dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh. Kapan
tubuh harus mengeluarkan panas dan kapan tidak, ketahanan tubuh tetap stabil
sekitar 37º C, ini diatur oleh kulit tubuh dan kelenjar keringat.
Jika suhu tubuh menurun dibawah 35º
C (Hypothermia) atau meningkat sampai
40,6º C (hyperthemia), maka beberapa
radiasi kimia dan aktivitas enzim dalam tubuh akan terganggu. Jika suhu tubuh
menurun sampai bawah 27º C atau meningkat diatas 42º C, maka semua sel tubuh
akan mati. Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi
normalsistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.
B. Kelembapan
Kelembaban udara adalah banyaknya air yang
terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh
temperatur udaranya. Dimana dengan meningkatnya temperatur udara maka
kelembaban semakin menurun. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan
kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran. Disamping itu akan menyebabkan semakin cepatnya denyut jantung
karena makin aktifnya peredaraan darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
C. Macam
– Macam Iklim Kerja
a.
Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan
meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin,
kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari. Salah satu kondisi
yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi adalah apa yang dinamakan
dengan Hear Stress ( tekanan
panas). Tekanan
panas adalah keseluruhan beban panas yang diterima tubuh yang merupakan
kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan ( suhu udara, tekanan uap air,
pergerakan udara, perubahan panas radiasi ) dan faktor lain. Tekanan panas akan
berdampak pada terjadinya :
1.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah penguapan yang
berlebihan yang akan mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah
akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
2. Heat rash
Gejala ini
bias berupa lecet terus menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.
3.
Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap
tugas.
4.
Heat cramps
Kekejangan
otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai tingkat kritis.
Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas, kekejangan timbul
secara mendadak.
5.
Heat exhaustion : dikarenakan kekurangan
cairan tubuh
6.
Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama
pemajanan panas dan tanpa kenaikan suhu tubuhatau penghentian
keringat.
7.
Heat stroke
Kerusakan serius yang bekaitan dengan kesalahan pada
pusat pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme
pengatur suhu tidak berfungsi lagidisertai hambatan proses penguapan secara
tiba-tiba.
b.
Iklim kerja dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan
sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal
yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite. Pencegahan
terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan melalui
seleksi pekerja yang “fit” dan
penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan
perlu juga dilakukan secara periodik.
BAB
III
PEMBAHASAN
1. WAKTU
DAN TEMPAT
Hari
: Jum’at
Waktu : 10:00 – 12:00
Tanggal : 03 – November 2017
Tempat : PT. INDOCEMENT, Lembar Selatan,
Kabupaten Lombok Utara.
2. HASIL
KEGIATAN
Dalam
melakukan pengamatan, kelompok kami melakukan pengukuran kebisingan, suhu dan pencahayaan
di lingkungan pabrik PT.INDOCEMENT, adapun kegiatanya sebagai berikut :
1.
Mengukur
Kebisingan :
A. Alat :
Alat yang di gunakan untuk mengukur kebisingan yaitu Sound Level Meter dengan
satuan dB (desibel).
B. Cara
Pengukuran : Posisikan Sound Level Meter pada kedudukan yang merepresentasikan
tingkat intensitas bisisng di tenpat kerja itu sendiri, kemudian tekan tombol
On pada alat, kemudian saat mengukur alat diletakkan setinggi telinga, arahkan
microphone alat pada rambatan gelombang suara, lalu liat hasilnya.
C. Hasil
Pengukuran : Kebisingan ruangan di area tempat kerja adalah 73,3 dB
D. Pengendalian
Kebisingan :
1.
Memakai APD (Alat Pelindung Diri), seperti
misalnya memakai penutup telinga (ear
murf) dan penyumbat telinga (ear pluq) yang disesuaikan dengan
tingkat kebisingan di tempat kerja, memakai kaca mata pelindung, masker dan
helm ber-SNI.
2.
Isolasi yaitu menjauhkan diri dari sumber
suara, sehingga dapat melindungi orang dari epidemik bising, usaha ini
dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab
kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap suara
sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi ligkungan.
3.
di luar ruangan, dan dinding pembatasnya
menggunakan bahan (akustik, kayu, bata/batu).
4.
Pengurangan kebisingan pada sumbernya, hal
ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara pada alat yang
bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan perencanaan yang disertai
teknologi modern, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak lagi banyak menimbulkan
kebisingan. Suara yang ditimbulkan juga suda tidak lagi mengganggu dan
membahayakan lingkungan
Jadi,
Hasil penilaian yang kami dapatkan setelah melakukan pengukuran kebisingan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter,
adalah sebesar 73,3 desibel (dB), nilai tersebut dapat dikatakan tidak
berbahaya atau tingkat resikonya rendah, karena jika di bandingkan dengan NAB
kebisisngan bedasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang
merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978,
dan Keputusan Menteri Kesehatan No: 405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85
dB-A.
2. Mengukur Suhu atau Temperatur
(Kelembaban)
A.
Alat : Infrared Termometer
B. Cara
Pengukuran : Tekan tombol On pada alat tersebut, lalu arahkan alat kepada
permukaan benda tanpa harus menyentuh permukaan tersebut, kemudian tembakkan
sinar infrared pada dinding.
C.
Hasil Pengukuran : Suhu/temperatur ruangan
tempat kerja di perusahaan tersebut
yaitu : 38,1◦C.
D.
Pengendalian Suhu/Temperatur :
·
Eliminasi
Suhu tubuh
harus dijaga agar tetap berada pada suhu normal agar seluruh organ tubuh dapat
bekerja dengan normal. Jika terjadi perubahan temperatur tubuh maka beberapa
fungsi organ tubuh akan terganggu. Sistem metabolisme tubuh secara alami dapat
bereakasi untuk menjaga kenormalan suhu tubuh seperti dengan keluarnya
keringat, menggigil dan meningkatkan/mengurangi aliran darah pada tubuh.Untuk
pengaturan suhu tubuh secara eksternal ada 7 faktor yang harus dikontrol yaitu:
suhu udara, kelembapan, kecepatan udara, pakaian, aktivitas fisik, radiasi
panas dari berbagai sumber panas dan lamanya waktu terpaan panas.
·
Subtitusi
Untuk
mengendalikan pengaruh pemaparanter kanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas
kerja yang dilakukan. Secara ringkas teknikpengendalianterhadap pemaparan
tekanan panas di perusahaan dapatdijelaskan sebagai berikut:
1)
Mengurangi
beban panas radiasi dengan cara: menurunkan temperatur udara dan proses
kerja yang menghasilkan panas.
2)
Mengurangi
temperatur dan kelembaban.
Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi
pengenceran (dilution ventilation)
atau pendinginan secara mekanik (mechanicalcooling).
Cara ini telah terbukti secara dramatis dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan.
·
Alat
Pelindung Diri
Penggunaan
tameng panas dan alat pelindung yang
dapat memantulkan panas atau
pakaian pelindung yakni pakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian
pendingin dapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan, disamping itu
menggunakan bedak penghilang keringat juga penting untuk mencegah biang
keringat, kaca mata, sarung tangan dari kulit dan sepatu kerja.
Jadi, dalam pengukuran
suhu ruangan, hasil yang didapat adalah sebesar 38,1◦C, sedangkan standar NAB
untuk suhu/kelembaban bedasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan
kerja adalah 180 C-300 C. Sehingga suhu ruangan tempat kerja pada pabrik
tersebut masih di bawah standar atau masih dikatakan aman.
3. Mengukur Pencahayaan :
A.
Alat : Lux Meter
B.
Cara Pengukuran : Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka
penutup sensor, bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum, baca hasil
pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil, cacat hasilnya kemudian hitung hasilnya dimulai
dari pojok kiri lalu pojok kanan kemudian di tengah, hitungannya sebagai
berikut: 15,29+24,0+22,8+17,8+46,0:5 =25,178 lm/m2.
A.
Hasil Pengukuran : hasil yang didapatkan
yaitu 25,178 lm/m2
B.
Pengendalian Pencahayaan :
1.
Memakai APD (Alat Pelindung Diri), seperti
misalnya memakai kaca mata kobalt biru bagi mereka yang bekerja menghadapi
pancaran cahaya infra merah.Selain itu sinar matahari juga mengandung cahaya
ultra ungu. Untuk itu mencegah timbulnya efek cahaya ultra ungu pada mata maka
tenaga kerja yang menghadapi cahaya tersebut perlu memakai kaca mata berlapis
timah hitam.
2.
Mengatur kondisi lingkungan kerja seperti
banyak bukaan-bukaan untuk masuknya cahaya alami, dan ventilasi.
3.
Mengatur intensitas penerangan di
lingkungan kerja, agar cahaya tak terlalu silau atupu terlalu redup.
4.
Pengecekan, pembersihan, penggantian
berkala alat-alat yang digunakan sebagai sumber cahaya.
Dengan pengendalian faktor - faktor yang
berbahaya di lingkungan kerja diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan produktif bagi tenaga kerja. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Jadi, dalam pengukuran
Pencahayaan di dapatkan hasilnya yaitu : 25,178 lm/m2, apabila di bandingkan
dengan standar NAB Menurut PermenKes Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 adalah 40-50
lux, apabila pekerjaannya membedakan barang - barang yang besar minimum, karena
bekerja di perusahaan semen. Sehingga dapat dikatakan pencahayaan yang
digunakan kurang memenuhi standar, karena kurang dari 40-50 lux. Apabila tidak memenuhi
standar pencahayaan maka para pekerja akan mengalami resiko kerusakan pada
matanya.
BAB
IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam
pelaksanaan kunjungan di tempat kerja untuk menganalisis pengendalian,
pengukuran dan pengenalan faktor fisik dalam lingkungan kerja kami melakukan
pengukuran kebisingan, suhu dan pencahayaan. Adapun hasil yang kami dapatkan
yaitu :
a) Mengukur
Kebisingan :
·
Alat
: Alat yang di gunakan untuk mengukur kebisingan yaitu Sound Level Meter
dengan satuan dB (desibel).
·
Cara Pengukuran : Posisikan Sound Level
Meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat intensitas bisisng di
tenpat kerja itu sendiri, kemudian tekan tombol On pada alat, kemudian saat
mengukur alat diletakkan setinggi telinga, arahkan microphone alat pada
rambatan gelombang suara, lalu liat hasilnya.
·
Hasil Pengukuran : Kebisingan ruangan di
area tempat kerja adalah 73,3 dB
·
Hasil penilaian yang kami dapatkan setelah
melakukan pengukuran kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level Meter,
adalah sebesar 73,3 desibel (dB), nilai tersebut dapat dikatakan tidak
berbahaya atau tingkat resikonya rendah, karena jika di bandingkan dengan NAB kebisisngan
bedasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan
pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978, dan
Keputusan Menteri Kesehatan No: 405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85
dB-A.
b) Mengukur
Suhu atau Temperatur (Kelembaban)
·
Alat : Infrared Termometer
·
Cara Pengukuran : Tekan tombol On pada
alat tersebut, lalu arahkan alat kepada permukaan benda tanpa harus menyentuh
permukaan tersebut, kemudian tembakkan sinar infrared pada dinding.
·
Hasil Pengukuran : Suhu/temperatur ruangan
tempat kerja di perusahaan tersebut
yaitu : 38,1◦C.
·
Pengendalian Suhu/Temperatur :
·
Jadi, dalam pengukuran suhu ruangan, hasil
yang di dapat adalah sebesar 38,1◦C, sedangkan standar NAB utuk suhu/kelembaban
bedasarkanPeraturanMentriKesehatanNomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang pedoman
penyehatan udara dalam ruangan kerja adalah 180-300 C. Sehingga suhu ruangan
tempat kerja pada pabrik tersebut masih di bawah standar atau masih di katakana
aman.
c) Mengukur
Pencahayaan:
·
Alat : Lux Meter (lm/m2)
·
Cara Pengukuran :
·
Hasil Pengukuran : hasil yang didapatkan
yaitu 25,178 lm/m2.
·
Jadi, Jadi, dalam pengukuran Pencahayaan
di dapatkan hasilnya yaitu : 25,178 lm/m2, apabila di bandingkan dengan standar
NAB Menurut PermenKes Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 adalah 50 lux, sehingga
dapat dikatakan memenuhi standar.
2. SARAN
A. Dalam
Pengendalian Kebisingan Gunakan alat pelindung diri seperti penutup telinga dan
penyumbat telinga jika terpapar langsung dengan kebisingan, sehingga dapat
mencegah terjadinya gangguan kesehatan, serta hindari berada di lingkungan
kebisingan atau tempat kerja yang terpapar kebisisngan terlalu lama. Mengubah
sistem kerja pada pegawai seperti pergantian jam kerja pada pegawai atau shift
kerja bergantian antara pegawai.
B. Pengendalian
Suhu/Kelembaban agar dapat mengurangi kenaikan suhu pada tempat kerja, usahakan
dipasang alat pendingin, seperti kipas angin atau AC. Memasang ventilasi yang
sesuai dengan ruangan, serta memasang jendela agar pertukaran udara lancar.
Serta pemilihan cat tembok ruangan yang tidak gelap, tetapi warna tembok yang
netral atau warna muda seperti warna putih, biru muda, atau hijau muda dll.
C. Pengendalian
penerangan atau pencahayaan di lingkungan kerja harus senantiasa di perhatikan
oleh pemilik usaha atau tempat kerja karena tidak hanya akan menimbulkan
kerugian materi namun juga menimbulkan peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi,serta dapat menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
¾
Arya, wisnu.2004.Dampak Pencahayaan Di Tempat Kerja.Yogyakarta:Penerbit Andi
¾ Kadir,
sunarto, 2010, Dasar-dasar Kesehatan
Lingkungan. Gorontalo: Universitas negeri Gorontalo. http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/hyperkes-suhu-dan-getaran.html.
Di akses pada tanggal 30 Oktober tahun 2017 pada jam 21: 30 WIB.
¾ Machfoeds,
ircham, 2003, Pengelolaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: fitramaya. http://ekapangestuwa.blogspot.co.id/2016/08/laporan-praktikum-pengukuran-suhu-dan.html.
Di akses pada tanggal 2 November 2017 pada jam 21:32 WIB.
¾ Mulia,
ricki, 2005, Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta:
Grahara Ilmu.
¾ Soedomo,
mustikahadi. 2001.Pencemaran Udara.Bandung:ITB
Bandung. http://jurnalingkungankerja.wordpress.com/pencahayaan/html. Di akses pada tanggal 30 Oktober tahun 2017
pada jam 20:17 WIB.
¾ http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/hyperkes-suhu-dan-getaran.html.
Di akses pada tanggal 2 November 2017 pada jam 21:35 WIB.
LAMPIRAN
: