Wednesday, May 31, 2017

Jenis Data dan Pemilihan Analisis Statistik

Jenis Data dan Pemilihan Analisis Statistik

Pendahuluan

Desain penelitian menentukan teknik statistik, bukan sebaliknya teknik statistik menentukan rancangan penelitian. Statistik dipakai untuk melayani dan sebagai alat dalam penelitian, bukan untuk menguasainya. Agar kita tepat dalam melakukan analisis data, maka kiranya wajib bagi untuk memahami Pemilihan Analisis Statistik berdasarkan jenis data dan bentuk hipotesis.

Data dan Penyajian Data

  • Tugas peneliti adalah mendapatkan data untuk ‘mengisi’ variabel penelitian.
  • Data akan sangat bergantung daripada definisi operasional variabel penelitian.

Ditinjau dari cara memperoleh data

  • Data primer : data yang diperoleh langsung dari sumber data
  • Data sekunder :  data yang diperoleh dari sumber tidak langsung

Ditinjau dari tingkat keterukuran variabel penelitian

  • Data kualitatif : data yang tidak boleh diukur dengan angka atau data yang tidak boleh diangkakan
  • Data kuantitatif : data yang boleh diangkakan atau dikuantifikasikan

Berdasarkan tingkat pengukuran variabel penelitian yang dikuantifikasikan:

  • Data nominal
  • Data ordinal
  • Data interval (scale)
  • Data rasio

Data nominal

  • Data yang ditetapkan berdasarkan proses penggolongan atau kategorisasi.
  • Data nominal ini bersifat diskrit dan saling terpisah (mutually exlusive) antara golongan (kategori) yang satu dengan yang lain.
  • Contoh : data tentang pendapat responden terhadap kenaikan iuran (setuju/tidak setuju).

Data ordinal

  • Data yang mempunyai urutan atau boleh diurutkan berdasarkan peringkat atau atribut tertentu.
  • Contoh : data tentang rangking pelajar, hasil lomba pidato bahasa Inggris bagi siswa SMK, dan sebagainya.
  • Data ordinal juga bersifat diskrit.

Data interval (scale)

  • Data yang dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran (satuan/unit) yang sama; dapat diurutkan berdasarkan kelompok tersebut sebagaimana data ordinal.
  • Data interval umumnya bersifat kontinyu.
  • Contohnya : data tentang skor test pelajar, data tentang prestasi belajar, dan sebagainya.

Data rasio

  • Data yang dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol (0) mutlak; artinya ‘kuantiti’ nol (0) dapat masuk sebagai anggota data.
  • Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, jarang peneliti menggunakan data rasio.
  • Data rasio bersifat kontinyu.

Konversi data 

  • Dalam praktek pengolahan data, dimungkinkan melakukan konversi dari data yang mempunyai tingkat lebih tinggi ke tingkat data yang lebih rendah.
  • Data rasio -> data interval -> data ordinal -> data nominal
  • Konversi data diperlukan biasanya untuk menyesuaikan dengan teknik analisis statistik yang akan dipakai.

Analisis data

  • Analisis non-statistik
  • Analisis statistik

Analisis non-statistik

  • Data kualitatif, iaitu data-data yang tidak dapat di-angkakan, analisis non-statistik lebih tepat digunakan
  • Data kualitatif  biasanya diolah atau dianalisis berdasarkan isinya (subtansinya).
  • Analisis non statistik ini sering juga disebut dengan analisis isi (content analysis), yang mencakup analisis deskriptif, kritis, komparatif, dan sintesis.
  • Penelitian yang menggunakan data kualitatif  disebut penelitian kualitatif.

Analisis statistik

  • Untuk data kuantitatif, iaitu data yang berupa angka atau bisa diangkakan, analisis statistik lebih tepat digunakan
  • Statistik deskriptif dan statistik inferensial
  • Statistik deskriptif digunakan untuk membantu memaparkan (menggambarkan) keadaan yang sebenarnya (fakta) dari satu sampel penelitian -> penelitian deskriptif
  • Penelitian deskriptif tidak untuk menguji suatu hipotesis.

Statistika Inferensial

  • Digunakan untuk mengolah data kuantitatif dengan tujuan untuk menguji kebenaran suatu teori baru yang diajukan peneliti yang dikenal dengan hipotesis -> penelitian inferensial
  • Dalam penelitian inferensial, teknik analisis statistik yang digunakan merujuk kepada suatu pengujian hipotesis

Langkah-langkah utama dalam pengujian hipotesis:

  • Membuat asumsi -> kondisi apa yang dapat “diterima “ oleh peneliti
  • menentukan statistik ujian
  • Memilih suatu tingkat Signifikansi
  • Menghitung harga statistik ujian
  • Membuat keputusan ujian (diterima / ditolak)

Rambu-rambu Pemilihan Analisis Statistik

  • Jenis penelitian (deskriptif, inferensial)
  • Jenis variabel (terikat, bebas)
  • Tingkat pengukuran variabel (nominal, ordinal, interval)
  • Banyaknya variabel (satu, lebih dari satu )
  • Maksud statistik (kecenderungan memusat, variabilitas, hubungan (korelasi, asosiasi), pembandingan (komparasi), interaksi, kesesuaian, dan sebagainya).

MACAM-MACAM VARIABEL DALAM PENELITIAN

MACAM-MACAM VARIABEL DALAM PENELITIAN

A.    Pengertian
1.    Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
2.    Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.
3.    Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
4.    M. Nazir (1999:149) variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.
5.    Variabel adalah gejala atau obyek penelitian yang bervariasi, contoh: 1) variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), 2) variabel profesi (guru, petani, pedagang).

B.    Macam-macam Variabel
1.    Variabel Kuantitatif.
a.    Variabel diskrit ( nominal,kategorik) yaitu variabael 2 kutub berlawanan. Contoh:
1) Kehadiran : hadir, tidak hadir
2) Jenis kelamin : laki-laki, perempuan.
b.    Variabel kontinum
1)    Variabel  Ordinal : variabel tingkatan. Contoh: Satria terpandai, Raka pandai, Yudit tidak pandai.
2)    Variabel Interval: variabel jarak. Contoh: jarak rumah Anto kesekolah 10 km,
sedangkan Yuli 5 km maka vr intervalnya adalah 5 km.
3)    Variabel Ratio: variabel perbandingan (sekian kali). Contoh: berat badan Heri 80 kg, sedangkan berat badan Upi 40 kg, maka berat badan Heri 2 kali lipat Upi.

2.    Variabel Kualitatif adalah variabel yang menunjukkan suatu intensitas yang sulit diukur dengan angka. Contoh : kedisiplinan, kemakmuran dan kepandaian.

3.    Variabel Independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor).
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

4.    Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen).
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.
Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel Independen Motivasi Pembelian = Variabel Dependen.

5.    Variabel Moderator.
Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai
variabel independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan suami isteri.

6.    Variabel Intervening (Antara).
Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).

7.    Variabel Kontrol.
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor pendidikan.


C.    Daftar Pustaka

http://www.abeeayang.com/2009/04/01/variabel-penelitian/
http://nilaieka.blogspot.com/2009/03/langkah-6a-menentukan-variabel.html

Tuesday, May 30, 2017

Cerita lucu #3 orang yang lg menikmati sauna

3 Orang tengah terdiam menikmati kehangatan sauna, yaitu orang dari Amerika, Jepang dan Indonesia. Keheningan didalam ruangan sauna dipecahkan oleh bunyi, ..bip,...bip,....bip... Orang Amerika membuka telapak tangan kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna' nya dengan kagum melihat tulisan yang muncul ditelapak tangan orang Amerika tersebut.
"Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan chips, saya dapat langsung menerima pesan SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika ketika melihat kedua rekannya bengong.
Sesaat kemudian terdengar dering telepon, orang Jepang mengangkat tangan kanannya, jempol didekatkan ke telinga sedangkan jari kelingking kebibirnya, "Oh maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya sudah berisi chips, saya dapat menerima dan berbicara melalui 2 jari saya tanpa menggunakan HP" kata si Jepang.
Melihat semua itu, orang Indonesia mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan untuk mengalahkan orang orang ini? pikirnya. Karena stress, keinginannya untuk buang air besar tidak tertahankan lagi.
Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh bokongnya dengan kertas toilet, seuntai kertas toilet masih berjuntai di belahan bokongnya.
Dengan keheranan orang Jepang dan orang Amerika menunjuk ke untaian kertas 'sisa' tsb dan berkata: "Kertas apa itu yang tergantung dibokong anda...?"
"Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab orang Indonesia tersebut.

Sunday, May 28, 2017

FKM-UNTB #kunjungan lapangan di terminal BBM ampenan kota mataram #K3

FKM-UNTB #pelatihan K3 di balai hyperkes prov NTB

Akibat menggunakan knalpot motor tidak standar

PERDESAAN SEHAT #jambore perdesaan sehat 2014 di provinsi sulawesi selatan

PERDESAAN SEHAT #Jambore Perdesaan sehat tahun 2013 di kabupaten lombok ...

FKM-UNTB #PBL Fakultas kesehatan masyarakat UNTB 2017

FKM-UNTB #PBL 1 mahasiswa FKM di puskesmas gunung sari tahun 2017

FKM-UNTB #Seminar hasil pbl 2 mahasiswa FKM di puskesmas ampenan tahun 2017

Lagu indonesia raya di nyanyikan oleh bule

Kutu yang ada di kasur ato tempat tidur

Tips cuci ginjal secara alami

Cara minum air yang baik dan menyehatkan organ dalam tubuh

Berkendara aman dan nyaman

LABORATORIUM DESA #Kondisi awal sampai saat ini gubuk lebah gol.munjit KLU

FESTIVAL DESA INOVATIF 2017 #Kegiatan festival desa inovatif 2017 di kot...

LABORATORIUM DESA #Budidaya lebah madu trigona desa kr. Bajo

FKM-UNTB #ALBUM KKN UNTB DUSUN LILIR 2010

MSDM UNRAM #kelas B angkatan tahun 2014

Sunday, May 21, 2017

Kisah Staples, Hekter, Jegrekan, atau Apalah Itu Namanya

Bukannya selalu punya masalah dengan benda yang punya banyak nama itu. Namun, aku sering menjadi bulan-bulanan orang bila menanyakan benda itu pada orang.
Ini kejadian saat aku masih bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Tangerang.
Suatu pagi, aku dengan setumpuk dokumenku yang harus dipilah-pilah mencari alat bantu untuk merapikan dokumenku. Sehingga yang harusnya jadi satu mau aku satukan agar terpisah dengan yang lain.
“Mbak, jegrekan mana sih?” tanyaku pada asisten apoteker di ruangan itu. “Kayaknya kemarin kutaruh sini deh.”
“Jegrekan opo sih?” tanya si asisten apoteker kebingungan dengan logat jawanya.
“Itu lho, yang buat ngeklip ini.” Kataku sambil menunjukkan dokumenku.
“Klip ini?” tanya pegawai administrasi sambil menyodorkan penjepit kertas berukuran besar.
“Ih, bukan….” Kataku. “Yang ini….” Aku lalu memperagakan sedang menstaples dokumenku.
“Apaan sih?” tanya kurir apotek ikut-ikutan.
Aku lalu mulai frustasi menjelaskan benda yang aku cari pada orang-orang di sana. Orang-orang pun saling berpandangan mencoba menebak apa yang aku cari. Aku lalu duduk di kursi dan kulihat, barang yang aku cari tergeletak di tumpukan plastik di meja tempat orang-orang menyiapkan obat.
“Ini yang gue cari…” teriakku. “Ada di sini ternyata.”
Semua orang lalu menengok ke arahku untuk melihat benda apa yang sebenarnya aku cari.
“Ealah Mbak, kamu dari tadi nyariin staples?” tanya asisten apoteker.
“Ini namanya jegrekan.” Kataku sambil ngangguk-ngangguk.
“Lo makanya kalo ngomong yang jelas.” Kata kurir sambil memukul kepalaku. “Jegrekan… jegrekan… apaan coba?”
“Apaan coba… Apaan coba… ini namanya jegrekan dodol.” Teriakku.
“Itu namane staples, Mbak Meta.” Kata asisten apoteker.
“Iya ini namanya staples.” Teriak kurir. “Jegrekan mungkin bahasa kampung. Jangan dibawa-bawa kesini.”
Mereka lalu mengejekku. Bahkan sampai siang, saat briefing, mereka masih membahas kalau aku menyebut staples dengan nama jegrekan. Aku diam saja. Percuma juga ngeladenin habis jelas aja ini beda istilah. Dan jegrekan bukan istilah yang dikenal disini.
***
Sekarang, di sebuah klinik di daerah  pagutan mataram, aku harus mengalami saat-saat miscommunication dengan barang yang serupa. Dan disini, mereka gak nyebut staples apa lagi jegrekan.
Suatu sore, saat aku sedang menyiapkan status pasien, aku mau melampirkan hasil lab milik pasien. Aku butuh sesuatu untuk menyatukannya dengan status pasien.
“nyari apa Teh?” tanya bidan melihatku blingsetan mencari sesuatu.
“nyari jegrekan” jawabku.
“jegrekan teh apa?” tanyanya dengan muka penuh tanda tanya.
“Emh… Staples ya namanya tu?” terangku dengan tidak yakin.
“Staples apaan?” tanyanya lagi.
Mati deh gue. Di sini namanya bukan jegrekan bukan pula staples.
“Yang buat ini Teh, saya mau nyatuin hasil lab pasien ini di statusnya ini.” Kataku.
“oh, dihekter aja pake ini.” Katanya sambil mengambil benda yang kusebut jegrekan dari kolong meja dan menyerahkannya padaku.
Aku menerima benda itu sambil terperangah. Apa kata dia tadi istilahnya?
“Maaf Teh, ini namanya apa?” tanyaku.
“Hekter, . Emang  Mei bilangnya ini apa?” tanyanya balik.
Gila, ni barang punya berapa nama sih? Di sini beda lagi coba namanya?
“Kalo aku bilang ini jegrekan.” Jawabku begitu saja dan membiarkan dia dengan muka bertanya-tanyanya.
***
Sehari kemudian, aku dibikin pusing sama benda ini lagi. Ceritanya, si dokter gigi tiba-tiba masuk ruang farmasi dan mencari peluru hekter.
“Teh, minta peluru hekter.” Pintanya.
“hah? Apa Dok?” tanyaku sambil berfikir. Dia ni minta apaan coba? Saat itu, aku masih belum familiar dengan nama hekter.
“Peluru ini nih, isinya ini, yang besi – besi itu…” katanya sambil menggambarkan barang yang dia maksud dengan tangannya.
Besi-besi apaan coba ni dokter? Aku lalu memikirkan sesuatu yang terbuat dari besi dan mataku bertemu pada isi cutter. “Ini, Dok?”
“Bukan…” katanya mulai frustasi. Aku yang sedari tadi kebingungan jadi panik melihat si dokter frustasi.
Dia lalu ke ruangannya dan kembali dengan sebuah benda.
“Isinya ini Teh yang saya minta. Apa sih namanya?” katanya sambil menyodorkan benda yang bernama jegrekan atau staples itu.
“Owalah….” Komentarku.
“Ini Dok, ambil aja semua untuk disimpan di ruang Dokter.” Kataku menyodorkan sekotak besi yang disebut peluru hekter itu.
Aku lalu berfikir, gue pindah ke daerah lain lagi, bakan nemu ni barang dengan mana apa lagi yah?

Saturday, May 20, 2017

ANALISIS TINGKAT PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PENDEKATAN SMK3 DAN RISK ASSESSMENT DI PT. “XYZ”

TUGAS
KRIKTIK ILMIAH TENTANG HYGENE  PERUSAHAAN
ANALISIS TINGKAT PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)
DENGAN PENDEKATAN SMK3 DAN RISK ASSESSMENT DI PT. “XYZ”


DISUSUN OLEH :
SRI YUNANDISARAH
311.13.029

UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM
                                                     
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan resume tentang “HYGENE PERUSAHAAN”  meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya bertrima kasih pada Bapak Alphachino L.J. SKM selaku dosen mata kuliah hygiene perusahaan yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai bahan pembelajaran saya dengan harapan dapat diterima dan dipahami bersama.
            Saya sangat berharap resume ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan K3 dalam hygiene perusahaan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam resume ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan resume yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga resume sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.                                                                                                                              





A.Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai karyawan atau operator dalam melaksanakan proses produksi di perusahaan atau pabrik sangat memegang peranan penting selain dari faktor peralatan, mesin, bahan baku dan lingkungan kerja. Sehingga manusia sebagai operator perlu dipertahankan, usaha mempertahankan karyawan ini tidak hanya mengenai masalah yang menyangkut pencegahan penyakit akibat kerja tetapi juga untuk mempertahankan kerjasama karyawan dan kemampuan dari setiap karyawan tersebut. Program-program keselamatan dan kesehatan kerja akan sangat membantu untuk memelihara kondisi fisik setiap para tenaga kerja dan sementara program-program pelayanan karyawan dalam berbagai bentuk tersebut berfungsi untuk memelihara kondisi karyawan. Sehingga untuk menjaga apa yang telah tercapai selama ini tetap utuh, selamat dan menjaga proses produksi tetap berjalan secara lancar, aman dan efisien maka perlu adanya perbaikan dan peningkatan program dibagian keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu program yang dibentuk sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit kerja dan kecelakaan kerja dengan cara melihat dan menganalisis hal-hal yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan serta tindakan antisipasi apabila terjadi hal tersebut. Adapun tujuan akhir dari dibuatnya program K3 tersebut adalah untuk memengurangi biaya perusahaan dari penyakit kerja dan kecelakaan kerja.
Penelitian ini dilakukan di PT. “XYZ” yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit atau Palm Kernel (PK) dengan bahan baku Tandan Buah Sawit (TBS). Adapun beberapa program K3 yang diterapkan di PT. “XYZ” yakni penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD), penyuluhan keamanan dalam bekerja, publikasi kondisi bahaya, pengawasan K3 dan sebagainya. Selain program K3 tersebut dalam produksinya PT. “XYZ” banyak menggunakan mesinmesin dan peralatan pada setiap stasiun kerja, dimana mesin-mesin dan peralatan tersebut memiliki banyak potensi bahaya bagi para pekerja. Adapun beberapa mesin dan peralatan yang memiliki potensi bahaya yaitu mesin sterilizer, thresser, hoisting crane, screw press, clarification dan sebagainya. Terlepas dari program K3 dan potensi bahaya tersebut PT. “XYZ” memiliki 10 kasus kecelakaan yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun. Berikut rekapitulasi jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2010 sampai 2012.



A.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas kritik ilmiah yang berkaitan dengan hygene perusahaan sebagai berikut :
1.      Seberapa penting Keselamatan dan Keshatan kerja (K3) perlu diterapkan dii PT. “XYZ” ?
2.      Apa saja jenis kecelakan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ?
3.      Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. “XYZ” dengan pendekatan SMK3 agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan ?

c. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan SMK3 sebagai berikut :
          Untuk menganalisis penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),   mengidentifikasi sumber bahaya (hazard) dan hubungannya dengan upaya meningkatkan produktivitas.



























1. VARIABEL PENELITIAN  
Adapun variable penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu:       
1. Penilaian program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
berdasarkan persepsi karyawan. Penilaian program K3 dengan menggunakan daftar cocok   (checklist) berdasarkan SMK3 yang diisi oleh karyawan.
2. Tingkat kehilangan/kerugian (loss rate). Nilai kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat dari kecelakaan kerja oleh karyawan.
3. Audit SMK3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012. Pemeriksaan  secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
 4. Sumber bahaya (hazard). Situasi yang berpotensi menciderai pekerja atau
sakit, merusak barang, lingkungan atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
5. Pendekatan Risk Assessment. Tools yang digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya (hazard) serta melakukan analisis dan perangkingan terhadap sumber bahaya.
6. Perbaikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Usaha melakukan pengendalian bahaya (hazard) dengan meningkatkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. LANDASAN TEORI
1. Keselamatan kerja
            Adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara – cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a.       Sasarannya adalah lingkungan kerja
b.      Bersifat teknik
Pengistilah Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( atau sebaliknya ) bermacam - macxam. Ada yang menyebutnya Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.



2. Kecelakaan Kerja 
            Adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.

3.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
            Adalah bagian dari system manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif


4.Prosedur Analisis
·      METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juli 2013 dengan objek penelitian adalah karyawan yang berkerja dilantai produksi. Adapun metode atau pendekatan yang digunakan yaitu SMK3 dan risk assessment (penilaian resiko).
A. Hasil Penilaian Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Berdasarkaan pengumpulan data yang dilakukan, maka diketahui bahwa tiap pernyataan pada daftar cocok (checklist) K3 dinyatakan valid dan reliable sehingga daftar cocok (checklist) K3 dapat digunakan pada penelitian ini.
B. Hasil Perhitungan Tingkat Kehilangan/ Kerugian (Loss Rate)
Adapun perhitungan tingkat kehilangan /kerugian (loss rate) berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi selama 3 tahun yaitu antara tahun 2010 – 2012 sebesar Rp. 2.300.000,- dan untuk kategori akhir perhitungan tingkat kehilangan /kerugian (loss rate) adalah kategori kuning.

C.     Hasil Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Audit SMK3 dilakukan dengan menggunakan checklist berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012. Dimana di dalam checklist SMK3 tersebut berisi 166 butir kriteria.
Adapun cara melakukan audit SMK3 yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke objek yang akan di audit dengan membandingkan keadaan yang sebenarnya di lapangan dengan 166 kriteria checklist audit SMK3 yang telah ditetapkan. Dengan total 166 kriteria checklist, dari hasil audit terdapat bahwa 145 kriteria checklist yang sesuai dan ada 21 kriteria checklist yang tidak sesuai dan dalam keadaan minor.
D.     Hasil Identifikasi Sumber Bahaya (Hazard)
Berdasarkan pengamatan dan brainstorming yang dilakukan di lantai produksi PT. “XYZ”, maka diperoleh stasiun kerja dan unit kerja yang memiliki aktivitas yang mengandung bahaya atau berpotensi menimbulkan bahaya. Adapun stasiun kerja tersebut sebagai berikut:

   1. Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)
         a. Bejana rebusan dapat meledak karena dalam proses menggunakan tekanan udara yang
tinggi.
b. Bejana rebusan mengeluarkan uap panas pada proses pembuangan uap (steam) dari steam outlet.
c. Suhu bejana rebus panas dan temperature dapat mencapai 125 - 1300C.
d. Permukaan lantai stasiun kerja licin dikarenakan air yang berceceran pada proses perebusan dan mengandung minyak dapat menyebabkan terpeleset.
     2. Stasiun Pembantingan (Thressing Station)
          a. Lori yang diangkat oleh hosting crane dapat terjatuh dan bertabrakan dengan benda lain.
          b. Operator bekerja pada posisi di ketinggian >10 m.
          c. Buah masak (hasil rebusan) dapat terjatuh dari hosting crane saat ingin menuangkan buah masak ke dalam stripper drum.
         d. Lantai lokasi kerja operator licin.
3. Stasiun Pengepresan (Press Station)
        a. Lantai licin karena tumpahan minyak.
        b. Operator bekerja pada posisi di ketinggian >10 m.
        c. Tangga naik ke stasiun terlalu terjal dan turun terlalu curam.
4. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)
        a. Lantai stasiun sangat licin karena adanya minyak yang menggenang akibat adanya pipa
yang bocoran.
        b. Banyak tetesan-tetesan air panas di sekitar stasiun.
        c.. Tangga naik turun ke stasiun yang terlalu curam.
5. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Station)
       a. Banyak debu melayang-layang diudara (partical flying) dari proses pemisahan antara
cangkang (shell), serat (fibre) dan inti sawit (kernel).
       b. Banyak mesin yang operasi/bergerak.
       c. Daerah kerja kekurangan cahaya.
6. Unit Kerja Boiler
       a. Boiler dapat meledak dan terbakar.
       b. Suhu sekitar boiler yang panas mencapai > 1000C yang dapat membuat pekerja terserang
penyakit heat rash dan heat cramps.
       c. Boiler menghasilkan debu (partical flying) dari proses pembakaran bahan bakar (5.200 kg/jam) fiber digunakan sebesar 60% dan cangkang digunakan sebesar 40%.
       d. Boiler menghasilkan suara bising > 90 dB.      
    7. Unit Kerja Turbin
      a. Turbin berpotensi meledak apabila kurang diawasi.
      b. Turbin menghasilkan suara bising > 90 dB.

E.  Hasil Pengkategorian dan Perangkingan
·      Sumber Bahaya (Hazard)
Tahap pertama yang dilakukan adalah pengkategorian sumber bahaya, kemudian dari setiap sumber bahaya ditentukan nilai dari keparahan kecelakaan dan kemungkian kecelakaan. Adapun cara penentuan nilai dari keparahan kecelakaan dan kemungkian kecelakaan adalah sebagai berikut:
1. Memilih potensi bahaya (hazard) yang paling membahayakan dari setiap stasiun kerja dan unit
kerja.
2. Kemudian potensi bahaya (hazard) yang paling membahayakan tersebut dikategorikan dengan
menggunakan ketentuan keparahan kecelakaan pada pendekatan risk assessment apakah masuk kategori I, II, III atau IV.
3.Setelah nilai keparahan kecelakaan ditentukan, maka nilai kemungkinan kecelakaan ditentukan yakni dengan cara mengkategorikan dengan menggunakan ketentuan kemungkinan kecelakaan pada pendekatan risk assessment apakah masuk kategori A, B, C atau D.
4. Setelah nilai dari keparahan kecelakaan dan nilai kemungkinan kecelakaan diperoleh, maka
kemudian ditentukan kategori dari sumber bahaya dengan bantuan tabel Risk Assessment Codes (RAC). Adapun sebagai contoh pengkategorian dan perangkingan sumber bahaya (hazard) yakni dari stasiun kerja perebusan (sterilizer). Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)
Keparahan : (II) Ketidakmampuan parsial yang permanen,ketidakmampuan total sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugian sumber daya atau kerusakan antara Rp.200.000.000,- sampai Rp.1.000.000.000,- Kemungkinan : (C) Kemungkinan kecil akan terjadi. Setelah di dapat nilai dari keparahan kecelakaan dan kemungkinan kecelakaan, kemudian ditarik garis dari nilai II pada keparahan kecelakaan, dan nilai C pada kemungkinan kecelakaan.


Dari penarikan garis terhadap nilai keparahan kecelakaan dan kemungkinan kecelakaan, maka
didapat nilai/kode yang menunjukan kategori dari sumber bahaya (hazard) yaitu nilai 3 yang memiliki arti “moderate” atau bahaya sedang.
Dari 7 sumber bahaya (hazard) yang telah dikategorikan dengan menggunakan pendekatan risk
assessment, maka dapat dilakukan perangkingan terhadap stasiun kerja dan unit kerja berdasarkan Risk Assessment Codes (RAC) yang diperoleh, yaitu:
a. Rangking 1 : Dengan kategori “imminent danger” atau bahaya yang mengancam tidak         diperoleh stasiun kerja.
b. Rangking 2 : Dengan kategori “serious” atau bahaya serius yaitu oleh stasiun kerja Pembantingan (Thressing Station).
c. Rangking 3 : Dengan kategori “moderate” atau bahaya sedang yaitu oleh stasiun kerja Perebusan (Sterilizing Station) dan unit kerja Boiler.
d. Rangking 4 : Dengan kategori “minor” atau bahaya kecil yaitu oleh stasiun kerja Pengepresan (Press Station), stasiun kerja Pemurnian (Clarification Station) dan unit kerja Turbin.
e. Rangking 5 : Dengan kategori “negligible” atau tidak perlu diperhatikan yaitu oleh stasiun kerja Pengolahan Inti (Kernel Station).






F. Pembahasan Sumber Bahaya (Hazard)
Dari hasil analisis terhadap sumber bahaya (hazards) pada bagian sebelumnya, maka dapat diusulkan perbaikan atau solusi sebagai tindakan pencegahan terhadap resiko yang mungkin dapat terjadi.

5.Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penilaian Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)   
Metode yang diterapak pada perusahaan PT.  “XYZ” dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pebdekatan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja ( SMK3), disini Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner. Yang dimana hasil dapat terlihat bahwa tiap pernyataan karyawan berbeda – beda dalam menilai tingkat penerapan program manajemen keselamatan dan  kesehatan kerja.

2 . Hasil Perhitungan Tingkat Kehilangan / Kerugian ( Loos Rate)
            Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi selama 3 tahun 2010 – 2012 sebesar Rp. 2.300.000. dari pernyataan ini masih terdapat kekurangan hasil tingkat kerugian yang didapat. Oleh karena itu, belum bias diketahui darimana kerugian tersebut dapat dilihat. Dan apa saja kerugian akibat kecelakaan kerja seperti :
-          Terjadinya kerusakan mesin,
-          Adanya keluhan dan kesedihan
-          Kelaina dan Kecacatan
-          Terjadinya Kematian.

Dan juga seharusnya dapat ditambahkan kerugian perusahaan sebesar Rp. 2.300.00 ini apakah berdasarkan biaya langsung maupun biaya tidak langsung (tersembunyi) Biaya langsung ini sendiri yaitu termasuk dalam biaya P3 (Pemberian Pertolongan Pertama), biaya RS. Angkutan, dan kompensasi cacat. Sedangkan jika dlihat dari biaya tidak langsung yaitu dimana biaya ini tidak dapat terlihat pada beberap[a waktu setelah kecelakaan seperti kerusakan alat mesin, biaya administrasi, dan kerugian bisinis serta nama baik.    
 
3.Hasil Audit Sistem Mnajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
            Dari pembahasan hsasil audit (SMK3) menurut saya sudah dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke objek yang akan di audit dengan membandingkan keadaan yang sebenarnya dilapangan yaitu 145 kriteria checklist yang sesuai dalam keadaa minor. Dapat disimpulkan bahwa hasil audit SMK3 memuaskan dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.


4.Hasil Identifikasi Sumber Bahaya (Hazard)
a. Stasiun Perbusan ( Sterilizing Station )
            Seharusnya bejana rebusan sangat tidak disarankan digunaka dalam tekana udara yang tinggi. Dikarenakan factor kimia yang terkandung dalamnya seperti adanya gas, uap, ataupun cairan yang dapat mengundang resiko bahaya mudah meledak dan sebagainnya.
b.Permukaan lantai stasiun kerja licin
 Dikarenakan air yang mengandung minyak pada proses perebisan dapat menyebabkan terpeleset jika dilihat pada factor biomekaniknya. Desai tempat kerja termasuk salah satu penyebab pada permukaan lantai menjadi licin. Seharusnya tidak disarankan menggunakan dasar lantai yang licin seperti keramik. Akan tetapi pergunakanlah dasar lantai yang tidak menyebabkan permukaan lantai menjadi licin saat perebusan air  berceceran dilantai. Paling tidak hanya un tuk mengurai resiko terjadinya kecelakaan kerja.
c.Stasiun Pembanting ( Thressing station)
     Peusahaan seharusnya menyesuaikan kondisi serta factor yang dapat ditimbulkan pada saat proses bekerja berlangsung terutama factor biomekanik seperti postur/posisi kerja, pengangkutan manual serta alat dan mesin. Dipenjelasan ini masih belum bias dikatakan sudah sepenuhnya menerapkan program K3 karena masih dapat menimbulkan potensi sumber bahaya serta adanya resiko kecelakaan kerja. Yaitu posisi operator bekerja > 10 m, dan lantai lokasi licin.
d.Stasiun Pengepresan ( Press Station)
            Tangga yang digunakan naik ke stasiun terlalu terjal dan turun terlalu curam. Ini menyebabkan pekerja dapat mengalami kecelakaan kerja. Karena tidak disesuaikan dengan profesi pekerjaan yang dijalani dan masih menggunakan pengangkutan manual.
e. Stasiun Pengolahan Inti ( Kernel Station )
            Daerah kerja kekurangan cahaya, hal ini termasuk salah satu yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan tandan buah sawit yang diolah menghasilkan crude palm oil. Karena akan mengganggu konsetrasi karyawan dalam melangsungkan  pekerjaan. Sehingga dapat menimbulkan resiko bahaya.
f. Stasiun Permurnian ( Clarification Station )
            Penyebab dari lantai stasiun sangat licin akibat adanya pipa yang bocor, hal seperti ini harus diberikan tanda, label, dan warna perpipaan. Yang dimana lebih menjaga kewaspadaan karyawan dalam bekerja. Seperti gas bertekanan, bahan mudah terbakar, bahan beracun dan korosif , ataupun bahan mudah bocor dan menyala.
g. Unit Kerja Boiler
            Boiler menghasilkan suara bising > 90 Db. Ini merupakan salah satu factor dari bahaya fisik ataupun mekanik. Yang dimana kebisingan itu sendiri dapat mengakibatkan gangguan pendengaran pada karyawan yang bekerja. Hal ini perlu adanya pengendalian resiko / bahaya dengan menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ). Sehingga mencegah terjadinya PAK ( Penyakit Akibat Kerja )
h.  Unit Kerja Turbin
            Turbin berpotensi meledak apabila kurang diawasi perlu adanya pemberian label ataupun tanda pengawasan informasi bahaya seperti “ Awas Bahan Mudah Meledak “, Hati – hati Kawasan Berbahaya. Sehingga karyawan jauh lebih waspada dalam melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya ledakan disuatu kawasan perusahaan tersebut
I.Pembahasan Sumber Bahaya ( Hazard )
     Pada pembahasan ini sudah cukup bagus karena dilakukan usulan perbaikan atau solusi sebagai tindakan pencegahan terhadap resiko yang mungkin dapat terjadi.
     







5.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi
karyawan dengan menggunakan kuesioner indikator SMK3 maka nilai penerapan program berada pada level Kuning (penilaian penerapan baik) dengan nilai tingkat pencapaian sebesar 70,23%.
2. Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan audit SMK3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 menunjukkan PT. “XYZ” berhak untuk mendapatkan sertifikat bendera Emas (memuaskan) dengan nilai pencapaian penerapan sebesar 87,35%.
3. Tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) berdasarkan data kecelakaan kerja untuk tahun
2010 – 2012 berada pada kategori Kuning (kerugian sedang).
4. Terdapat 1 stasiun kerja yang berada pada kategori negligible (tidak perlu diperhatikan) yaitu stasiun kerja Pengolahan Inti (Kernel Station). Selanjutnya terdapat 3 stasiun kerja yang berada pada kategori minor (bahaya kecil) yaitu stasiun kerja Pengepresan (Pressing Station), stasiun kerja Pemurnian (Clarification Station) dan unit kerja Boiler. Kemudian terdapat 2 stasiun kerja yang berada pada kategori moderate (bahaya sedang) yaitu stasiun kerja Perebusan (Sterilizing Station) dan unit kerja Boiler. Sedangkan terdapat 1 stasiun kerja yang berada pada kategori serious (bahaya serius) yaitu stasiun kerja Pembantingan (Thressing Station).
5. Adapun usulan perbaikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata dari 10 indikator program K3 berdasarkan persepsi karyawan masih dalam
    kategori kuning sehingga 10 indikator tersebut perlu ditingkatkan dan perbaikan yang dapat    diberikan adalah dengan cara memperketat disiplin penerapan indicator tersebut.
b. Untuk tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan audit SMK3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 dalam kondisi memuaskan sehingga perlu dipertahankan.
c. Untuk tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) yaitu berada pada kategori Kuning (kerugian
sedang) sehingga perbaikan yang dapat diberikan adalah memberikan prosedur tata cara kerja yang baik kepada karyawan dan penggunaan APD yang sesuai pada pekerja.
d. Untuk hasil perangkingan sumber bahaya maka perbaikan yang dapat diberikan adalah membuat prosedur kerja yang baik dan sehat dan membuat tingkatan bahaya kerja pada setiap stasiun kerja.


Tampilan arsip Teratas

PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse)

PERKENALAN PSEA (Protection from Sexual Exploitation and Abuse) Dalam semua konteks di mana lembaga atau organisasi pembangunan dan/atau ban...

Tampilan Arsip Populer